Di tempatnya berada, si Topi Merah merasa geram atas kepergian Martis. Ia sangat kesal karena Martis juga berhasil kabur membawa Aoi. Padahal, ia sudah merencanakan hal kotor pada Aoi karena memang wajah dan tubuh Aoi sangatlah menggoda. Namun, beberapa puluh menit kemudian, di tengah amukan dan ocehannya, si Topi Merah kembali merasakan hawa keberadaan Martis. "Apakah dia kembali? Bagus! Ia akan mati konyol akibat rasa percaya dirinya itu!" Si Topi Merah mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Martis. Namun saat si Topi Merah menoleh ke belakang, wajahnya dihantam dengan sangat kuat oleh Martis. "Punch of Light...!" Dengan lantangnya Martis yang baru saja muncul berteriak. Duar...! Pukulan Martis berhasil menghantam wajah si Topeng Merah. Walaupun tidak telak, karena si Topeng Merah sempat menggeser dikit wajahnya, tapi pukulan Martis barusan berhasil melukai wajahnya. Nampak pada mata bagian kanan si Topi Merah lebam membiru. Ia pun memeganginya guna menahan rasa s
Beberapa hari kemudian, setelah kejadian yang menimpa Martis kemarin, ia tidak mendapat gangguan lagi dari si Topeng Merah hingga waktu pertarungan final kompetisi bela diri tiba.Saat ini, Martis dan si Topeng Merah sudah berada di dalam arena. Teriakan dan sorakan para penonton memuncak karena hari ini adalah hari yang paling ditunggu."Martis, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos!" seru si Topeng Merah dengan nada penuh kebencian."Seharusnya aku yang berkatq seperti itu padamu. Oh iya, tunggu sebentar." Martis merogoh saku di dalam bajunya untuk mengeluarkan sesuatu. "Coba lihat apa yang ada di tanganku." Martis menggoyangkan sebuah gulungan, ia nampak mengolok si Topi Merah."Itu...?! Argh...! Sial!" Si Topi Merah mengepalkan kedua tangannya. "Kembalikan benda itu padaku!" bentak si Topi Merah."Oh ya? Boleh saja. Asalkan kau setuju dengan tawaranku," ujar Martis.Si Topi Merah berpikir sejenak, hal licik apa yang akan Martis lakukan?"Hey, bagaimana? Apa kau mendengarku? A
Pertarungan Martis melawan si Topeng Merah semakin lama semakin intens. Dan sejauh ini Martis lah yang nampak sedikit unggul. Walaupun sedikit unggul, Martis tidak mau meremehkan lawannya. Dia justru lebih memperketat lagi pertahanannya. "Hey Martis! Mana jurus andalan sinar lasermu itu? Kenapa kau tidak menggunakannya? Bukankah kau ingin mengalahkanku dengan cepat?" Mendengar ucapan provokasi dari si Topi Merah, tentu saja Martis langsung curiga. Dalam hatinya, Martis berkata, 'Apa yang direncanakan orang ini? Dia mencoba memancingku untuk menggunakan sinar laser. Apakah dia sudah tau kelemahan dari teknik itu?' "Hey! Kenapa kau hanya diam? Ayo tunjukan lagi kekuatan dan kehebatanmu lebih dari ini!" Karena tidak ada respon dari Martis, si Topeng Merah terus mengucapkan kata-kata provokasinya. Namun sepertinya si Topi Merah memprovokasi orang yang salah. Martis tidak akan memakan umpan yang diberikan. Kalau soal provokasi, justru Martis lebih mahir dari siapapun. Dan benar saja
Martis berhasil memukul wajah si Topeng Merah. "Sekeras apa topengmu itu?! Sial...!" Martis mengibaskan tangan yang tadi ia gunakan untuk memukul wajah si Topeng Merah. Tangan Martis terasa keram saat menghantam benda yang sangat keras. "Kau pikir, topeng ini hanya mainan?" Si Topi Merah merasa congkak karena melihat Martis yang seharusnya melukainya namun justru sebaliknya. "Menarik! Aku jadi menginginkannya," ujar Martis, kini ia telah kembali siap untuk melanjutkan pertarungannya. "Kau telah menipuku dengan gulungan itu! Dan sekarang, kau juga berharap lebih? Sungguh, kau manusia yang serakah, Martis!" Si Topeng Merah bergerak perlahan, ia sangat berhati-hati. Karena ia yakin, satu kesalahan saja, serangan Martis sangat mematikan. "Serakah katamu? Hahaha...! Aku hanya menginginkan beberapa saja sudah kau bilang serakah. Lantas, kau akan bilang apa kepada Atasanmu yang serakah haus akan pujian? Kalian menggunakan kata keadilan. Tapi, apakah kenyataannya sudah adil? Hem?" Ka
Martis kembali mengambil posisi seperti biasanya, ia menguatkan tapak kakinya ke lantai lalu mulutnya terbuka lebar.Si Topeng Merah tahu apa yang akan dilakukan oleh Martis. "Hey Martis! Bukankah tadi kau sudah lihat sendiri, sinar laser andalanmu itu tidak mempan pada rompi pelindungku." Si Topeng Merah malah berdiri tegap sambil merentangkan tangannya. "Ayo serang! Serang aku kalau kau bisa! Hahaha...!"Beberapa saat kemudian...,Nging...!Suara melengking dari sinar laser yang Martis tembakkan dari mulutnya terdengar menyayat telinga.Si Topeng Merah melotot. Ia tak percaya dengan apa yang dialaminya. "Ti-tidak mungkin...," ucapnya, yang kemudian tubuhnya ambruk.Suasana menjadi hening sesaat. Sangking sunyinya, langkah kaki Martis yang mendekati tubuh si Topeng Merah pun terdengar cukup nyaring."Topeng ini, sekarang milikku," ujar Martis seraya memasukkan topeng ke dalam saku bajunya yang ternyata langsung masuk ke dalam tas penyimpanan sistem miliknya.Kemudian kembali terdenga
Martis yang awalnya sedang duduk santai langsung berdiri. "Apakah benar, ada seorang Edmiral di sana, Lancelot?" "Benar, Ayah. Aku sudah melihatnya sendiri bahwa memang benar pasukan World Goverment itu datang bersama seorang Edmiral." Dari wajahnya, Lancelot tidak menyiratkan tanda kebohongan sedikitpun. "Kalau begitu kalian pergilah ke tempat yang aman. Yang mereka cari adalah aku. Maka sekalian saja aku muncul secara terang-terangan." Tidak ada raut wajah takut atau gentar sedikitpun yang Martis tunjukkan. "Ayah! Dia berbeda dengan Sachibaki." Lancelot mencoba merayu Martis untuk tidak menghadapi Edmiral secara langsung. "Benar, Martis. Kekuatan Edmiral itu jauh berbeda tingkatannya dibandingkan dengan para Sachibaki." Aoi ikut menambahkan. "Jika ingik pergi, maka berjanjilah kau akan kembali pada kami." Semua mata beralih menatap Mia. Mereka terkejut karena mendengar Mia setuju dengan rencana yang Martis katakan. "Baik, aku berjanji akan kembali dengan selamat nanti. Jadi ce
Sementara itu, di kota Kalendra saat ini sedang terjadi kegaduhan. Kegaduhan itu dipicu karena kedatangan pasukan yang dibawa oleh Edmiral Kaziru. Saat Edmiral Kaziru turun dari kapal, semua prajurit langsung membentuk barisan untuk memberikannya jalan. Kemudian terdengarlah bisikan-bisikan para warga saat melihat penampilan Admiral Kaziru yang nampak sangat garang. Tampang garangnya itu membuat warga takut untuk menatapnya. Kemudian Edmiral Kaziru langsung menuju ke sebuah Bar yang ada di dekat sana. Setibanya di Bar, dia langsung masuk dan orang-orang yang ada dalam Bar itu seketika langsung terkejut dan berlarian keluar karena melihat adanya kehadiran Edmiral Kaziru. Edmiral Kaziru langsung bertanya kepada pemilik Bar, "Di mana tempat tinggal orang yang bernama Martis?!" Pemilik Bar itu terlihat menggelengkan kepalanya sambil ketakutan dan dia juga berkata dengan terbata-bata akibat rasa takutnya, "A-aku..., aku tidak tahu." Mendengar jawaban yang tidak memuaskan, Edmira
Martis akhirnya baru kali ini ia merasakan dengan yang namanya ciut. 'Semua seranganku tidak berdampak sama sekali padanya. Apakah dia ini benar Manusia?! Apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkannya? Bahkan sistem pun saat ini malah mengalami gangguan. Ini adalah benar-benar hari terburuk yang pernah aku alami.' Martis dengan segenap kekuatannya berusahq terus menghindar dari serangan Edmiral Kaziru. Tiap serangan yang Edmiral Kaziru lancarkan akan mengahasilkan kibasan angin panas seperti lahar gunung berapi. Dan nampaknya Edmiral Kaziru ini tidak lagi memperdulikan dengan bagaimana keadaan di sekitarnya. Dia terus melancarkan niatnya untuk menyerang Martis tanpa menghiraukan kekacauan di sekitarnya yang ia timbulkan. Melihat hal ini, Martis semakin yakin dengan sifat para petinggi World Goverment yang memang arogan dan tak memperdulikan keadaan sekitarnya, mereka hanya mementingkan misi selesai. Kemudian Martis mencoba trik untuk mengendap-endap. Namun usahanya gagal, karena