Sementara itu, di kota Kalendra saat ini sedang terjadi kegaduhan. Kegaduhan itu dipicu karena kedatangan pasukan yang dibawa oleh Edmiral Kaziru. Saat Edmiral Kaziru turun dari kapal, semua prajurit langsung membentuk barisan untuk memberikannya jalan. Kemudian terdengarlah bisikan-bisikan para warga saat melihat penampilan Admiral Kaziru yang nampak sangat garang. Tampang garangnya itu membuat warga takut untuk menatapnya. Kemudian Edmiral Kaziru langsung menuju ke sebuah Bar yang ada di dekat sana. Setibanya di Bar, dia langsung masuk dan orang-orang yang ada dalam Bar itu seketika langsung terkejut dan berlarian keluar karena melihat adanya kehadiran Edmiral Kaziru. Edmiral Kaziru langsung bertanya kepada pemilik Bar, "Di mana tempat tinggal orang yang bernama Martis?!" Pemilik Bar itu terlihat menggelengkan kepalanya sambil ketakutan dan dia juga berkata dengan terbata-bata akibat rasa takutnya, "A-aku..., aku tidak tahu." Mendengar jawaban yang tidak memuaskan, Edmira
Martis akhirnya baru kali ini ia merasakan dengan yang namanya ciut. 'Semua seranganku tidak berdampak sama sekali padanya. Apakah dia ini benar Manusia?! Apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkannya? Bahkan sistem pun saat ini malah mengalami gangguan. Ini adalah benar-benar hari terburuk yang pernah aku alami.' Martis dengan segenap kekuatannya berusahq terus menghindar dari serangan Edmiral Kaziru. Tiap serangan yang Edmiral Kaziru lancarkan akan mengahasilkan kibasan angin panas seperti lahar gunung berapi. Dan nampaknya Edmiral Kaziru ini tidak lagi memperdulikan dengan bagaimana keadaan di sekitarnya. Dia terus melancarkan niatnya untuk menyerang Martis tanpa menghiraukan kekacauan di sekitarnya yang ia timbulkan. Melihat hal ini, Martis semakin yakin dengan sifat para petinggi World Goverment yang memang arogan dan tak memperdulikan keadaan sekitarnya, mereka hanya mementingkan misi selesai. Kemudian Martis mencoba trik untuk mengendap-endap. Namun usahanya gagal, karena
Martis dan Gozil melihat bahwa Edmiral Kaziru berhasil menahan serangan yang Gozil lakukan. Melihat itu, Gozil sangat frustasi. Matanya melotot dan ia mengeraskan rahangnya lalu berteriak, "Jangan remehkan kekuatan Ras Naga...!" Gozil pun kembali membuka mulutnya berniat sekali lagi menembakkan bola api lagi. Namun saat bola api itu siap ditembakkan, tubuh Gozil menghilang dari sana. Sebelum tubuhnya menghilang, ia merasa sangat marah. Rupanya Martis menarik kembali tubuh Gozil masuk ke dalam gulungan ajaib. 'Monster ini masih berguna nanti. Untuk sementara aku harus pergi dari sini. Ternyata kekuatan Edmiral di luar dugaanku.' Martis segera pergi dari area pertempuran. Edmiral Kaziru yang sadar bahwa Martis telah melarikan diri tentunya sangat geram. "Dia kabur! Tapi lihat saja, sampai ke lubang semut pun kau akan kukejar!" seru Edmiral Kaziru seraya memukul lantai. Martis yang berhasil melarikan diri menggunakan teknik teleportasinya akhirnya beristirahat di bawah sebatang
Martis melihat bahwa pakaian yang dikenakan oleh pria di hadapannya adala seragam militer. Namun seragam militer yang dikenakan pria ini berbeda dengan seragam militer milik The World Goverment."Siapa sebenarnya kalian? Seragam kalian berbeda dengan World Goverment?" tanya Martis penasaran."Kau tidaj tahu siapa kami?!" Pria itu malah menjawab dengan sinis."Kalau aku tahu, tidak mungkin aku bertanya padamu," jawab Martis. Karena tidak merasakan aura niat membunuh dari pria itu, Martis melonggarkan kuda-kudanya."Ternyata masih ada juga orang bodoh sepertimu! Apa kau tidak dapat membaca?!" Pria itu melirik ke tembok. Pada tembok itu terdapat gambar yang memiliki tulisan besar. Gambar itu adalah gambar tameng yang bertuliskan nama sebuah instansi."Pasukan Revolusi?" ujar Martis seraya membaca tulisan besar di tembok."Kukira kau tidak dapat membaca."Martis dan pria itu kemudian malah berdebat. Pokoknta ada saja hal yang mebuat mereka berdebat pada obloran mereka pada pertemuan perta
Edmiral Kaziru memberitahu pada Dr. Zoan bawa saat ini Gulungan Ajaib versi satu memang berada di tangan orang lain yang bukan di bawah pengawasan The World Goverment. Mendengar itu, Dr. Zoan nampak sangat marah."Dasar ceroboh! Kau juga tahu sendiri bukan, betapa berbahayanya para Makhluk yang ada dalam Gulungan Ajaib versi satu?!"Edmirak Kaziru tidak suka dengan nada bicara Dr. Zoan. Ia pun menarik kerah baju Dr. Zoan lalu menatap tajam wajahnya. "Aku tidak butuh ceramah darimu! Yang aku butuhkan saat ini hanyalah informasi! Kenapa bisa ada Ras Naga pada Gulungan Ajaib versi satu itu?!" Edmiral Kaziru kemudian mendorong tubuh Dr. Zoan.Dr. Zoan yang tersungkur membalas tatapan tajam dari Edmiral Kaziru. "Kenapa tidak kau tanyakan saja dengan Sachibaki itu?!""Dia sudah mati! Jika tidak, aku tidak perlu repot-repot menemuimu!"Dr. Zoan tertawa saat mendengar bahwa salah satu Sachibaki berhasil dikalahkan oleh seseorang. "Aku kira, para Sachibaki bawahanmu itu kuat. Ternyata hanya ga
Martis tak menyangka jika secepat ini ia akan ditemukan oleh pasukan The World Goverment. Padahal sebisa mungkin ia telah merubah penampilannya untuk mengelabuhi The World Goverment. Dia juga sengaja masuk ke dalam Bar kecil ini tadinya berniat mencari informasi tentang The World Goverment. Namun ia malah dikepung. "Cih! Kalian ini benar-benar seperti anjing! Penciuman kalian tajam juga rupanya, ya?" Martis mencibir, ia kesal.Kini Martis baru sadar akan keseriusan The World Goverment yang mengincar dirinya setelah melihat jumlah yang sangat bayak dari tiap satu regu pasukan yang ada di sekelilingnya saat ini. Awalnya Martis bertarung melawan mereka dengan santai. Namun siapa sangka, mereka terus berdatangan, seolah-olah tumbang satu maka akan datang seribu."Kalian ini..., sebenarnya seberapa banyak jumlah kalian?!" Martis mengacak rambutnya sendiri. Ia merasa frustasi melihat jumlah pasukan yang ada di luar Bar."Kenapa aku tidak sadar kalau sejak pertama terdapat banyak musuh di s
Martis yang tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh seseorang merasa terkejut. Dan kini ia berada di tempat yang ia rasa tidak asing. 'Kenapa aku bisa berada di sini lagi? Tadi aku merasa tubuhku seperti ada seseorang yang menariknya ke dalam dimensi lain,' gumam Martis. "Ehem...! Kenapa kau bengong?!" Dari arah belakang, terdengar suara seseorang yang juga dirasa tak asing oleh Martis. "Kau...?" Martis menunjuk wajah pria yang tadi membawanya ke tempat ini, Markas Revolusioner. "Tidakkah kau memgucapkan terima kasih padaku? Hem?" Pria itu sepertinya sengaja mengejek Martis. "Hem..., baiklah, baiklah. Kali ini aku berterima kasih padamu," jawab Martis seraya mengibaskan tangannya. "Begitukah caramu berterima kasih pada seseorang yang telah membantumu melarikan diri dari maut?!" Pria itu kesal dengan sikap cuek Martis. "Oh ya...? Tapi tunggu! Siapa yang meminta bantuan darimu? Dan lagi, bagaimana bisa secara tiba-tiba kau tahu posisiku dan apa yang terjadi padaku?!" Ini adalah hal yang
Jendral Salim sebenarnya sudah menduga bahwa hal ini pasti akan terjadi. 'Anakku ini, rasa percayanya pada seseorang sangat hati-hati. Aku tak habis pikir, setelah Ibunya meninggal, sikapnya jadi seperti ini. Apa yang harus aku lakukan agar ia kembali seperti dulu lagi?' Sambil menatap langit, Jendral Salim berkeluh kesah dengan pikirannya sendiri. Ia sangat kesulitan mengimbangi sikap anaknya yang berubah drastis setelah mengalami kejadiaan naas di masa lalu. Dan saat Jendral Salim berada di tempat latihan, ia sudah melihat anaknya yang dengan serius menyerang Martis. Pada hari pertama Martis latihan, ia langsung mendapat tantangan untuk bertarung melawan Kolonel Rizal, yang tak lain adalah anak dari Jendral Salim. "Rizal, jangan memaksakan dirimu...!" Dan tiba-tiba suasana yang tadinya gaduh, dalam sekejap menjadi hening ketika terdengar suara teriakkan dari Jendral Salim. Semua mata tertuju pada Jendral Salim yang berjalan ke arah Martis dan Kolonel Rizal. "Kolonel Rizal