Share

Bab 5. Mimpi aneh

Pagi itu Elsa bertugas merawat tanaman bunga, memastikan bunga yang sudah mati untuk diganti yang baru. Berhubung taman yang Elsa rawat menghadap laut, saat ini ia melihat kalau Dustin tengah lari pagi di pinggir pantai.

Tanpa sadar Elsa diam memperhatikan. Ia penasaran, apa Dustin tidak bosan menghabiskan waktu di pulau seperti ini sendirian, tanpa akses untuk ke dunia modern di luar sana.

"Aku baru tiga minggu di tempat ini, dan aku sudah sangat bosan. Rasanya ingin kembali ke kota, tapi aku tidak tau bagaimana caranya untuk pulang." Elsa hanya pasrah, ia pun menyelesaikan pekerjaan dengan baik sebelum masuk ke rumah.

Saat itu Marley terlihat baru saja keluar dari kamar Dustin membawa pakaian kotor, wanita paruh baya itu hanya tersenyum simpul dan melewati Elsa tanpa mengatakan apapun.

"Semua penghuni di rumah ini sedikit aneh, Nyonya Marley kadang baik padaku, tapi di waktu yang berbeda dia seperti orang asing yang tidak aku kenal." Elsa menggelengkan kepala, ia masih harus membersihkan bagian belakang rumah sebelum akhirnya bisa istirahat.

Suasana rindang di halaman belakang sangat indah, Elsa kerap kali menghabiskan waktu istirahat di bawah pepohonan, beralaskan rumput hijau dan langit biru serta keindahan pohon-pohon yang menyejukkan mata.

"Aku rindu kehidupan di kota, meskipun tempat ini indah. Tapi aku merasa tidak bisa berbuat apapun tanpa internet, ternyata sesulit itu untuk membiasakan diri." gumamnya.

Elsa mendongak menikmati hembusan angin, namun tak sengaja ia melihat Marley dan Dustin saling bicara. Terlihat kalau Dustin memberikan sesuatu pada Marley, wanita paruh baya itu mengangguk lalu pergi.

"Pria itu juga sangat misterius, dia sangat berbeda dengan Deon walaupun punya tubuh yang hampir sama." batin Elsa, secara tak sengaja tatapan mereka saling bertemu. Hanya saja kali ini Dustin memalingkan wajah lebih dulu.

Elsa turun dari daerah yang lebih tinggi menuju pantai, untuk pertama kali selama tinggal di sana ia bisa menginjakkan kaki di pasir basah pinggir laut seperti ini. Udara yang sejuk beraroma laut, suara deburan ombak hingga langit yang akan gelap terlihat begitu indah.

Namun tetap saja, seindah apapun pemandangan yang disajikan oleh tempat tersebut, rasanya ada yang kurang kalau harus hidup jauh dari dunia modern. Tanpa komputer, tanpa ponsel dan apapun itu yang menyangkut barang elektronik.

"Elsa! Sebaiknya kamu kembali, tidak bagus kalau kau dibawah sana saat malam hari!" seru Marley dari atas.

Elsa mendongak, terlihat Marley melambaikan tangan menyuruhnya untuk naik. "Padahal aku baru menikmati sentuhan air pantai." gerutunya, mau tak mau ia naik menggunakan tangga yang terbuat dari bebatuan alam.

"Elsa, sebaiknya kamu jangan sampai keluar saat malam hari di tempat ini. Kamu masih orang baru, belum tau ada apa di luar sana ketika gelap." tegur Marley.

"Memang ada apa? Bukankah tempat ini jauh dari kehidupan banyak orang, aku rasa tempat ini juga tidak memiliki hewan buas."

Marley menggeleng. "Justru kamu salah, ada sesuatu yang lebih buas tanpa kamu ketahui. Sebaiknya kamu dengarkan ucapanku, jangan keluar saat langit sudah gelap, itu berbahaya." lalu Marley menutup pintu, mengunci bagian atas dan bawah serta menutup semua jendela.

Elsa cuman bisa mengernyitkan kening, tak paham kenapa Marley sampai melakukan hal seperti itu. Toh mereka sekarang hidup di tengah pulau terisolasi, bahkan rumah Dustin adalah satu-satunya di tempat tersebut.

"Aku sudah menyiapkan makan malam, ayo kita makan dan istirahatlah. Saat gelap, tidak ada yang bisa kita lakukan di rumah ini." katanya.

Elsa mengangguk patuh, tapi ia penasaran ada apa di luar sana ketika gelap. Dari yang Elsa tau, tidak ada hewan buas atau sesuatu yang berbahaya karena pulau ini memiliki ukuran yang terbatas sehingga ujung sampai ujung bisa terlihat oleh mata.

"Bisa aku bertanya sesuatu?" tanya Elsa membuka obrolan.

"Tentu saja, kamu pasti punya banyak pertanyaan karena masih baru di tempat ini." jawab Marley.

"Sudah berapa lama Dustin tinggal di rumah ini sebenarnya?"

Marley tidak langsung menjawab, wanita itu menatap Elsa diantara penerangan lilin yang tidak begitu terang.

"Sekitar lima belas tahun lalu, aku datang kemari saat usia Dustin lima belas tahun. Selama itu aku bersamanya walaupun satu persatu pelayan baru sepertimu memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan tinggal di tempat ini."

"Jadi maksudmu bukan aku orang pertama yang melayani Dustin?" tanyanya lagi.

Marley pun menggeleng. "Sudah ada beberapa sebelum dirimu, tapi seperti yang kamu tau. Memang siapa yang betah tinggal di tempat ini, tanpa perangkat elektronik dan tidak bisa keluar dari sini bagaimanapun caranya."

"Lalu ketika kamu memanggilku seperti tadi, apa kamu takut aku melakukan hal serupa seperti pelayan lainnya yang mengakhiri hidup?" tanya Elsa.

Marley menghela nafas panjang. "Makanlah, Elsa. Aku rasa kamu sudah terlalu banyak bertanya." sahutnya, sambil memperhatikan Elsa yang patuh.

Perempuan itu menyantap makanannya dengan tenang lalu meneguk minuman yang sejak tadi Marley perhatikan tanpa Elsa tau.

"Aku akan membersihkan piring kotornya."

"Tidak perlu, itu bagianku. Kamu bisa pergi, kalau bisa pastikan kamu menutup jendela kamarmu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan." ucap Marley.

Elsa pun menuju kamarnya, melakukan apa yang Marley ucapkan untuk menutup jendela kamar dan gordennya. Beberapa saat kemudian entah kenapa, ia tiba-tiba merasa begitu mengantuk. Sepertinya ini efek kekenyangan di tambah lagi suasana gelap yang membuatnya tidak bisa menahan diri untuk segera tidur.

"Tempat ini mendadak terasa nyaman sekali, aku bisa istirahat disini dengan santai." pikirnya, dalam hitungan detik saja ia langsung terlelap dengan mudahnya.

Dalam kondisi sadar dan tidak, Elsa merasakan sebuah sentuhan asing yang mulai meraba tubuhnya. Perasaan aneh yang perlahan membuatnya bergerak liar dalam tidurnya.

Saat matanya terbuka, Elsa hanya melihat sosok samar berada di atas tubuhnya. Kegelapan menyembunyikan siapa orang tersebut. Tapi sentuhan dari ciuman basahnya, tanpa sadar membuat Elsa mendesah. Terlebih saat tangan besar orang itu mulai meremas bagian dadanya dengan lembut.

"JANGAN!"

Elsa tersentak kaget, matanya terbuka lebar dan menyadari bahwa langit sudah cerah. Ia mengusap wajahnya saat mengingat mimpinya barusan.

"Astaga, untungnya cuman mimpi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status