Share

Bab 4. Pria misterius

Hari demi hari berlalu, Elsa mulai memahami aktivitas apa yang sering kali Dustin lakukan setiap hari. Walaupun tidak ada internet atau akses untuk menggunakan media elektronik, tapi Dustin sangat rajin sekali membaca buku.

Ada sebuah ruangan yang Elsa masuki, semua yang ada di ruangan itu adalah buku yang membahas tentang bisnis. Namun untuk apa Dustin belajar tentang bisnis kalau pria itu terkekang di dalam penjara yang ada di tengah pulau seperti ini?

"Apa yang kamu lakukan di sini?" 

Elsa berjingkrak kaget, ia sampai tidak sengaja menjatuhkan buku yang sedang ia pegang. "Tidak ada, saya hanya tertarik dengan buku yang ada disini. Kalau begitu saya akan melanjutkan pekerjaan, permisi." buku tadi segera Elsa ambil dan simpan ke tempatnya semula lalu bergegas pergi.

Dustin sempat memperhatikan, tapi pria itu mengabaikannya selama Elsa tidak merusak benda apapun yang ada di rumah itu.

"Elsa, bisa kamu bantu aku membawa beberapa sayur yang baru dipetik?" seru pelayan Marley.

"Baik." jawab Elsa buru-buru menuju ke area pertanian.

Semua sayuran disini organik, segar dan tidak menggunakan pestisida. Berbeda ketika Elsa masih di kota, dimana semua yang ia butuhkan serba instan dalam sebuah kemasan.

"Dustin tidak mengganggumu, kan?" tanya Marley.

"Dia tidak menggangguku, tapi aku merasa takut dengan tatapannya. Padahal Dustin dan Deon adalah saudara kembar, namun aku merasa tekanan yang Dustin miliki jauh lebih berat." jawabnya.

Marley menyusun sayur ke dalam keranjang, lalu melihat ke kanan dan ke kiri memastikan sesuatu sebelum menatap Elsa. "Berhati hatilah dengan beliau, aku tidak bisa menjelaskan padamu apa alasannya. Tapi, Dustin dan Deon adalah dua orang yang memiliki kepribadian sangat beda."

"Aku tau, aku mengenal Deon karena dia atasanku di perusahan. Tapi saat aku mengenal Dustin, aku pikir aku bisa mengatasinya seperti Deon, ternyata aku salah besar."

Marley menepuk pundak Elsa. "Intinya kamu harus berhati-hati dengan Dustin, di tempat ini tak ada yang bisa membantumu kalau pria itu melakukan sesuatu." bisiknya.

Tanpa mengatakan lebih banyak, Marley pergi lebih dulu membawa keranjang sementara Elsa masih memasukkan sisa sayuran lainnya. Namun ketika ia menoleh, terlihat ada Dustin berdiri dari kejauhan sambil melipat tangan di depan perut.

Setiap kali melihat Dustin, entah kenapa Elsa merasa kalau sering kali diperhatikan secara diam-diam. Bahkan di beberapa kesempatan pria itu kerap kali menatapnya terang terangan, sementara kalimat Marley barusan seolah sebuah peringatan yang harus Elsa waspadai.

**

Malam harinya, rumah tanpa penerangan yang jelas tentu sebuah tantangan tersendiri untuk Elsa keluar kamar hanya dengan membawa sebuah lilin kecil.

"Aku masih belum terbiasa dengan rumah gelap seperti ini, harusnya aku menyediakan air saat langit masih cerah agar tidak perlu ke dapur untuk minum saat tengah malam." gerutunya.

Suasana rumah sangat sepi saat malam hari, seolah olah Elsa tinggal di rumah kosong sendirian. Padahal di rumah bagian kanan ada dua penghuni, Elsa dan Dustin. Sementara pelayan lain ada di bagian rumah bagian kiri.

"Sekujur tubuhku merinding di buatnya." batin Elsa, samar-samar ia mendengar suara langkah kaki mendekat, tubuhnya membeku tanpa berani bergerak sampai tiba-tiba saja pundaknya di tepuk dari belakang.

"Aaaa ... humph!" Bibirnya langsung di bungkam, tapi saat ini detak jantungnya benar-benar menggila.

"Kalau kamu berteriak, semua penghuni lain rumah ini akan datang." ucap orang itu.

Elsa menepis tangan besar itu dari bibirnya, ia mengangkat lilin kecil dari meja untuk melihat jelas siapa yang menepuk bahunya barusan. Setelah itu, ia bisa dengan jelas melihat Dustin berdiri di depannya.

"Anda membuatku terkejut, jadi aku refleks berteriak." balasnya.

Dustin melewatinya, meraih teko kaca yang barusan sudah Elsa isi. "Aku tidak berniat mengejutkanmu, hanya memastikan apa yang pelayan lakukan di tengah malam seperti ini masih berkeliaran."

"Tunggu sebentar, itu air minumku." protes Elsa.

Dustin yang sudah menjauh kembali berbalik. "Semua barang di rumah ini adalah milikku, kamu tidak berhak mengklaim satu pun barang tanpa izinku." suara berat dan dingin itu berhasil membungkam kembali bibir Elsa sampai Dustin menghilang diantara kegelapan.

"Dia sangat misterius dan menakutkan di waktu bersamaan." batin Elsa, akhirnya ia mengisi teko lain dengan air dan membawanya ke kamar.

Rumah ini memang sangat bagus, kamar yang di berikan untuk Elsa pun terbilang mewah untuk seorang pelayan. Hanya saja penerangan di tempat itu saat malam hanyalah lilin yang di buat berulang ulang.

"Aku penasaran berapa lama aku harus tinggal di tempat ini, terisolasi oleh semuanya dan terasingkan dari dunia modern."

Elsa begerak menuju balkon, seketika itu hembusan angin malam terasa cukup menenangkan beraroma laut yang bercampur dengan aroma bunga dari taman.

"Disini memang nyaman, duniaku yang begitu ramai menjadi sangat hening dan damai." ucapnya sambil mengukir senyum dan merentangkan tangan menikmati udara segar yang menghantarkan ketenangan.

Ia tidak sadar bahwa ancaman yang sesungguhnya sudah begitu dekat tanpa bisa Elsa hindari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status