"Untung saja kau masih perawan, penipu sialan!"
"Kau yang sudah mengambil keperawananku, pria sialan!""Kau yang sudah menipuku dan bukankah ini yang kau inginkan, hah? Kalau bukan karena obat terkutuk itu, aku juga tidak akan sudi menyentuhmu! Sekarang katakan siapa yang menyuruhmu melakukannya?"Dhexel menggeram kesal sambil melilitkan handuk besar di pinggangnya untuk menutup bagian sensitifnya."Pikir saja sendiri! Pria brengsek sepertimu pasti mempunyai banyak musuh!" sahut Selina berapi-api.Selina Thomas, seorang wanita cantik yang sudah mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya, sampai ia rela melakukan pekerjaan apa saja demi mendapatkan uang, termasuk menipu orang.Bahkan ia sudah biasa memainkan banyak peran dalam hidupnya, mulai dari peran sosialita sampai gadis urakan.Bukan profesi yang membanggakan, namun dari sanalah ia bisa mendapatkan biaya pengobatan ibunya, biaya hidup, sekaligus melunasi hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya.Sampai suatu hari ia mendapat tugas untuk menipu seorang CEO muda bernama Dhexel Harris Wijaya.Dan di sinilah petaka terjadi. Selina sama sekali tidak tahu obat apa yang ia masukkan ke dalam minuman sang CEO karena tugas Selina hanya memberinya minum lalu membawanya ke kamar hotel.Namun sialnya, ternyata obat itu membuat sang CEO menjadi beringas, menyerangnya, memaksanya, dan merenggut kehormatannya, sesuatu yang tidak pernah Selina bayangkan akan terjadi dalam hidupnya."Dasar pria brengsek!" seru Selina sambil meringis merasakan tubuhnya yang lengket dan bagian intinya yang begitu perih."Kau yang brengsek!" seru Dhexel sambil menatap tajam pada Selina.Dhexel pun memicingkan matanya saat mendadak ia mengingat wajah cantik Selina yang pernah ia temui beberapa hari yang lalu."Kau! Bukankah kau juga wanita yang berpenampilan urakan yang waktu itu berpura-pura tertabrak mobilku dan mencoba memerasku kan! Ya, aku mengingatmu! Kau benar-benar penipu sialan!" geram Dhexel.Selina terdiam mendengarnya karena ia tidak pernah benar-benar mengingat siapa saja yang sudah pernah ditipunya.Namun itu tidak penting karena Selina merasa keluar dari sini adalah yang terpenting.Dengan tertatih, Selina pun berusaha bangkit dari ranjang sambil tetap mencengkeram selimut putih itu sebatas dadanya. Bagian intinya masih terlalu perih sampai ia kesulitan bergerak."Auw, sialan! Mengapa rasanya seperti ini?" Mendadak hati Selina perih membayangkan kehormatannya harus terenggut seperti ini. Ibunya pasti akan sangat kecewa saat mengetahuinya.Tapi masalah tidak akan selesai kalau ia hanya meratapi apa yang sudah terjadi.Selina terus bergerak sampai akhirnya ia berhasil duduk di tepi ranjang. Dengan susah payah Selina menarik selimut hotel yang tebal itu untuk menutup tubuhnya dan berniat memungut bajunya.Namun Dhexel yang tubuhnya sudah kembali memanas karena efek obatnya masih bekerja pun langsung menatap Selina dengan lapar.Dengan cepat Dhexel menghampiri Selina lalu mencengkeram lengannya."Kau mau ke mana, penipu?"Selina pun membelalak ngeri. "Akhh, lepaskan aku! Apa yang mau kau lakukan? Biarkan aku pulang!""Pulang? Jangan harap kau bisa pulang sebelum aku selesai!""Apa? Apa lagi maksudnya? Tugasku sudah selesai! Masalahmu urus saja sendiri!"Selina mulai mengomel dengan panik. Namun Dhexel sudah tidak dapat mendengar apapun lagi saat fokusnya sudah tertuju pada leher jenjang wanita itu dan tulang selangkanya yang begitu seksi. Ditambah rambut acak-acakan yang membuat hasrat Dhexel makin menggila. Ditambah lagi dengan bibir cerewet itu yang tidak berhenti mengomel."Sialnya, masalahku hanya bisa diselesaikan bersamamu, penipu!"Tanpa mempedulikan Selina yang sekarang sedang membelalak lebar, Dhexel langsung saja menyambar bibir wanita itu dan memagutnya dalam.Dhexel mengarahkan tubuh Selina sampai tubuh wanita itu kembali terbaring ke ranjang dan dalam sekejap tubuh keduanya pun kembali polos."Lepaskan aku, pria brengsek! Tidak! Jangan lagi!""Nikmati saja jebakanmu sendiri, Nona penipu!"*Cahaya matahari masuk melalui celah jendela lagi itu.Dhexel dan Selina pun masih tertidur lelap karena percintaan yang sangat melelahkan kemarin malam.Namun keduanya tersentak kaget oleh suara pintu kamar hotel yang tiba-tiba dibuka dengan kasar.Brak!Seketika kilatan kamera pun langsung menyapa mereka saat kerumunan wartawan mendadak menerobos masuk ke kamar itu."Apa ini? Apa ini?" pekik Selena yang langsung panik menutupi wajah dan tubuhnya.Hal yang sama dilakukan oleh Dhexel yang buru-buru meraih handuk yang masih tersampir di pinggir ranjang dan buru-buru memakainya."Sial! Wartawan dari mana itu? Seharusnya aku tahu akan jadi seperti ini!" geram Dhexel.Sambil terus menunduk, Dhexel pun berlari ke kamar mandi dan tidak peduli lagi pada nasib Selena.Cukup lama para wartawan mengambil gambar dan bertanya dengan begitu ribut, bahkan ada yang membuat siaran live.Sampai seorang pria muda dan beberapa anak buahnya tiba dan mengusir para wartawan dari sana."Mereka sudah pergi, Marlo?" tanya Dhexel sambil memakai kembali kemeja lengkapnya di dalam kamar mandi."Sudah, Bos! Aku sudah menyuruh orang kita mengusir semua wartawan dari sekitar hotel," sahut Marlo, asisten Dhexel."Cari tahu siapa yang melakukan ini, Marlo! Mereka sengaja menjebakku pasti untuk menjelekkan namaku agar produk baru kita gagal bersaing di pasaran.""Aku sudah meminta rekaman CCTV di hotel untuk menangkap siapa yang melakukan ini, Bos.""Bagus! Aku tidak akan memaafkan siapapun yang melakukannya. Dan wanita sialan itu adalah wanita penipu. Dia juga yang pernah berpura-pura tertabrak mobil kita waktu itu, Marlo! Jangan biarkan dia lolos!"Marlo yang mendengarnya sempat terdiam sejenak karena wanita yang berpura-pura tertabrak mobil waktu itu adalah wanita berpenampilan urakan, namun wanita yang kemarin malam adalah tamu hotel yang berkelas. Namun Marlo tidak berani membantah bosnya itu."Apa lagi yang kau tunggu, Marlo? Awasi wanita itu, jangan biarkan dia lolos!""Ah, baik... baik, Bos!"Marlo pun bergegas keluar dari kamar mandi namun ia mendadak tertegun melihat ranjang yang sudah kosong."Bos... wanitanya hilang!" teriak Marlo sambil berlari sampai ke pintu keluar dan berkeliling sekitar hotel sampai ke lobby lalu kembali lagi ke kamar."Wanita itu sudah kabur, Bos. Aku tidak menemukannya di mana-mana, Bos," lapor Marlo dengan napas tersengal begitu ia sudah masuk lagi ke kamar.Namun Dhexel tidak menanggapinya sama sekali karena Dhexel masih menatap isi dompetnya dengan penuh amarah."Sial! Entah kapan dia mengambil dompet dari kantong celanaku tapi dia sudah menguras habis semua uang di dompetku.""Cari wanita penipu itu sampai dapat, Marlo! Aku mau dia dipenjara atas tuduhan penipuan dan pencurian! CEPAT, Marlo!!!" teriak Dhexel penuh amarah.**Selina terus menghembuskan napas lega saat ia sudah ada di dalam taksinya. "Untung saja aku sempat mengambil uang di dompet CEO sialan itu jadi aku bisa naik taksi dan tidak perlu berlari sejauh itu."Selina tersenyum senang sambil membuka tas selempangnya yang cukup besar dan mengeluarkan segebok uang kertas. "Woah, bagaimana uang sebanyak ini bisa kau simpan di dalam dompet sekecil itu? Benar-benar seperti kantong doraemon!" Selina terkikik senang lalu memasukkan kembali uang ke dalam tasnya. Selina sempat melirik kaca spion di mana pak sopir taksi sedang meliriknya dengan penuh tanya. Selina yang menyadarinya pun langsung berhenti tersenyum dan berdehem seolah tidak terjadi apa-apa. "Hmm, berhenti di depan saja. Aku turun di sini." Selina pun langsung mengeluarkan uangnya dan memberikan pada sopir taksi itu. "Ambil saja kembaliannya, aku sedang baik hati," kata Selina sebelum ia turun dari taksi. Setelah taksinya pergi, Selina pun kembali terkikik seperti orang gila. "Ah, me
"CEO Harris Wijaya Grup, Dhexel Harris Wijaya tertangkap kamera sedang tidur bersama seorang wanita di sebuah kamar hotel mewah pagi ini." "Para klien dan investor yang sempat bekerja sama dengannya pun kini mulai mempertanyakan reputasi baik dari Sang CEO yang disebut hanya settingan selama ini." "Beberapa saham di bawah Harris Wijaya Grup pun secara mengejutkan langsung terpengaruh sejak berita ini diturunkan." Suara pembawa berita itu tidak berhenti terdengar di rumah keluarga Dhexel sampai kedua orang tua Dhexel, Dexter dan Rebecca pun menjadi cemas mendengarnya. Bahkan Rebecca terus menelepon Dhexel namun anaknya tidak kunjung menjawab teleponnya. Sampai tidak lama kemudian, suara mobil berhenti terdengar di depan rumah dan Rebecca pun langsung berlari keluar. Marlo sendiri menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar yang merupakan rumah keluarga Harris Wijaya dan Dhexel langsung melihat ibunya di sana. "Dhexel, kau sudah pulang? Kau baik-baik saja? Mama sudah melihat
"Itu ... aku menjaga gudang. Ya, kebetulan aku diminta membantu temanku untuk menjaga gudang bosnya jadi aku terima saja, karena itu aku tidak pulang," dusta Selina dengan perasaan yang tidak karuan. Selama ini Selina selalu berbohong bahwa ia bekerja serabutan di sebuah toko pecah belah dan mengambil banyak pekerjaan sampingan lain sampai Aula tidak mengerti apa saja yang Selina kerjakan, hanya saja, Aula selalu percaya pada anaknya itu yang jujur dan bisa menjaga dirinya sendiri. "Syukurlah kalau kau mendapat pekerjaan bagus, Selina," sahut Aula akhirnya. "Ah, iya, Ibu! Tapi ayo makan saja! Ayo, Juna, makan!" Selina memaksakan tawanya seolah ia begitu bahagia, dan tawa itu pun membuat Aula dan Juna ikut tertawa sampai perasaan Selina menjadi sedikit lebih baik, walaupun tetap saja ada rasa sakit di hatinya karena ia sudah membohongi keluarganya. Beberapa hari berlalu dan Selina kebetulan tidak bekerja hari itu pun mengunjungi Bora, sahabatnya. Seperti biasa, saat sama-sama sed
Jantung Selina masih berdebar tidak karuan melihat Dhexel di sana. Selina pun menelan salivanya dan langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Dhexel. "CEO itu di sana, Bora. Aku harus pergi!" "CEO siapa? Apa maksudmu, Selina?" "Yang tidur denganku." Bora memiringkan wajahnya menatap Dhexel yang sedang memicingkan matanya menatap Selina dan Bora pun seketika juga membelalak. "Tunggu dulu! Maksudmu CEO yang tidur denganmu itu adalah dia? Dhexel Harris Wijaya?" "Apapun itu namanya tapi dia yang tidur denganku, Bora, dan aku harus pergi!" "Tapi bagaimana dengan pekerjaannya, Selina?" "Tolong bantu aku, Bora! Aku tidak tahu bagaimana dengan pekerjaannya, tapi yang jelas aku tidak boleh sampai tertangkap atau aku akan masuk penjara! Aku pergi dulu, Bora!" Dengan cepat Selina pun pergi dari Bora dan Dhexel yang melihatnya pun menegang. Tadinya Dhexel masih mengobrol dengan rekan bisnisnya sampai tatapannya bertemu dengan tatapan wanita penipu itu dan Dhexel pun langsung mengejarny
"Kau?" Dhexel dan Selina masih saling menatap dengan kaget. Bukan hanya Dhexel yang kaget, namun Marlo juga sudah membelalak melihat wanita yang sudah menipu Dhexel itu. Sedangkan Selina sudah panik luar biasa. Selina mendadak gemetar, ia ingin kabur lagi tapi ia tidak bisa kabur karena ibunya sedang dirawat. Namun Selina tidak mau sampai Ibu dan adiknya mengetahui apa yang sudah ia lakukan. Dhexel sendiri sudah menatap Selina berapi-api dan Dhexel masih kesal luar biasa pada Selina yang berhasil membuat Dhexel cukup lama tersiksa oleh berita skandal itu. Ditambah lagi Selina yang mendadak muncul di pesta kemarin lalu menghilang begitu saja. "Akhirnya aku menemukanmu lagi, wanita..." Belum sempat Dhexel menyelesaikan ucapannya namun Selina yang panik langsung bersuara dengan lantang. "Ah, jadi kau yang menyelamatkan ibuku, Pak? Terima kasih banyak, tapi bisa kita bicara di luar saja? Tidak enak di sini banyak orang sakit! Haha! Ibu, Juna, Kakak keluar dulu untuk bicara dengan B
"Kau tahu kalau kau dan CEO itu seperti jodoh saja. Sudah berapa kali kau bertemu dengannya? Ini kebetulan yang terlalu kebetulan, Selina!" Selina sudah bersembunyi di rumah Bora sejak pagi dan Selina mematikan ponselnya. Selina pun menceritakan semuanya pada Bora namun Bora malah mengatakan hal yang absurd tentang jodoh. "Ck, jodoh apanya? Justru itu kesialan bagiku, Bora! Aku tidak mau pulang dulu, pasti dia sedang mencariku karena ingkar janji, Bora!" "Haha, baiklah, maafkan aku, Selina!" "Tapi Bora, apa masih ada pekerjaan halal untukku? Setelah memikirkannya lagi, ucapan CEO itu benar juga, bagaimana kalau suatu hari ibuku tahu semuanya dan dia pasti akan sangat kecewa padaku. Memikirkan Juna akan membenciku saja rasanya sesak sekali di dada ini, Bora." Tangan Selina pun memegangi dadanya sendiri. "Karena itu aku bertekad untuk bekerja halal saja, aku tidak mau jadi penipu lagi, bahkan sekalipun pekerjaan itu cleaning service, aku akan rela melakukannya dibanding harus meni
Jantung Selina masih memacu tidak karuan menatap Dhexel yang duduk di kursi CEO. Entah takdir apa yang sedang mempermainkan mereka sampai mereka harus terus menerus dipertemukan seperti ini. Selina mematung. Kali ini tubuhnya kaku seperti mumi. Otaknya sudah memerintahkan untuk kabur, tapi sialnya tubuhnya tidak bisa bereaksi. Begitu juga dengan Dhexel yang sama kagetnya. Bahkan Dhexel sampai berdiri dari kursinya dan dengan cepat memutari mejanya lalu mencekal lengan Selina sampai Selina terperanjat kaget. "Selina, akhirnya kita bertemu setelah kau menipuku lagi dan lagi, wanita sialan!" Selina membelalak dan menelan salivanya gugup. "Apa? Apa? Bagaimana bisa kau ada di sini dan duduk di kursi CEO?" cemas Selina. "Jangan bilang kau CEO di sini, ini..." Dhexel memicingkan matanya dan untuk sesaat, Dhexel pun menatap seragam cleaning service yang Selina pakai. Dhexel mengamati tubuh Selina dari atas sampai bawah sampai Selina sendiri merasa ditelanjangi oleh tatapan Dhexel. "Itu
"Dia sedang membalas dendam padaku, Bora! Ya, aku yakin dia akan melakukan sesuatu untuk membuatku menderita!" "Oh, aku stres sekali, Bora! Tidak bisa resign tapi malah disuruh menjadi badut selama satu bulan! Oh..." Selina tidak berhenti mengomel sepanjang perjalanan pulang sore itu. Bora yang menyetir motornya pun hanya bisa terus menenangkan Selina dan memberi semangat pada sahabatnya itu, sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah Selina.Aula sendiri langsung menyambut mereka dan Aula senang sekali melihat Selina dan Bora bekerja bersama. "Ibu menyukai pekerjaan barumu ini, Selina, apalagi kau bekerja bersama Bora! Sekarang setiap sore kau akan ada di rumah jadi Ibu tidak khawatir lagi!" seru Aula saat Selina sudah masuk ke dalam rumah. "Ck, sudah kubilang aku bisa menjaga diriku sendiri, bekerja apapun untukku sama saja, tidak usah mengkhawatirkan aku, Ibu!"Aula tersenyum mendengarnya namun Juna nampak begitu antusias. "Jadi kau bekerja di bagian apa, Kak? Pasti keren ya b