Jendral Salim sebenarnya sudah menduga bahwa hal ini pasti akan terjadi. 'Anakku ini, rasa percayanya pada seseorang sangat hati-hati. Aku tak habis pikir, setelah Ibunya meninggal, sikapnya jadi seperti ini. Apa yang harus aku lakukan agar ia kembali seperti dulu lagi?' Sambil menatap langit, Jendral Salim berkeluh kesah dengan pikirannya sendiri. Ia sangat kesulitan mengimbangi sikap anaknya yang berubah drastis setelah mengalami kejadiaan naas di masa lalu. Dan saat Jendral Salim berada di tempat latihan, ia sudah melihat anaknya yang dengan serius menyerang Martis. Pada hari pertama Martis latihan, ia langsung mendapat tantangan untuk bertarung melawan Kolonel Rizal, yang tak lain adalah anak dari Jendral Salim. "Rizal, jangan memaksakan dirimu...!" Dan tiba-tiba suasana yang tadinya gaduh, dalam sekejap menjadi hening ketika terdengar suara teriakkan dari Jendral Salim. Semua mata tertuju pada Jendral Salim yang berjalan ke arah Martis dan Kolonel Rizal. "Kolonel Rizal
Dalam dua hari ini, Martis dan Kolonel Rizal nampak sangat akrab. Mereka terlihat latihan bersama dengan samgat serius. Dan hal yang membuat orang-orang tercengang adalah ulah Martis. Yups! Hanya dalam kurun waktu dua hari saja, Martis berhasil menguasai teknik yang diajarkan oleh Kolonel Rizal. "Kolonel Rizal, terima kasih atas bimbinganmu dalam beberapa hari belakangan ini," ujar Martis di sela mereka sedang beristirahat dari latihannya. "Martis, jangan terlalu sungkan. Oh iya Martis, maukah kau menjadi sahabatku?" "Tentu saja, kenapa tidak?" Martis menjawab dengan perasaan haru. Martis terharu karena ia telah mendengar cerita tantang Kolonel Rizal yang kehilangan ibunya dari Jendral Salim. "Kalau begitu, panggil saja aku Rizal. Jangan ada nama gelar organisasi. Bagaimana?" Rizal mulai kembali tersenyum. "Baik, Rizal. Mulai sekarang kita adalah sahabat!" Martis mengajak Kolonel Rizal untuk berjabat tangan. Dari kejuahan, Jendral Salim tak sengaja meneteskan air matanya sa
Keesokan harinya, Martis yang baru saja siuman melihat area sekitarnnya. Ia paham dengan suasana medis yang nampak di sekelilingnya. Dia juga melihat di dalam ruangan itu sudah ada Jendral Salim Dan Kolonel Rizal. "Jendral Salim, berapa hari aku berada di ruangan ini?" tanya Martis langsung pada Jendral Salim yang duduk di samping ranjangnya. "Tiga! Tiga hari kau tak sadarkan diri, Martis! Kau benar-benar membuat kami khawatir...!" Lalu Jendral Salim mendekati Martis dan ingin memeluknya, tapi Martis menolaknya. "Stop! Aku baik-baik saja, Jendral!" Akan tetapi, Martis tak mampu menahan Rizal yang langsung merangsek ke pelukannya. "Martis...! Aku pikir kau akan mati...," ujar Rizal sambil menangis. Baru kali ini Jendral Salim melihat anaknya menangisi seseorang selain mendiang isterinya. Peletak! Satu jitakan mendarat tepat di ubun-ubun Rizal. "Doamu sangat buruk, Rizal." Kemudian Martis melepaskan pelukannya dari Rizal. "Apakah kau menginginkan aku mati? Hem?" tanya Mart
Martis tertawa terbahak melihat wajah Kolonel Rizal yang panik. Martis tidak menyangka ternyata seperti inilah sifat asli seorang Kolonel Rizal. Padahal, awal mereka bertemu sikapnya sangat dikit pada Martis. Namun sekarang, itu berbanding terbalik tiga ratus enam puluh derajat. Kemudian, saat Mereka sedang asik bercanda, ada seorang prajurit yang datang dengan tergesa. Dia melaporkan bahwa ada keadaan genting. "Apa...?! Apakah ini benar?!" tanya Kolonel Rizal sangat terkejut. "Rizal, suruh Anak Buahmu menjauh darinya." Martis yang mendengar laporan darurat langsung berlari menuju tempat kejadian. Rupanya, Edmiral Kaziru berhasil menemukan keberadaan Markas Revolusioner. Dan saat ini dia sedang mengamuk sesuka hatinya di halaman depan gerbang. Tak lama kemudian, Martis tiba di halaman depan gerbang. Ia yang melihat sudah banyak korban yang berjatuhan tanpa basa-basi langsung melihat Edmiral Kaziru dengan tatapan penuh dendam dan lalu menyerangnya. Crash...! Martis menyera
Martis mengambil kesempatan untuk menolong Kolonel Rizal saat Edmiral Kaziru disibukkan dengan tembakan-tembakan sniper yang dilakukan oleh Jendral Salim dan beberapa Anggota Sniper Elite lainnya. "Terima kasih, Martis. Maaf, aku justru menjadi beban bagimu," ujar Kolonel Rizal menundukkan kepalanya. "Sudahlah, bukan waktunya untuk meratapi penyesalanmu. Sekarang, aku minta dirimu untuk segera bersembunyi. Aku akan sekuat tenaga berusaha mengalagkan Monster Gila itu." Usai memberikan sebotol kecil ramuan pada Kolonel Rizal, Martis kembali maju menghadapi Edmiral Kaziru. Namun sayang, baru beberapa saat saja Martis pergi, ia sudah melihat Edmiral Kaziru yang berhasil membunuh banyak orang. Dan saat ini, Martis melihat pemandandangan yang tak mengenakkan. Ia melihat Edmiral Kaziru yang sedang menarik kerah baju Jendral Salim. Nampaknya Edmiral Kaziru akan membunuhnya. "Lepaskan dia! Punch of Light...!" Untungnya Martis dengan sigap menolong Jendral Salim. Akibat serangan dadak
Dalam sejarah hidupnya, sampai saat ini hanya ada dua orang yang mampu menghadapi serangan meteor miliknya. Dan orang kedua itu adalah Martis. "Si-siapa kau sebenarnya?" tanya Edmiral Kaziru yang akhirnya penasaran. "Aku?" Martis menunjuk dirinya sendiri. "Bukankah kau sudah tahu, bahwa namaku adalah Martis? Kenapa kau masih bertanya? Apakah kehilangan kekuatan skala besar telah mempengaruhi otakmu?" "Bukan itu! Maksudku..., kau ini berasal dari mana?" "Menurutmu...? Aku dari mana?" Martis memperhatikan wajah Edmiral Kaziru. Martis merasa sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya. "Apakah kau juga sama seperti orang itu? Tunggu!" Sepertinya Edmiral Kaziru kembali teringat akan seseorang. "Jack Martis! Iya, benar! Orang itu memiliki nama yang sama denganmu," ujar Edmiral Kaziru. Mendengar nama kakeknya yang disebut, kedua mata Martis melotot. "Hey, tunggu dulu. Apa aku tidak salah dengar?" tanyanya heran. "Jawab saja, apa kau memiliki hubungan dengan pria itu?
Karena adanya paksaan dari Jendral Salim, akhirnya pada hari yang sudah ditentukan sesuai dalam isi surat undangan yang Martis terima, ia pergi ke Kerajaan Garza dengan ditemani oleh Jendral Salim dan beberapa orang pengawal lainnya. "Salam, Baginda. Nama saya adalah Martis. Saya datang kemari untuk memenuhi permintaan yang Baginda berikan pada saya kemarin." Martis membungkuk di hadapan Raza Garza. "Iya..., bangkitlah." Raza Gaza menjawab dengan suara penuh wibawa. "Karena kau sudah datang, ayo kita berbincang di taman belakang. Aku sudah menyiapkan jamuan untuk tamu spesialku." Senyuman Raja Garza sungguh memukau. Jika Martis seorang wanita, bisa dipastikan akan jatuh cinta pada Raja Garza. Karena Raja Garza dikenal bukan hanya dengan wibawa dan kekuasaannya saja, dia dikenal sebagai Raja yang rupawan. Semua wanita yang melihatnya bisa langsung jatuh cinta. Setibanya di taman belakang Istana, Martis duduk bersebelahan dengan Raja Garza. Ini adalah moment yang sangat langka yang
Pertemuan Martis dengan Raja Garza sangat memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Dari Martis, ia merasa untung karena akhirnya mendapatkan tempat yang sangat cocok untuknya betlatih meningkatkan kekuatannya. Sedangkan dari Kerajaan Garza, mereka merasa untung karena sejak kabar berita tentang Martis yang menjalin kerja sama membuat Kerajaan Garza semakin disegani. Setelah beberapa minggu kemudian, Martis cukup dibuat kerepotan karena kini bukan hanya Kerajaan Garza yang ingin meminta bantuannya, melainkan ada beberapa Kerajaan kecil lainnya yang secara terus terang meminta bantuannya. Dan akhirnya Martis mendapatkan sebuah ide. Dia mengusulkan kepada beberapa Raja untuk membentuk sebuah Aliansi. Dan hal itu langsung disetujui oleh lima Kerajaan. Kelima kerajaan itu juga sepakat memberikan sebuah gelar kepada Martis. Sehingga kini nama Martis telah berubah menjadi Lion D Martis. Awalnya Martis menolak untuk mendapatkan gelar seperti itu. Akan tetapi, ada suatu hal yang membuat M
Martis dengan cepat menebas kepala pemimpin hewan liar itu."Memangnya, apa yang aku dapatkan jika aku mengalahkanmu, hah?" tanya Martis seraya menendang kepala iblis yang mirip kepala anjing.Berp...!Akan tetapi, Martis mendengar suara berderap.Ketika Martis berbalik badan, ia melihat semua hewan liar iblis di sana tunduk padanya."Eh...? Kok, kalian...?" Martis menggaruk kepalanya karena bingung dengan adegan ini.Kemudian, munculah sesosok iblis wanita dengan penampilan yang menawan."Hormat, Hamba, pada Bos...!"Martis semakin bingung, tapi ia segera menemukan ide cemerlang."Kalian semua, bangunlah."Setelah Martis memerintahkan mereka bangkit dari sujudnya, barulah mereka berdiri."Namaku adalah Martis! Aku Bos di sini sekarang! Bagi siapa yang menentangku, silahkan temui aku, dan aku siap menghadapinya!"Ternyata, Martis tiba pertama kali di alam iblis berada di sebuah desa yang lumayan besar. Kawanan hewan yang nampak liat tadi ternyata adalah salah satu garis pertahanan des
Setelah menempuh ruang dimensi yang sistem ciptakan, akhirnya Martis Tiba di dunia iblis."Wah..., pemandangannya tidak jauh beda dengan dimensi kami.""Roar...! Hargh...!"Tiba-Tiba Martis di seruduk oleh sekor binatang buas."Wow...! A-apakah semua hewan liar di alam iblis ini semuanya besar seperti ini?" ujar Martis seraya menghindari serangan dari hewan liar tadi."Baru juga sampai, langsung disambut dengan beginian...? Hadeh...!" Martis sedikit mengeluh.Awalnya, Martis berharap saat tiba di alam iblis akan mendapatkan suatu hal menarik yang berbeda dari dunianya. Dan ternyata..., ya memang benar berbeda. Sungguh sangat berbeda sekali dengan keadaan di dunianya.Martis yang diserang hewan liar tentunya tidak akan diam saja. Dia memperhatikan area sekitarnya sesaat, kemudian mengatur siasat untuk pertarungan. "Ternyata benar dugaanku...," ujar Martis, di mana saat ini ia tengah di kelilingi oleh gerombolan hewan liar yang penampilannya sedikit mirip seperti anjing, tapi ada yang
Martis kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan. "Huft...! Baiklah kalau begitu. Yang pasti, Ririn, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu. Berkat adanya kehadiran dirimu dalam hidupku, semuanya berubah total. Dan semuanya berubah menjadi jauh lebih baik, dan tidak pernah sekali pun aku merasakan perubahan yang dampaknya buruk dalam hidupku selama ini." Meskipun Martis tahu, bahwasanya Ririn yang tampilannya tidak dapat nyata seutuhnya, tapi Martis tetap menganggap bahwa sistem adalah kunci dari semua keberhasilannya selama ini. Kemudian, Martis memperhatikan Ririn yang nampak akan melakukan sesuatu. "Ririn..., apa yang akan kau lakukan...? Apakah jangan-jangan..., kamu...?" Ririn menjawab dengan senyuman, tidak, saat ini tubuh visual Ririn bentuknya sama persis dengan Mia. Jadi, yang Martis rasakan saat ini adalah melihat senyuman dari seorang Mia, Istri tercintanya Martis seorang. Kemudian Martis merasakan ruangan di sekitarnya berubah
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang. "Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya." Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomuni
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah ku
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang