Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Bugh!Bugh!Bugh!Martis kembali dipukuli oleh lima orang ketika Martis pulang dari berbelanja."Hey, anak cacat! Jangan lewat sini lagi. Kalau besok-besok kau masih lewat sini, kami akan menghajarmu lagi seperti ini! Hahaha...!"Markus berkacak pinggang dan sambil tertawa bersama teman-temannya.Sejak kecil, Markus memang sering kali menghina bahkan sampai memukuli Martis sama seperti ini. Padahal, Martis tidak pernah sedikitpun mengusik anak-anak itu.Sampai sekarang, ketika usia mereka sudah tujuh belas tahun pun Martis masih kerap menjadi sasaran Markus dan teman-temannya melakukan kejahilan mereka."Aku tidak cacat! Aku yang paling kuat!" teriak Martis."Apa? Paling kuat? Hahahaha...! Kau bermimpi di siang bolong lagi ternyata! Hahaha...!"Bugh!Bugh!Bugh!Markus menendangi tubuh Martis. Martis hanya bisa meringkuk melindungi bagian kepalanya menggunakan kedua tangannya."Tunggu saja, aku akan membuktikan pada kalian semua! Aku tidak lah cacat! Aku sangat kuat...!" teriak Martis
"Martis..., coba kamu cerita pelan-pelan," ujar Marta."Benar Nak, coba pelan-pelan. Siapa tahu Ayah akan mengerti maksudmu," ucap Marten."Kalau tidak, kau bersihkan dan keringkan dulu tubuhmu. Ibu akan menyiapkan minuman dan sup hangat untukmu," ucap Marta."Kalau begitu baiklah, Ibu," jawab Martis.Kemudian ketika di dalam kamar mandi, Martis memikirkan sesuatu."Apakah sistem tidak bisa diperlihatkan oleh orang lain?" gumam Martis sambil menatap kedua telapak tangannya."Sistem, tunjukkan kemampuan apa saja yang dapat aku gunakan?" ucap Martis."Dimengerti. Silahkan lihat semuanya," jawab sistem.Martis yang berendam di bak air hangat membaca perlahan tulisan yang ada di depannya."Eh...? Banyak sekali? Aku malah jadi bingung sendiri. Apakah semua ini dapat aku lakukan? Atau..., ah aku coba saja," gumam Martis.Cetrek!"Berhasil! Ini berhasil! Bagus, bagus sekali! Hahaha...!" Martis kegirangan.Rupanya ia menjentikkan jarinya lalu ada api yang menyala di bagian ujung jarinya. Tadi
Tring!"Selamat! Hadiah dari tugas pertama telah diterima oleh Martis."Suara sistem kembali terdengar di telinga Martis.Martis melihat ada sebuah buku. Dan ternyata ketika dibuka dan membacanya itu terlihat seperti buku tabungan. Dan terselip sebuah kartu di dalam buku itu."Eh...? Ini apa? Ini seperti kartu-kartu yang digunakan oleh orang-orang kayak itu. Bukankah ini untuk menarik uang?"Martis membaca lagi buku itu. Ternyata di sana juga ada panduan bagaimana cara menggunakannya."Jadi begitu. Kalau begitu aku coba lihat deh. Cek Saldo!" ucap Martis.Setelah mengatakan itu, sistem muncul di hadapannya dan memperlihatkan saldo yang dimiliki Martis. Ia juga penasaran berapa uang yang ia dapatkan setelah menyelesaikan tugas pertamanya tadi."Wah! Ini..., ini banyak sekali!" ucap Martis.Martis melihat kalau sistem menampilkan saldo miliknya ada sepuluh juta. Wow! Hanya push-up seratus kali langsung mendapatkan uang sepuluh juta?"Aku bisa kaya mendadak kalau begini terus! Hahaha...!
Martis saat ini berada di sebuah gang yang nampak cukup sepi. Ternyata, ada Adi dan teman-temannya yang sudah memblokir jalannya."Ternyata ada pencuri teman-teman. Ini..., ini dia pencurinya yang ada di hadapan kita," ucap Jajat."Biasanya kalau ada pencuri, maka pencuri harus ditangkap. Dan juga..., harus dipukuli terlebih dahulu sebelum diserahkan ke pihak keamanan. Benar tidak, teman-teman?" seru Adi."Benar sekali. Hahaha...!" jawab Febri."Aku sangat bersedia melakukannya," sahut Didit."Pencuri? Apa kalian mengatakan kalau aku adalah pencuri? Apa yang telah aku curi? Apakah ini?" ucap Martis. Martis menunjukkan pergelangan tangannya. Dan di pergelangan tangan Martis terdapat sebuah jam tangan. Jam tangan hadiah pertama dari sistem. Dan memang jam tangan itu berkilauan terlihat sangatlah mewah."Wah wah wah..., ternyata kau benar-benar pencuri ya Martis? Katakan pada kami, dari mana kau mencuri jam tangan mewah itu?" ucap Adi."Benar, dari mana kau mencurinya? Apakah hanya kartu
Adi membelalakkan matanya ketika teman-temannya mengatakan kalau air yang diberikan oleh Martis ada racunnya."I-itu..., itu..., A-aku...," ucap Adi bingung."Hey, tenang saja. Aku tidak sepicik kalian," jawab Martis."Sialan kau! Aku akan membuatmu babak belur lagi hari ini!" teriak Jajat. Kemudian Jajat kembali akan menyerang Martis.Namun yang terjadi, Martis lah yang melesat dengan cepat ke arah Jajat. Dan Martis memukul bagian dada Jajat.Bugh!Bam!"Argh...!" teriak Jajat. Tubuh Jajat pun terpental dan menghantam tembok pagar yang ada di gang itu."Selanjutnya kalian," ujar Martis.Pergerakan Martis sangatlah cepat.Bugh!Bugh!Bugh!Martis melakukan hal yang sama kepada Adi, Didit, dan juga Febri. Tubuh mereka bertiga terpental dan menghantam tembok pagar."Ke-kenapa dia bisa melakukan ini?" tanya Jajat. Jajat memegangi dadanya yang terasa sesak.Kemudian keempat orang itu mencoba bangkit. Namun sebelum bangkit, lagi-lagi dengan sangat cepat Martis bergerak menyerang mereka.Bu
Martis mendekati tubuh Markus yang sudah tidak berdaya. Markus hanya bisa menatap kesal ke arah Martis."Kau sudah lihat bukan? Aku tidaklah cacat! Aku adalah yang terkuat!" ucap Martis. Ia berjongkok di hadapan Markus."Ka-kau..., ka-kau...," ucap Markus. Bahkan untuk berbicara saja Markus sudah merasa kesulitan. Dadanya juga terasa sesak dan juga nyeri. Dan seumur hidup, baru kali ini Markus merasakan sakit di sekujur tubuhnya karena dihajar habis-habisan oleh Martis."Sudahlah, aku ampuni kalian. Ini adalah peringatan untuk kalian. Kedepannya, jangan mencoba untuk menggangguku lagi. Apa kau mengerti?" ucap Martis.Pluk, pluk, pluk.Martis menepuk-nepuk wajah Markus. Markus tidak mampu berkata apa-apa."Baiklah, aku masih memiliki banyak urusan. Oh iya, satu lagi. Untuk kalian, aku beritahu kalian kalau aku bukanlah pencuri. Bukankah justru kalian yang pantas disebut sebagai pencuri? Kalian menginginkan ini bukan?" ucap Martis. Ia memperlihatkan kembali jam tangan spesial miliknya.
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang disekitar yang dapat merasakannya.'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,'Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini.Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan."Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat."Denki Gama...!"Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini.Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan."Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini sebagai Raja Ke
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te