Share

Gadis Cantik bernama Jasmine

Juan menatap gadis 20 tahun di hadapannya dengan tatapan sayu. Sorot matanya sudah berbalut nafsu. Ini adalah kali pertama ia menghabiskan malam dengan seorang wanita yang umurnya jauh di bawahnya.

"Ahhh ... sakiiittt!!" jerit gadis itu saat milik Juan menerjang simbol kesucian yang ia miliki. Nafasnya seketika terengah dengan keringat membasahi sekujur tubuh.

Terlihat sekali kalau gadis di bawahnya sangat kesakitan. Membuat Juan memperlembut caranya sampai akhirnya ia benar benar berhasil. Disaat itu Juan justru merasakan sesuatu yang berbeda.

Kenikmatan tiada tara. Itulah yang Juan rasakan. Membuat jiwa raganya benar benar melayang menembus batas angan angan. Juan tak peduli walau gadis di bawahnya terus meracau semakin keras, entah karena sakit atau nikmat, yang pasti untuk saat ini ia tak ingin berhenti.

Terlalu sayang rasanya untuk sekedar beristirahat, hingga ritme gerakan pinggulnya semakin bertambah cepat dan, "arghhhh ...!"

Juan sampai pada apa yang ia inginkan, dan itu terjadi lebih cepat dari biasanya.

Bukan tanpa alasan, selain ada sesuatu yang berbeda, partnernya saat ini adalah seorang gadis belia yang sangat cantik dan dalam kondisi mabuk sekaligus terangsang akibat obat yang sudah ia berikan.

Kini tubuh Juan ambruk terkapar di atas ranjang, berdampingan dengan gadis berambut panjang yang baru saja menjadi pemuas hasratnya. Malam ini ia sungguh puas.

Berniat untuk istirahat, tangannya mencoba meraba selimut untuk menutupi tubuh mereka yang masih polos, namun karena kesulitan, dengan sangat terpaksa Juan bangkit perlahan.

Ia bermaksud mengangkat kaki gadis yang menindih sebagian gulungan selimut tersebut, namun seketika ia terkesiap saat mendapati bercak merah di atas sprei berwarna putih di bawahnya.

Tubuh Juan mematung. Ini memang bukan yang pertama kali untuknya. Sudah beberapa kali ia tidur dengan Laura, dan disaat berniat menodai seseorang, ternyata ia justru mendapatkan sesuatu yang sangat spesial.

Dengan jantung berdegup kencang, Juan kembali berbaring perlahan. Disingkapnya rambut panjang gadis bernama Jasmine itu. Kulitnya yang lembut seputih susu kembali menggoda tangan Juan untuk menyentuhnya.

"Jasmine," bisik Juan di telinga sang gadis. Membuat tubuh gadis itu meremang seketika. Tak lama Jasmine pun menggeliat. Gerakan sederhana yang ia lakukan sukses membuat Juan kembali terpancing, begitu pula Jasmine yang memang masih berada di bawah kesadaran.

Kali ini cara Juan melakukannya jauh lebih lembut. Ia bahkan membalas tatapan mata Jasmine yang baru saja terbuka. Keduanya seolah tenggelam dalam pesona yang tercipta dari objek di hadapannya masing masing.

Siapa yang tak terpesona dengan seorang Juan Anderson. Wajahnya yang tampan berhiaskan sorot mata tajam dan alis mata yang tebal melintang serta garis rahang yang tegas. Belum lagi hidungnya yang mancung dengan bibir seksi yang kemerahan.

Dengan suka rela Jasmine pun kembali menyerahkan diri pada pria yang ada di hadapannya. Hingga tak cukup hanya sekali mereka melakukannya. Suara derasnya air hujan yang mengguyur bumi di luar sana, menjadi saksi penyatuan dua insan yang tak saling mengenal satu sama lain itu.

Semuanya baru berakhir saat mereka sama sama lelah dan tak berdaya. Suara gemuruh petir di kejauhan semakin mengeratkan pelukan Jasmine di pinggang Juan, dan keduanya sama sama menikmati kehangatan yang ada.

Sampai pada saat mata Jasmine terbuka perlahan karena terkena pantulan sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya. Seketika gadis itu menjerit histeris.

Membuat Juan langsung ikut terbangun karena terkejut.

"Kau siapa?!" seru Jasmine dengan ketakutan. Sementara Juan malah menunjukkan ekspresi linglung.

"Kau juga siapa?"

Pertanyaan yang sama turut meluncur dari bibir Juan, membuat Jasmine menggigit bibir bawahnya. Otaknya berusaha mengingat apa yang terjadi semalam sampai sampai ia harus berakhir di kamar itu bersama seorang pria tampan dengan tubuh bagian bawahnya terasa sakit.

Jasmine mulai ingat kalau semalam ia berada di pesta sahabatnya dan memutuskan untuk beristirahat di salah satu kamar hotel karena merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.

"Tuan tolong jelaskan, apa yang terjadi sebenarnya, bagaimana bisa kita seperti ini?"

Jasmine mulai terisak. Banyak hal yang terlintas di benaknya saat ini.

Ibunya, pendidikannya dan juga masa depannya. Bagaimana kalau nanti dia hamil. Tanpa mencari tahu lebih dalam pun Jasmine sudah tahu apa yang baru saja ia alami.

Dengan air mata yang menggantung di sudut matanya Jasmine kembali mengulang pertanyaan yang sama hingga pria itu akhirnya menjelaskan.

"Ini adalah kamarku Nona, dan entah bagaimana caranya kau bisa masuk ke sini lalu menggodaku. Aku hanya manusia biasa, aku tergoda atas rayuan yang kau berikan."

Jasmine hampir tak percaya tapi ia tak bisa berbuat apa apa. Semuanya sudah terjadi.

"Nona, jangan bersedih. Kalau kau mau, aku akan menikahimu. Aku bukan pria bejat yang tega menodai seorang wanita lalu meninggalkannya begitu saja."

Jasmine terkesiap mendengar kalimat yang terlontar dari bibir pria di hadapannya. Bukan apa apa, tapi pria itu sangatlah tampan, apa iya pria seperti itu mau bertanggung jawab semudah itu.

"Bagaimana jika istrimu tahu?"

"Apa?!" sahut Juan dengan ekspresi terkejut karena Jasmine menganggap ia sudah beristri. Ingin membuat wanita itu benar benar percaya, Juan pun mengambil kartu identitas miliknya dan menunjukkan statusnya kepada Jasmine.

"Aku belum punya istri, jadi ... mari kita menikah."

Ucapan itu seolah mengalun tanpa beban dari bibir Juan.

"Kita bahkan belum saling kenal dan bisa bisanya Tuan mengajakku menikah?!"

"Memangnya kenapa? aku adalah pria yang memiliki rasa tanggung jawab. Aku juga seorang pengusaha. Berbuat seenaknya terhadap orang lain, itu jelas berseberangan dengan prinsipku.

Ucapan Juan yang menggema ke seisi ruangan dengan intonasi yang tegas tanpa basa basi, berhasil membuat Jasmine terpesona. Walau berbagai pertanyaan lain terus ia berikan, semua jawaban Juan tetap berhasil membuatnya percaya bahwa pria di hadapannya saat ini adalah jodoh idaman yang Tuhan kirimkan atas doa doa yang ia panjatkan selama ini.

"Iya Tuan, aku bersedia," jawab Jasmine kemudian. Membuat Juan tersenyum begitu manis dan memeluk wanita yang masih berbalut selimut di hadapannya.

Sentuhan kulit yang mereka lakukan kali ini, lagi lagi membuat keduanya merasakan sesuatu. Tanpa ragu Juan pun kembali mendaratkan ciumannya di bibir Jasmine, begtu dalam dan menuntut.

Lagi dan lagi, ruangan luas dengan dekorasi mewah itu menjadi saksi kegilaan Juan terhadap Jasmine. Suara merdu yang keluar dari bibir Jasmine membuat pria 28 tahun itu semakin bersemangat.

Ia sungguh tak menyangka, semuanya akan semudah itu ia lakukan. Tak bisa dipungkiri kalau ketampanan yang ia miliki bisa membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah dari yang ia bayangkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status