Share

Bab 2. Pangeran buangan

Berada di tempat baru membuat Elsa tidak bisa tidur. Ketika matahari mulai terbit, Elsa terkejut melihat pemandangan dari jendela. Kegelapan yang ia lihat semalam ternyata menyembunyikan keindahan yang luar biasa.

"Elsa, ikut denganku sebentar," ucap wanita paruh baya yang semalam mengantarkan Elsa ke kamar itu. Dengan patuh, ia mengikuti wanita tersebut.

Rumah itu ternyata sangat besar dan luas, saat langit terang maka pemandangan furnitur di rumah tersebut terlihat lebih jelas dan mewah. Tidak bisa dipungkiri kalau Elsa pun pada akhirnya terpesona oleh rumah itu.

"Mulai sekarang kamu akan bertugas untuk membersihkan rumah di bagian sisi kanan. Di rumah ini tidak memiliki banyak pelayan, dan apapun yang kamu lihat secara tidak sengaja, berpura-puralah tidak tau."

Elsa mengedarkan pandangan, rumah sisi kanan yang dimaksud termasuk kamar dari pemilik rumah. Elsa melihat denah rumah tersebut yang ditunjukkan oleh wanita bernama Marley, bagaimana bisa rumah sebesar ini hanya ditinggali oleh sedikit orang?

"Maaf, Nyonya. Kalau boleh tau, siapa Tuan Rumah di tempat ini?"

"Beliau bernama ...,"

"Rumahku kedatangan pelayan baru hari ini?" kalimat tersebut membuat Elsa menoleh, suara langkah kaki berat terdengar melangkah mendekat. Dibalik lorong panjang rumah itu, seseorang dengan paras tinggi berbadan besar muncul.

Mata Elsa membelalak kaget, "Deon Dawson?" gumam Elsa syok.

Pria itu berjalan mendekat, tatapannya lurus ke arah Elsa hingga jarak di antara mereka tersisa dua meter.

"Kamu mengatakan apa barusan?" tanya pria itu.

"Deon, bukankah kamu Deon? Putra tunggal keluarga Dawson, tapi kenapa kamu ada di tempat ini?" tanya Elsa.

Pria itu tersenyum samar. "Deon? Kamu memanggilku Deon seolah kamu akrab denganku."

Elsa segera menyadari situasi, ia menundukkan kepala merasa tak sopan.

"Maaf, aku tidak berniat memanggil Anda seperti itu. Saya terlalu lancang." ucapnya, Elsa ingat kalau Deon marah, pria itu akan langsung memberikan peringatan keras, tapi aneh kalau pria di depan ini tidak mengenalnya, bagaimanapun Elsa bekerja sebagai resepsionis di perusahaan Dawson.

Pria itu semakin mendekat dan menyuruh Marley si wanita paruh baya tadi untuk pergi. Lalu satu jarinya mengangkat dagu Elsa, membuat perempuan itu menatap langsung ke arahnya. Tubuh besarnya sedikit membungkuk karena Elsa lebih pendek darinya.

"Apa hubunganmu dengan Deon?" tanyanya, suaranya dingin menggetarkan jiwa.

Pertanyaan tersebut tentu saja membuat Elsa mengernyitkan kening, "Anda tidak mengenal saya? Saya adalah ...,"

"Kamu salah kalau berpikir aku adalah Deon. Aku bukan Deon, apa semirip itu wajahku dengannya?"

Elsa refleks mundur sambil menutup bibirnya kaget seolah paham apa yang terjadi, jadi ini yang dimaksud pangeran buangan dari keluarga Dawson? Dia adalah saudara kembar Deon yang memiliki sebuah penyakit sehingga diasingkan jauh di tempat yang tak banyak orang ketahui.

"Kenapa terkejut? Aku sedang bertanya padamu, seberapa mirip aku dengan Deon?" katanya dengan nada memaksa.

Sangat mirip, hampir tidak ada celah yang bisa membedakan mereka. Dari besar tubuh dan wajahnya, semuanya sama. Kecuali bagian iris mata yang memiliki warna berbeda, Deon bermata biru sementara pria di depannya berwarna hazel.

Elsa kehilangan kata-kata, mereka sangat-sangat mirip. Tapi kenapa saudara kembar Deon diasingkan? Dari segi fisik, pria ini terlihat sangat bugar dan sehat. Dan dari pertanyaannya barusan, sepertinya Deon dan pria ini tidak pernah bertemu sebelumnya.

"KATAKAN!" bentaknya, Elsa sampai berjingkat kaget dengan suara tersebut.

"Maaf, saya salah bicara. Sepertinya saya terlalu sering membaca komik dan berpikir kalau Anda adalah salah satu dari karakter di komik itu." dalih Elsa.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya terlihat percaya, "Sekarang perkenalkan dirimu. Karena kamu pelayan baru di rumah ini, aku harus mengenalmu."

"Namaku Elsa Lenora. Aku baru tiba tadi malam di rumah ini, kalau saya membuat kesalahan, tolong maafkan saya."

Pria itu menatapnya dalam, Elsa merasa berdebar tidak karuan, ia tak bisa menutupi ketakutannya karena untuk pertama kali melihat saudara kembar Deon secara langsung.

"Kalau begitu selamat bekerja, ingat terhadap batasanmu." katanya penuh peringatan, lalu pergi tanpa memperkenalkan namanya lebih dulu.

Meski begitu, Elsa akhirnya bisa menghembuskan nafas lega, berhadapan dengan pria tadi membuatnya merasa sesak. Tak lama, wanita paruh baya tadi mendekat.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.

"Aku baik-baik saja." jawab Elsa tanpa curiga. "Siapa nama pria tadi?"

"Namanya Dustin. Kamu akan bekerja untuknya mulai hari ini. Oh ya, hari ini kamu selamat karena dia tidak melakukan apapun padamu." kata wanita paruh baya yang bernama Marley itu.

Tapi kalimat itu jelas menimbulkan pertanyaan baru di kepala Elsa, memang ada apa dengan Dustin? Pria itu sama seperti Deon, sama-sama mudah marah. Saat di New York, Elsa bisa mengatasi kemarahan Deon, mungkin sekarang ia juga bisa mengatasi kemarahan Dustin.

"Tapi pria satu ini sepertinya sangat berbeda." batin Elsa, hatinya mendadak tidak tenang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status