Martis tertawa terbahak melihat wajah Kolonel Rizal yang panik. Martis tidak menyangka ternyata seperti inilah sifat asli seorang Kolonel Rizal. Padahal, awal mereka bertemu sikapnya sangat dikit pada Martis. Namun sekarang, itu berbanding terbalik tiga ratus enam puluh derajat. Kemudian, saat Mereka sedang asik bercanda, ada seorang prajurit yang datang dengan tergesa. Dia melaporkan bahwa ada keadaan genting. "Apa...?! Apakah ini benar?!" tanya Kolonel Rizal sangat terkejut. "Rizal, suruh Anak Buahmu menjauh darinya." Martis yang mendengar laporan darurat langsung berlari menuju tempat kejadian. Rupanya, Edmiral Kaziru berhasil menemukan keberadaan Markas Revolusioner. Dan saat ini dia sedang mengamuk sesuka hatinya di halaman depan gerbang. Tak lama kemudian, Martis tiba di halaman depan gerbang. Ia yang melihat sudah banyak korban yang berjatuhan tanpa basa-basi langsung melihat Edmiral Kaziru dengan tatapan penuh dendam dan lalu menyerangnya. Crash...! Martis menyera
Martis mengambil kesempatan untuk menolong Kolonel Rizal saat Edmiral Kaziru disibukkan dengan tembakan-tembakan sniper yang dilakukan oleh Jendral Salim dan beberapa Anggota Sniper Elite lainnya. "Terima kasih, Martis. Maaf, aku justru menjadi beban bagimu," ujar Kolonel Rizal menundukkan kepalanya. "Sudahlah, bukan waktunya untuk meratapi penyesalanmu. Sekarang, aku minta dirimu untuk segera bersembunyi. Aku akan sekuat tenaga berusaha mengalagkan Monster Gila itu." Usai memberikan sebotol kecil ramuan pada Kolonel Rizal, Martis kembali maju menghadapi Edmiral Kaziru. Namun sayang, baru beberapa saat saja Martis pergi, ia sudah melihat Edmiral Kaziru yang berhasil membunuh banyak orang. Dan saat ini, Martis melihat pemandandangan yang tak mengenakkan. Ia melihat Edmiral Kaziru yang sedang menarik kerah baju Jendral Salim. Nampaknya Edmiral Kaziru akan membunuhnya. "Lepaskan dia! Punch of Light...!" Untungnya Martis dengan sigap menolong Jendral Salim. Akibat serangan dadak
Dalam sejarah hidupnya, sampai saat ini hanya ada dua orang yang mampu menghadapi serangan meteor miliknya. Dan orang kedua itu adalah Martis. "Si-siapa kau sebenarnya?" tanya Edmiral Kaziru yang akhirnya penasaran. "Aku?" Martis menunjuk dirinya sendiri. "Bukankah kau sudah tahu, bahwa namaku adalah Martis? Kenapa kau masih bertanya? Apakah kehilangan kekuatan skala besar telah mempengaruhi otakmu?" "Bukan itu! Maksudku..., kau ini berasal dari mana?" "Menurutmu...? Aku dari mana?" Martis memperhatikan wajah Edmiral Kaziru. Martis merasa sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya. "Apakah kau juga sama seperti orang itu? Tunggu!" Sepertinya Edmiral Kaziru kembali teringat akan seseorang. "Jack Martis! Iya, benar! Orang itu memiliki nama yang sama denganmu," ujar Edmiral Kaziru. Mendengar nama kakeknya yang disebut, kedua mata Martis melotot. "Hey, tunggu dulu. Apa aku tidak salah dengar?" tanyanya heran. "Jawab saja, apa kau memiliki hubungan dengan pria itu?
Karena adanya paksaan dari Jendral Salim, akhirnya pada hari yang sudah ditentukan sesuai dalam isi surat undangan yang Martis terima, ia pergi ke Kerajaan Garza dengan ditemani oleh Jendral Salim dan beberapa orang pengawal lainnya. "Salam, Baginda. Nama saya adalah Martis. Saya datang kemari untuk memenuhi permintaan yang Baginda berikan pada saya kemarin." Martis membungkuk di hadapan Raza Garza. "Iya..., bangkitlah." Raza Gaza menjawab dengan suara penuh wibawa. "Karena kau sudah datang, ayo kita berbincang di taman belakang. Aku sudah menyiapkan jamuan untuk tamu spesialku." Senyuman Raja Garza sungguh memukau. Jika Martis seorang wanita, bisa dipastikan akan jatuh cinta pada Raja Garza. Karena Raja Garza dikenal bukan hanya dengan wibawa dan kekuasaannya saja, dia dikenal sebagai Raja yang rupawan. Semua wanita yang melihatnya bisa langsung jatuh cinta. Setibanya di taman belakang Istana, Martis duduk bersebelahan dengan Raja Garza. Ini adalah moment yang sangat langka yang
Pertemuan Martis dengan Raja Garza sangat memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Dari Martis, ia merasa untung karena akhirnya mendapatkan tempat yang sangat cocok untuknya betlatih meningkatkan kekuatannya. Sedangkan dari Kerajaan Garza, mereka merasa untung karena sejak kabar berita tentang Martis yang menjalin kerja sama membuat Kerajaan Garza semakin disegani. Setelah beberapa minggu kemudian, Martis cukup dibuat kerepotan karena kini bukan hanya Kerajaan Garza yang ingin meminta bantuannya, melainkan ada beberapa Kerajaan kecil lainnya yang secara terus terang meminta bantuannya. Dan akhirnya Martis mendapatkan sebuah ide. Dia mengusulkan kepada beberapa Raja untuk membentuk sebuah Aliansi. Dan hal itu langsung disetujui oleh lima Kerajaan. Kelima kerajaan itu juga sepakat memberikan sebuah gelar kepada Martis. Sehingga kini nama Martis telah berubah menjadi Lion D Martis. Awalnya Martis menolak untuk mendapatkan gelar seperti itu. Akan tetapi, ada suatu hal yang membuat M
Keesokan harinya, Martis kembali berlatih dengan tekad yang membara. Ia masih memikirkan percakapannya dengan Raja Garza dan misteri di balik huruf 'D'. Tiba-tiba, seorang prajurit memasuki ruang latihan dan menyampaikan pesan dari Raja Garza. "Yang Mulia Martis, Raja Garza mengundang Anda untuk bertemu di ruang kerjanya." Martis mengangguk dan mengikuti prajurit tersebut menuju ruang khusus Raja Garza. Ia penasaran apa yang ingin dibicarakan Raja Garza. Sesampainya di ruang kerja Raja Garza, Martis disambut dengan senyum hangat. Raja Garza menunjuk kursi di hadapannya. "Silahkan duduk, Martis. Aku ingin memberitahumu sesuatu yang penting." Martis duduk dengan tenang, matanya menatap Raja Garza dengan penuh harap. "Apa itu, Raja Garza?" Raja Garza menarik napas dalam-dalam dan memulai ceritanya. "Martis, huruf 'D' yang ada di nama-nama kerajaan dan gelar yang diberikan kepadamu bukanlah sekadar kebetulan. Itu adalah simbol dari sebuah kekuatan kuno yang terlupakan." Martis
Meskipun Martis begadang semalaman untuk mencari tahu lebih banyak tentang huruf 'D' dan Phynoglip, ia tetap bersemangat untuk berlatih. Ia tahu bahwa meningkatkan kekuatannya adalah kunci untuk mengungkap semua misteri yang tersembunyi. Ia juga harus menyelesaikan banyak misi yang diberikan oleh sistem untuk meningkatkan level aksesnya. Di tengah latihannya, saat Martis sedang beristirahat, ia melihat seorang prajurit dari Pasukan The Revolusioner memasuki ruang latihannya. Wajah prajurit itu tampak pucat dan penuh kekhawatiran. "Ada apa?" tanya Martis dengan nada khawatir. "Yang Mulia Martis," jawab prajurit itu dengan suara gemetar. "Markas The Revolusioner diserang oleh pasukan The World Goverment." Martis terkejut mendengar kabar buruk itu. Ia tahu bahwa The World Goverment adalah organisasi yang sangat kuat dan berbahaya. Ia sudah menduga bahwa mereka akan kembali menyerang markas The Revolusioner. "Bagaimana keadaan mereka?" tanya Martis dengan nada cemas. "Kami ber
Martis, dengan pasukannya yang siap tempur, bergerak cepat menuju markas besar The Revolusioner. Ia merasakan ketegangan yang mencekam di udara, dan tekadnya untuk membantu semakin kuat. Di markas besar The Revolusioner, Jendral Salim dan putranya, Kolonel Rizal, sedang berjuang keras melawan pasukan The World Goverment. Pertempuran sengit terjadi di setiap sudut markas, dengan teriakan, dentuman senjata, dan aroma darah yang memenuhi udara. Jendral Salim, dengan pengalamannya yang luas dalam peperangan, ia memimpin pasukannya dengan penuh strategi. Ia menggunakan setiap keuntungan medan dan taktik yang ia kuasai untuk mengalahkan musuh. Namun kali ini ia benar-benar merasa kesulitan dalam pertempuran menghadapi pasukan The World Goverment karena dipimpin langsung oleh Edmiral Kaziru yang memang sangat kuat dan juga terkenal kejam tanpa ampun pada semua lawannya. Kolonel Rizal, meskipun masih muda, ia betusaha menunjukkan keberanian dan kehebatan dalam pertempuran kali ini. Ia b
Tubuh Martis yang tadinya terlihat lemah kini bangkit dan nampak sangat gagah. Kejadian ini membuat Black Rose marah. Hingga akhirnya ia langsung keluar menemui Martis. "Kurang ajar...!" teriak Black Rose seraya menyabetkan pecut yang ia pegang ke arah Martis. Martis yang merasakan adanya bahaya mendekat, tentu saja instingnya bekerja dengan cepat. "Aw...! Ampun! Aduh, atit...," ujar Martis mengejek Black Rose. "Sialan kau! Rupanya, kau pura-pura gila dan lemah selama ini hanya untuk mengungkap markas Hawa Vampire?!" Wajah Black Rose nampak sangat jelas bahwa saat ini ia sedang dalam emosi amarah tertinggi yang ia miliki. Padahal, Martis baru saja sadarkan diri. Akan tetapi, ia terus berlanjut mengerjakan tugas dan misi baru yang didapat dari sistem. "Apa kau bilang? Gila dan lemah?" Martis bingung dengan apa yang dikatakan oleh Black Rose. "Cih! Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura. Selama ini dikatakan bahwa kau sempat depresi atas kehilangan dua temanmu yang berhas
Black Rose pergi ke suatu tempat. Nampaknya ia akan melakukan suatu ritual. "Bangkitlah...! Para pengikut ku...! Bangkit...!" Crash...! Sebilah pisau melukai tangan Black Rose, kemudian dengan adanya tetesan darah itu memancing sesuatu. Dan tak lama kemudian, datanglah puluhan wanita dengan paras cantik dan tubuh yang sexy. "Hahaha...! Bagus! Ini adalah saatnya kita untuk beraksi...!" Kemudian Black Rose mengawaikan tangannya tanda untuk ikut pergi mengikutinya. Dan tak lama kemudian, Black Rose tiba di sebuah bangunan yang ukurannya sangat besar. "Ini adalah Istana kita sekarang. Kemanapun kalian pergi, maka ke sinilah kalian akan kembali pulang. Apakah kalian semua mengerti...?!" ujar Black Rose dengan nada menggertak. "Siap! Mengerti...!" Tapi jawaban mereka benar-benar tetap kompak. "Bagus! Kalau begitu baiklah. Kita akan mengatur rencana dan strategi yang bertujuan untuk melawan manusia yang bernama Martis." Black Rose memberi penjelasan pada bawahannya. "Mart
Ternyata Martis melompat ke dalam bak mandi untuk berendam. Sedangkan yang ada di pikiran Emily bahwa Martis mau melakukan hal mesum padanya. Ternyata pikiran Emily terlalu berlebihan. Emily kemudian tertegun sejenak. 'Eh...? Heh...?' gumam Emily teriak dalam hatinya. Kemudian Emily menutup wajahnya sambil bergumam, 'Emily...! Kenapa kau bisa berpikiran sebodoh itu?!' Kemudian ia menghela nafasnya, 'Huft..., hampir saja. Kalau begitu baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Iya, benar! Kau harus fokus, Emily! Fokus!' Setelah itu barulah Emily membersihkan tubuh Martis. Kemudian, kondisi Martis yang awalnya nampak kacau kini telah lebih baik. Hanya saja, ia masih terlihat bengong. Namun ada Emily yang terus mengajaknya bicara hingga sampai akhirnya Martis tiba-tiba tersenyum setelah mendengar berbagai cerita lucu dari Emily. 'Eh...? Dia baru saja tersenyum?' gumam Emily. "Mia..., Lancelot...," ucap Martis dengan suara agak serak. "Apa...? Mia dan Lancelot? Ada apa dengan
"Kau memang layak menjadi Istriku, hahaha...!" Terdengar suara Raja Kegelapan tertawa puas.Rupanya, tadi Raja Kegelapan menyerang Isterinya secara tiba-tiba. Dan ternyata, serangan sambutan itu dapat dihindarinya dengan cepat."Masih saja meragukan ku...?!" Wanita itu menatap Raja Kegelapan dengan geram. Namun Raja Kegelapan menanggapinya dengan senyum bahagia yang lalu membuka lebar kedua tangannya.Srek...!Tubuh mungil nan seksi wanita itu pun melesat ke dalam pelukan sang Raja Kegelapan."Suamiku..., aku lindu...," ujar wanita itu dengan manja. Kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap? Apakah wanita ini masih waras? Entahlah, mungkin memang begitu temperatur seseorang saat sedang dalam keadaan jatuh cinta. Saat jatuh cinta, dunia seseorang bisa langsung jungkir balik tak karuan. Ternyata sikap seperti itu berlaku di semua umat."Istriku, aku juga lindu...," Tak disangka! Ternyata Raja Kegelapan yang sosoknya sangat menyeramkan juga bisa menjadi seperti ini ketika dimab
Martis mempercepat langkahnya untuk mendekati Freya dan Alpha. Dan saat Martis berada di sana, ada kejadian yang tak terduga.Srek...!Terdengar suara sesuatu, lalu menyulur aura kegelapan."Martis! Awas!" Alpha meneriaki Martis.Martis mengerutkan kedua alisnya, kemudian kedua matanya terbelalak. "Tidak...! Alpha...!" kini bergantian Martis yang berteriak.Jleb!Aura kegelapan itu menembus tubuh Alpha yang mendorong tubuh Martis.Martis terdiam. Kedua matanya melotot, tubuhnya terasa lemas. Lalu kedua lututnya menyentuh lantai. Tangan kanan Martis angkat ke depan, lalu ia berkata dengan samar-samar. "F—frey..., a...,?" Tangan itu kemudian ikut menyentuh lantai bersamaan dengan tangan Martis yang satunya. "Al—ph—a...? Hiks...!" Air mata pun menetes."Tidak...!" Martis berteriak histeris. "Tidak mungkin...! Kita bertiga akan terus bersama...!" Tubuh Martis bangkit, kemudian ia mendongakkan wajahnya ke langit lalu kembali berteriak. "Tidak mungkin...! Alpha...! Freya...!"Hal yang sanga
Rupanya Martis sejak tadi tidak hanya menghindar dan menghindar saja. Ternyata Martis telah menyiapkan strategi singkat untuk pertempurannya melawan Archon."Apa yang kau serang? Hem?" tanya Martis seraya menghindari satu serangan dari Archon."Kau hanya bisa lari, lari, dan lari...! Dasar Martis sialan! Akan aku habisi kau sekarang juga!" Archon terus menyerang sesuai kehendaknya. Tanpa disadari Oleh Archon, rupanya tiap titik tempat di mana ia menyerang adalah sesuai yang Martis inginkan. Ternyata Martis telah membaca secara detail tentang area sekitar dan ingin memanfaatkannya dalam pertarungan. Dan benar saja, saat ini sudah terlihat dengan jelas jejak pertarungan antara Martis melawan Archon terlihat banyak sekali lubang-lubang yang ukurannya bervariasi. Ada yang besar, kecil, bahkan sangat besar.Rupanya, Martis melakukan hal ini untuk membuat benteng perlindungan bagi mereka di sekitarnya. Dengan adanya area yang berlubang, maka dapat digunakan untuk bersembunyi ketika ada hem
Saat Martis maju menerjang sekelompok musuhnya, ia sempat terkejut ketika merasakan hawa keberadaan sosok yang sangat menyeramkan. 'Aura ini...?' gumam Martis seraya menatap ke arah kanan. 'Archon! Aku bisa merasakan aura kekuatan Archon. Akan tetapi..., kenapa sepertinya berbeda? Apakah dia melakukan hal buruk pada tubuhnya sendiri hanya demi kekuatan sesaat?' Martis menggelengkan kepalanya. 'Cih! Tidak heran, manusia-manusia yang serakah seperti Archon memang banyak di dunia ini. Inilah takdirku, takdir untuk menyelamatkan orang lemah dari kejahatan para orang serakah itu!' Martis menggunakan pukulan cahayanya untuk melindungi sekelompok anak kecil. Mereka tak menyangka karena akan adanya kejadian seperti ini. Anak-anak yang tak berdosa hampir saja menjadi korban keganasan para Iblis terkutuk yang haus akan wilayah kekuasaan. Setelah Martis membawa anak-anak itu ke tempat yang aman, ia segera bergegas ke arah di mana ia merasakan hawa keberadaan Archon yang seakan-akan sengaj
Martis dan Alpha saat ini masih tertegun, karena melihat ekspresi wajah dan sikap Freya yang tidak seperti biasanya. Setelah sempat hening dalam beberapa detik, akhirnya ada suara seseorang yang memecahkan heningnya suasana itu. "Sebenarnya Freya itu jatuh cinta kepada Alpha." Terdengar suara seseorang yang tak diketahui siapa dia. Mereka semua bingung. "Suara siapa tadi itu?" tanya Alpha seraya celingukan ke kanan dan ke kiri. Namun, setelah mereka sadar dari situasi yang aneh itu, mereka bertiga kompak berteriak. "Apa...?! Jatuh cinta...?!" Mereka tak sadar jika teriakan mereka menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka sudah sejak awal tadi. Alhasil, saat orang-orang mendengar kata "Jatuh Cinta" mereka mengira sedang ada dalam moment bahagia. Sontak langsung ramai terdengar suara tepuk tangan dan bisikan-bisikan para penduduk setempat yang saat ini sedang saling bahu membahu untuk membangun pertahanan wilayah yang dihuni oleh mereka semua jika terjadi penyerangan nanti.
Ternyata, Ritual kegelapan yang dilakukan oleh Raja Kegelapan adalah dengan cara memakan tubuh manusia dan meminum darah yang masih perawan. Sungguh, ini adalah ritual paling keji yang pernah ada. Dan setelah Raja Kegelapan menyelesaikan Ritual itu, kekuatannya dengan sekejap langsung meningkat. "Argh...! Hahaha...! Hahaha...!" suara tawa Raja Kegelapan ini terdengar hingga ke seluruh kekuasaannya. Tawa dari Raja Kegelapan itu ternyata membangkitkan kembali para Roh Iblis dari tidur panjangnya yang dulu pernah dikalahkan oleh tiga Kesatria Suci. Dan pada saat ini, Di suatu tempat yang amat jauh dan jarang diketahui oleh manusia, ternyata ada sebuah pulau besar yang di mana semua penghuninya adalah prajurit dari Raja Kegelapan. Sebenarnya nama asli Raja Kegelapan ini ialah Dajjal Al-masih. Dia mendapatkan julukan yaitu The Lord Kitler. Nama The Lord Kitler ini sangat sensitif jika diucapkan di Pulau misterius ini. Dan hari ini, setelah sekian lamanya mereka menunggu, akhirnya me