"Martis..., coba kamu cerita pelan-pelan," ujar Marta."Benar Nak, coba pelan-pelan. Siapa tahu Ayah akan mengerti maksudmu," ucap Marten."Kalau tidak, kau bersihkan dan keringkan dulu tubuhmu. Ibu akan menyiapkan minuman dan sup hangat untukmu," ucap Marta."Kalau begitu baiklah, Ibu," jawab Martis.Kemudian ketika di dalam kamar mandi, Martis memikirkan sesuatu."Apakah sistem tidak bisa diperlihatkan oleh orang lain?" gumam Martis sambil menatap kedua telapak tangannya."Sistem, tunjukkan kemampuan apa saja yang dapat aku gunakan?" ucap Martis."Dimengerti. Silahkan lihat semuanya," jawab sistem.Martis yang berendam di bak air hangat membaca perlahan tulisan yang ada di depannya."Eh...? Banyak sekali? Aku malah jadi bingung sendiri. Apakah semua ini dapat aku lakukan? Atau..., ah aku coba saja," gumam Martis.Cetrek!"Berhasil! Ini berhasil! Bagus, bagus sekali! Hahaha...!" Martis kegirangan.Rupanya ia menjentikkan jarinya lalu ada api yang menyala di bagian ujung jarinya. Tadi
Tring!"Selamat! Hadiah dari tugas pertama telah diterima oleh Martis."Suara sistem kembali terdengar di telinga Martis.Martis melihat ada sebuah buku. Dan ternyata ketika dibuka dan membacanya itu terlihat seperti buku tabungan. Dan terselip sebuah kartu di dalam buku itu."Eh...? Ini apa? Ini seperti kartu-kartu yang digunakan oleh orang-orang kayak itu. Bukankah ini untuk menarik uang?"Martis membaca lagi buku itu. Ternyata di sana juga ada panduan bagaimana cara menggunakannya."Jadi begitu. Kalau begitu aku coba lihat deh. Cek Saldo!" ucap Martis.Setelah mengatakan itu, sistem muncul di hadapannya dan memperlihatkan saldo yang dimiliki Martis. Ia juga penasaran berapa uang yang ia dapatkan setelah menyelesaikan tugas pertamanya tadi."Wah! Ini..., ini banyak sekali!" ucap Martis.Martis melihat kalau sistem menampilkan saldo miliknya ada sepuluh juta. Wow! Hanya push-up seratus kali langsung mendapatkan uang sepuluh juta?"Aku bisa kaya mendadak kalau begini terus! Hahaha...!
Martis saat ini berada di sebuah gang yang nampak cukup sepi. Ternyata, ada Adi dan teman-temannya yang sudah memblokir jalannya."Ternyata ada pencuri teman-teman. Ini..., ini dia pencurinya yang ada di hadapan kita," ucap Jajat."Biasanya kalau ada pencuri, maka pencuri harus ditangkap. Dan juga..., harus dipukuli terlebih dahulu sebelum diserahkan ke pihak keamanan. Benar tidak, teman-teman?" seru Adi."Benar sekali. Hahaha...!" jawab Febri."Aku sangat bersedia melakukannya," sahut Didit."Pencuri? Apa kalian mengatakan kalau aku adalah pencuri? Apa yang telah aku curi? Apakah ini?" ucap Martis. Martis menunjukkan pergelangan tangannya. Dan di pergelangan tangan Martis terdapat sebuah jam tangan. Jam tangan hadiah pertama dari sistem. Dan memang jam tangan itu berkilauan terlihat sangatlah mewah."Wah wah wah..., ternyata kau benar-benar pencuri ya Martis? Katakan pada kami, dari mana kau mencuri jam tangan mewah itu?" ucap Adi."Benar, dari mana kau mencurinya? Apakah hanya kartu
Adi membelalakkan matanya ketika teman-temannya mengatakan kalau air yang diberikan oleh Martis ada racunnya."I-itu..., itu..., A-aku...," ucap Adi bingung."Hey, tenang saja. Aku tidak sepicik kalian," jawab Martis."Sialan kau! Aku akan membuatmu babak belur lagi hari ini!" teriak Jajat. Kemudian Jajat kembali akan menyerang Martis.Namun yang terjadi, Martis lah yang melesat dengan cepat ke arah Jajat. Dan Martis memukul bagian dada Jajat.Bugh!Bam!"Argh...!" teriak Jajat. Tubuh Jajat pun terpental dan menghantam tembok pagar yang ada di gang itu."Selanjutnya kalian," ujar Martis.Pergerakan Martis sangatlah cepat.Bugh!Bugh!Bugh!Martis melakukan hal yang sama kepada Adi, Didit, dan juga Febri. Tubuh mereka bertiga terpental dan menghantam tembok pagar."Ke-kenapa dia bisa melakukan ini?" tanya Jajat. Jajat memegangi dadanya yang terasa sesak.Kemudian keempat orang itu mencoba bangkit. Namun sebelum bangkit, lagi-lagi dengan sangat cepat Martis bergerak menyerang mereka.Bu
Martis mendekati tubuh Markus yang sudah tidak berdaya. Markus hanya bisa menatap kesal ke arah Martis."Kau sudah lihat bukan? Aku tidaklah cacat! Aku adalah yang terkuat!" ucap Martis. Ia berjongkok di hadapan Markus."Ka-kau..., ka-kau...," ucap Markus. Bahkan untuk berbicara saja Markus sudah merasa kesulitan. Dadanya juga terasa sesak dan juga nyeri. Dan seumur hidup, baru kali ini Markus merasakan sakit di sekujur tubuhnya karena dihajar habis-habisan oleh Martis."Sudahlah, aku ampuni kalian. Ini adalah peringatan untuk kalian. Kedepannya, jangan mencoba untuk menggangguku lagi. Apa kau mengerti?" ucap Martis.Pluk, pluk, pluk.Martis menepuk-nepuk wajah Markus. Markus tidak mampu berkata apa-apa."Baiklah, aku masih memiliki banyak urusan. Oh iya, satu lagi. Untuk kalian, aku beritahu kalian kalau aku bukanlah pencuri. Bukankah justru kalian yang pantas disebut sebagai pencuri? Kalian menginginkan ini bukan?" ucap Martis. Ia memperlihatkan kembali jam tangan spesial miliknya.
Pluk!Martis melemparkan kartu yang ia miliki di depan Mia."Mia, pegang ini. Nanti aku akan membayarnya dengan ini. Kalau tidak, ayo kita cek dulu isi saldonya," ujar Martis."Tidak perlu. Aku percaya padamu, Martis," jawab Mia sambil tersenyum manis."Tidak, maksudku jangan sampai belanjaanku melebihi isi yang ada di sana, hehehe," ucap Martis."Oh benar juga. Baiklah, gunakan ini."Mia dan Martis mengecek isi uang yang ada di kartu milik Martis itu. Mia sempat terkejut karena isinya ada puluhan juta."Baiklah, ayo Martis. Aku akan tunjukkan padamu pakaian yang cocok untuk Bibi dan Paman. Oh iya, apa kau tidak sekalian membeli pakaian untukmu sendiri? Di sini tersedia pakaian untuk segala usia kok," ucap Mia."Boleh juga. Dan nanti, bantu aku memilihnya ya, Mia?" ucap Martis. Entah kenapa, wajah Mia merah merona."Ba-baiklah Martis," jawab Mia."Dan kalau memang uangnya cukup, bagaimana kalau sekalian membelikan untukmu juga? Apa kau mau, Mia?" tanya Martis.Deg, deg, deg!Jantung M
Keempat orang itu berusaha memukul Martis. Namun kenyataannya, kecepatan Martis bergerak sangatlah cepat."Aku di sini, hehe," ucap Martis.Siuw!Bugh!Martis malah terlihat seperti bermain-main dengan empat orang itu. Memang inilah yang Martis inginkan. Ia sengaja menguras tenaga keempat orang itu dengan cara menghindar ke sana kemari."Ada apa dengan kalian? Ayo, pukul aku!" ucap Martis lagi.Setelah beberapa puluh menit kemudian, keempat orang itu akhirnya merasa lelah."Wah..., sekarang giliranku!" ucap Martis.Siuw...!Bugh!Bugh!Bugh!Martis bergerak maju menuju pria pertama. Martis memukul dada bagian depan pria berbadan besar itu.Bugh!Brak!"Argh...!" teriak pria itu. Tubuhnya terpental beberapa meter.Sut, sut, sut...!Bugh!Bugh!Bugh!Martis juga memukul yang lainnya tepat di bagian dada mereka. Dan mereka juga terpental beberapa meter."Cih! Aku meremehkannya! Teman-teman, Anak itu katanya cacat kan? Tapi kena-"Bugh!Bugh!Bugh!Belum sempat selesai berkata, pria itu k
"Kurang ajar kau!" teriak Argus.Dert..., dert, dert...!Akhirnya Argus menggunakan kekuatan petir miliknya.Slash...!Jedar!Martis menghindari serangan listrik milik Argus.Jedar!Jedar!Jedar!Nampaknya karena kesal, Argus tidak memberikan jeda kepada Martis. Argus menyerang Martis bertubi-tubi.Bugh!Akhirnya Argus menemukan celah pada pertahan Martis. Kartika Martis menghindari serangan listrik milik Argus, Argus dengan cepat melesat dan memukul tubuh Martis.Untungnya Martis sempat menggunakan teknik penguat tubuh.Dert..., dert..., dert!Yang membuat Martis terkejut, ternyata Martis bisa menggunakan elemen jenis listrik sama seperti Argus."Tidak mungkin! Kenapa dia bisa menggunakan listrik juga? Bukankah elemennya tadi api?" gumam Argus.Jedar!Argus menghindari serangan Martis. Sekarang keadaan malah berbalik. Justru Argus lah yang terus menghindar dari serangan Martis!"Itu dia," gumam Martis. Martis menggunakan cara yang Argus gunakan untuk menyerangnya tadi.Bugh!Boom!Ta