Home / Romansa / Pengawal Nona Muda / One Step Closer

Share

One Step Closer

Author: wpwp
last update Last Updated: 2021-05-23 10:00:15

Ben memaki dirinya sendiri berulang kali, menyesali kebodohannya yang turut campur urusan gadis yang ada di gendongannya ini. Kenapa dia harus repot-repot mengembalikannya ke rumah Oscar? Lebih baik dia tinggalkan saja di pinggir jalan! Namun, semuanya sudah terlanjur, dan kini Ben kembali memasuki pekarangan rumah keluarga Oswald. Diturunkannya gadis yang belum sadarkan diri itu di kursi teras, kemudian tangannya mulai sibuk menggedor pintu dengan keras.

Tak berapa lama pintu itu terbuka dan seorang gadis lainnya menghambur memeluk Ben.

“Cepat pergi! Oscar dan kawan-kawannya sudah gila!” teriaknya seraya mendorong tubuh Ben hingga tersungkur di lantai. “Ella?”

Ben menoleh bergantian antara Ella dan gadis yang sedang menindihnya ini. “Kau mengenalnya?”

“Tentu saja! Dia sahabatku!” sahut Grace yang langsung berdiri dan menghampiri Ella. “Apa yang terjadi padanya? Kau apakan dia?”

“Aku tidak melakukan apapun—”

“GRACE!”

Grace menoleh kembali ke dalam rumah, dilihatnya Luis dan Oscar tergesa menuruni anak tangga untuk mengejarnya. Grace menarik tubuh Ben, “Cepat gendong Ella! Cepat!”

Entah Ben memang bodoh atau apa, dia menurut saja dengan perintah Grace. Segera dia kembali menggendong tubuh Ella dan berlari. Secepat mungkin, hingga membuat Oscar dan temannya yang setengah mabuk tidak mampu mengejarnya.

“Apa mereka masih mengejar kita?” tanya Grace di tengah engah napasnya.

Ben menurunkan Ella di sofa bobrok di ruang tamunya, kemudian mengintip sejenak ke luar, sebelum menutup gorden ruang tamunya.

“Sepertinya mereka sudah pingsan duluan di halaman rumahnya, karena mabuk.”

“Baguslah!”

“Kau benar-benar teman gadis itu?”

Grace mengangguk.

“Kalau begitu, cepatlah bawa dia pulang!”

“Kenapa dia bisa ada di sini?” tanya Grace tanpa memedulikan perintah Ben. “Kenapa kalian bisa bersama? Bukankah—”

“Aku tidak tahu. Temanmu ini tiba-tiba saja sudah tidur di kasurku!” kesal Ben, “Jadi lebih baik sekarang kalian segera pergi dari rumahku!”

Nyali Grace menciut mendengar nada bicara Ben yang mulai meninggi. Bagaimana tidak? Seorang pria dengan rambut gondrong berantakan, jenggot lebat, dan badan seperti pegulat itu sedang meneriakimu, tepat di depan wajahmu.

“Ta—tapi aku tidak tahu bagaimana caranya pulang.”

“Aku akan panggilkan taksi.”

“Tunggu!” cegah Grace yang langsung mencekal tangan Ben yang hendak menghubungi layanan taksi. “Maksudku bukan itu, Maksudku, aku tidak bisa mengantarnya pulang dengan keadaan seperti ini.”

“Itu bukan urusanku. Dia adalah temanmu, ini adalah rumahku. Aku ingin kalian berdua segera keluar dari sini!”

“Pria macam apa dirimu? Setega itu kau membiarkan dua gadis, yang satu tanpa alas kaki dan yang lain sedang mabuk berjalan pulang di saat malam dingin seperti ini?”

Ben memutar matanya malas. Seumur hidupnya, dia tidak pernah bertemu dengan gadis yang bisa membuatnya menjadi pihak yang bersalah seperti ini. Sepertinya, penjara lebih damai daripada di luar sini.

“Lalu apa maumu?”

Grace mengetuk dagunya dengan telunjuk, sedang mati-matian memikirkan bagaimana caranya untuk memulangkan Ella. Tidak mungkin membawa pulang Ella ke rumahnya, bisa-bisa ibunya akan memotong uang bulanannya. Jika memaksa memulangkan Ella ke rumahnya sendiri, Grace harus bersiap menghadapi ayah Ella yang menatapnya penuh kebencian, seolah siap membunuhnya kapan saja.

“Bagaimana kalau kau mengantar kami pulang?”

“Aku tidak punya mobil.”

“Naik taksi?” tawar Grace. “Aku akan membayar semuanya, termasuk biaya taksi pulang untukmu,” tambah Grace cepat, sebelum Ben menolak.

“Apa bedanya dengan kau pulang naik taksi sendiri?”

Grace mencebik, lalu melangkah mendekati Ella. “Kau lihat dia?” tanyanya seraya menunjuk Ella yang masih belum sadarkan diri. “Kau tahu siapa dia?”

“Aku tidak peduli.”

“Tapi aku peduli. Besok ayahnya akan menyiapkan belati untuk menggorok leherku, kalau aku pulang dengan anaknya dalam kondisi seperti ini.”

Ben terkekeh geli mendengar jawaban Grace yang terdengar sangat konyol di telinganya. Apakah keluarga temannya ini semengerikan itu?

“Jangan tertawa,” lirih Grace. “Apa kau benar-benar tidak tahu siapa dia? Apa kau baru pindah ke Rotterfoort, sehingga tidak mengenali siapa gadis yang sedang mabuk di ruang tamumu ini?”

Kekehan Ben menghilang mendengar kalimat terakhir dari Grace. Melihat ekspresi ketakutan bercampur bingung dan tidak percaya di wajah gadis muda itu, membuat Ben mau tidak mau menaruh simpati dengan tidak lagi menertawakan kalimatnya.

“Dia pewaris seluruh kekayaan Softucker.” Grace mengambil napas sejenak. “Dia adalah Radella Softucker.”

Tatapan Ben langsung turun pada sosok gadis yang terkulai lemas, seraya mencerna segala informasi yang baru saja dilontarkan oleh Grace. Belum lagi ingatan dari masa lalu yang seketika menyeruak memenuhi kepalanya. Bayangan Maxwell Cerg yang tergantung tak bernyawa di tengah sel tahanan sempitnya. Pukulan bertubi-tubi yang dialamatkan pada Ben muda dari para tahanan senior, semuanya membuatnya ingin mencekik leher jenjang yang nampak indah itu!

Tanpa berucap lagi, Ben mengambil jaketnya, kemudian menelepon layanan taksi. Tak berapa lama, sebuah taksi sudah berhenti di depan rumahnya. Ben bergegas menggendong kembali Ella dan bersama dengan Grace melaju menuju kediaman Rotterfoort. Namun, di tengah jalan, Grace memaksa turun dan memberikan beberapa lembar uang pada supir taksi.

“Antarkan dia sampai ke rumahnya. Aku mohon,” pinta Grace, kemudian menutup pintu taksi dan berlari pergi.

Ben sama sekali tidak memperhatikan semua itu. Pikirannya masih dipenuhi keinginan menghabisi nyawa gadis yang sekarang bersandar di bahunya. Di tempat ini, sekarang juga, tidak akan ada yang tahu! Sopir taksi? Beri saja dia uang tutup mulut atau mungkin sekalian saja membunuhnya!

Taksi kembali melaju memecah kegelapan malam dengan lampu mobilnya yang redup. Setelah beberapa waktu, mobil berhenti di depan sebuah pagar rumah yang menjulang kokoh dengan banyak pilar di kanan-kirinya. Ben kembali membangunkan Ella, tapi usahanya sia-sia. Ben keluar dari mobil dan mendapati seorang satpam sudah berdiri di dekatnya dengan tatapan bengis, seolah hendak mematikan Ben saat itu juga.

“Ada apa?”

“Aku mengantar nona muda kalian.”

Satpam itu melongok ke dalam mobil, lalu kembali menegakkan tubuhnya seraya berbicara di handy talky-nya, mengabarkan bahwa nona muda keluarga terpandang di Softucker sudah kembali.

Ben menggendong Ella, lalu berjalan memasuki pekarangan rumah keluarga Softucker. Malam itu, Ben tidak pernah membayangkan akan memiliki kesempatan seperti ini—menginjakkan kaki di lahan Softucker dengan mudah. Namun, setelah menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi kalau dirinya bertindak gegabah, Ben mengurungkan niatnya untuk membunuh gadis dalam gendongannya saat ini. Ben ingin sedikit bermain-main dengan keluarga ini.

Dua orang berperawakan mirip satpam yang sebelumnya menyambut Ben, berlari ke arahnya.

“Di mana kau menemukan nona?”

“Siapa kalian?”

“Bukan urusanmu. Serahkan nona pada kami.”

Ben menolak, “Aku ingin menyerahkannya pada keluarganya sendiri. Gadis ini sudah melalui banyak hal buruk hari ini, jadi aku ingin memastikan dia benar-benar aman dalam lingkup keluarganya.”

Ben terus melangkah hingga akhirnya dia berhenti di depan pintu utama rumah, di dalam keremangan ruang tamu, Ben bisa melihat sesosok berjalan ke arahnya. Kemudian pria dengan rambut yang telah memutih di beberapa bagian kepalanya itu menatap Ben penuh selidik. Bermula dari ujung kepalanya yang berambut gondrong dan sedikit ikal, lalu turun pada kaos dan jaket lusuhnya, terakhir adalah celana dan sepatu kotornya.

“Aku James, James Softucker. Siapa kau? Dan kenapa Ella ada bersamamu?”

“Aku Max, hanya Max. Ella tiba-tiba saja masuk ke rumahku.”

James menatap bingung pada Ben. “Dia masuk ke rumahmu?” James sedikit mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Ella, dan langsung mundur seraya alisnya bertaut. “Bau alkohol.”  

Ben mengangguk. “Kurasa dia habis berpesta di rumah kawannya sampai mabuk.”

“Lucas, bawa Ella ke kamarnya!” perintah James. “Dave, beri pria ini uang sebagai imbalan.”

“Maaf, Tuan.” Ben buru-buru berucap, “Bisakah aku meminta yang lain?”

Ben menyerahkan Ella pada Lucas yang kemudian membawanya masuk. Dan kini hanya ada Ben yang berusaha mati-matian agar tidak terlihat gemetar. Mengatur debar jantungnya dan memerintahkan otaknya agar menahan seluruh luapan emosi yang saat ini sudah memenuhi benaknya. Terlebih saat melihat James Softucker dengan wajah angkuhnya muncul dan tidak mengenali dirinya. Baiklah, itu bukan salah James. 15 tahun di penjara, tentu saja banyak perubahan yang dialami Ben. Namun, tidak dengan segala emosi dan amarah yang dimilikinya sejak keluarga Softucker menjebloskannya ke penjara.

“Berani sekali kau meminta padaku?”

Ben menundukkan pandangannya, “Maaf, Tuan, saya tidak bermaksud lancang. Saya … saya … Alih-alih memberi saya imbalan uang, bagaimana jika Tuan memberi saya kesempatan untuk bekerja?”

Seulas senyum muncul di wajah James, pria itu kemudian menggeleng tak percaya setelah mendengar permintaan Ben.

“Memangnya apa keahlianmu?”

“Saya tidak lulus sekolah, saya hanya bisa berkelahi,” aku Ben lirih.

Ben tidak bohong tentang satu hal ini. Dia memang tidak lulus sekolah, karena dipenjara. Namun, 15 tahun hidup di balik tembok tinggi itu, membuat Ben bisa menghadapi 10 tahanan dengan tangan kosong.  

“Benarkah?”

Ben mengangguk cepat. “Saya mohon, Tuan. Beri saya kesempatan, saya butuh pekerjaan untuk menyambung hidup.”

James tidak begitu saja yakin pada apa yang diucapkan Ben. Terlihat dari sikap pria itu yang diam dalam waktu cukup lama, dengan tatapan yang tak lepas dari tatap milik Ben. Bahkan sesekali dia akan menengok ke belakang—entah ke mana—seolah meminta persetujuan dari dalam.

Namun, sebenarnya James sedang menimbang untuk menawarkan pekerjaan pada Ben menjadi bodyguard Ella. Melihat perawakannya yang jelas jauh lebih kekar dibandingkan Lucas dan Dave, membuat James yakin akan satu hal itu. Pria ini, akan bisa menakhlukkan sifat pembangkang seorang Radella.

“Baiklah, aku beri kau kesempatan menjadi pengawal putriku. Bagaimana?”

“Baik, Tuan!” tegas Ben. “Apa Anda juga perlu kartu pengenal saya?”

“Tidak-tidak, aku tidak butuh itu. Tapi kalau kau berani macam-macam …” James selangkah mendekati Ben. “Sebelum kau sempat keluar dari gerbang rumah ini, seluruh tulangmu akan patah terlebih dahulu,” ancamnya kemudian.

“Baik, Tuan.”

“O iya, siapa namamu tadi?”

“Max.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
12345
Wow membaca novel ini serasa lagi nonton film hollywood.. ga bertele tele, alurnya dan ceritanya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengawal Nona Muda   Prince of Loshen

    “Yang terkilir adalah kakiku, bukan tanganku,” ucap Ella seraya mengambil roti lapis dari tangan seorang maid yang hendak menyuapinya. Kemudian mengunyahnya dengan potongan besar-besar. “Apa dia akan berdiri di sini terus seperti anjing penjaga?” tambah Ella, kali ini melirik pada Max yang berdiri di sebelahnya.“Dia adalah pengawalmu,” sahut James. “Pengawal?” Ella memutar matanya malas mendengar jawaban dari James. “Lucas dan Dave belum cukup? Dan sekarang kau menambah seorang lagi?”“Kenapa? Kau tidak suka?”“James! Tarik semua pengawalmu atau aku bisa melakukan hal-hal nekat! Kali ini aku serius! Aku sudah muak dengan segala fasilitas pengawalan yang kau berikan ini!”“Ella—” “Oh, ayolah, James! Beri aku sedikit kepercayaan!”“Kepercayaan? Kemarin kau lupa sudah mengkhianatinya? Kau membuat

    Last Updated : 2021-05-28
  • Pengawal Nona Muda   A Familiar Face

    “Sialan!” Ben memaki berulang kali sembari berusaha membuka pintu toilet.Benar-benar di luar perkiraan Ben! Ella benar-benar meyebalkan dan sangat licik dengan mengunci Ben di dalam toilet agar dirinya bisa kabur. Bahkan sebelum benar-benar meninggalkannya, Ben sempat mendengar bagaimana gadis itu menertawakan kebodohannya, yang semakin membuat darah Ben mendidih.Ben kembali memeriksa jendela ventilasi di dalam toilet, tapi tentu saja ukuran jendela itu terlalu kecil untuk tubuh berototnya. Bisa saja dirinya mendobrak pintu ini, tapi Ben masih waras, dia tidak ingin membuat keributan yang malah bisa membuatnya dipecat di hari pertamanya bekerja.“Siapapun di luar sana! Buka pintunya! Hey! Apa kali—”Teriakan Ben terputus, karena suara kunci pintu yang diputar, dan akhirnya pintu itu terbuka! Grace muncul di sana dengan napas terengah, lalu tanpa berbicara sepatah katapun, gadis itu langsung meraih tangan Ben.“

    Last Updated : 2021-05-30
  • Pengawal Nona Muda   Cunning Ella

    “Bagaimana?” tanya Ella dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya. “Apa kata James?”Lucas kembali memasukkan ponselnya, kemudian mengangguk hormat pada Ella. “Tuan James mengizinkan Nona pergi bersama Nona Grace, tapi dengan syarat.”“Oh, ayolah! Kali ini aku tidak akan pergi ke rumah Oscar. Aku sudah tidak ada urusan dengan pria kurang ajar itu. Kalian tenang saja, ok? Aku hanya pergi ke mal membeli baju untuk acara halloween di kampus.”“Maaf, Nona. Ini adalah syarat—”“Ya sudah! Katakan cepat, apa syarat dari si Tua James!” kesal Ella.“Anda harus ditemani oleh pengawal, lalu—”“Hanya satu di antara kalian! Kalau lebih dari itu, aku akan melakukan hal yang lebih gila dari kemarin!”Lucas mengangguk. “Tidak masalah. Tuan James memang menyarankan salah satu dari kami, yakni Max.”“Max?&rdq

    Last Updated : 2021-06-11
  • Pengawal Nona Muda   The Summer House

    Jika tidak mengingat alasan dia memohon bekerja pada James Softucker, Ben akan dengan senang hati meninggalkan gadis yang sedari tadi bermulut kasar ini. Tanpa memedulikan perasaan orang lain, mulutnya begitu mudah mengucap makian dan hinaan untuk orang-orang seperti Ben. Bagian terburuknya, gadis itu mengatai Ben adalah seorang gay! Darimana pikiran itu berasal?Tatapan Ben tidak pernah meninggalkan sosok Ella yang keluar-masuk ruang ganti dan berkeliling toko, meskipun Grace begitu menggoda. Terlebih saat tubuh gadis belia ini berada di atas pangkuan Ben, tangan yang melingkar di leher Ben, pria itu bisa menghidu aroma wangi bunga yang menenangkan. Mungkin jika Grace bukan sahabat Ella dan sekarang mereka tidak di tempat umum, Ben akan langsung memeluk pinggang ramping itu, menelanjanginya, dan membuat gadis ini mendesah di pangkuannya.Namun, yang terjadi adalah mimpi buruk Ben selanjutnya. Dihajar banyak orang, karena ucapan gadis manja dan angkuh yang kin

    Last Updated : 2021-06-16
  • Pengawal Nona Muda   (18+) His Temptation

    Ella menatap Max tajam, berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak akan bisa dikalahkan oleh Max begitu saja! Tidak akan takut dengan ancaman pria itu, meski Ella juga melihat kebencian di sana. Ella yakin 100%, bahwa tebakannya tidak pernah meleset, Max adalah seorang gay! Tidak mungkin pria normal akan membiarkan begitu saja wanita mabuk yang hampir telanjang, tertidur di ranjang kamarnya. Bukannya membiarkannya kedinginan di teras rumah! Kali ini, Ella benar-benar mempertaruhkan harga dirinya saat memutuskan membawa Max ke pondok keluarga Softucker. Di tempat ini, Ella akan membuat Max berakhir mengenaskan, dipecat! Ella merangkul leher Max, mendekatkan bibirnya ke telinganya, menggigit pelan cuping telinganya dan menjilatnya. “Bagaimana? Kau tergoda dengan apa yang aku lakukan?” bisik Ella, lalu kembali menjilat telinga Max. Ella menarik wajahnya, menatap kembali mata Max yang masih sama—tanpa ekspresi. Sial! Pria itu sama sekali tidak bereaksi, ta

    Last Updated : 2021-06-20
  • Pengawal Nona Muda   (18+) Her Temptation

    Ben sepertinya harus segera menceburkan diri ke danau yang ada di luar untuk mendinginkan otak dan tubuhnya, yang seketika memanas akibat segala hal yang dilakukan Ella pada tubuhnya. Gadis itu menggesekkan dadanya ke tubuh Ben. Pria yang diam di penjara selama 15 tahun dan tidak dapat menyalurkan gairahnya dengan benar, selain dengan sabun dan tangannya—itu pun seringkali terganggu oleh tahanan lainnya yang sudah tidak sabar untuk memuaskan hasratnya. Lalu bagaimana bisa menahan godaan dari seorang Radella? Otak Ben berusaha waras, tapi tubuhnya memilih mengikuti permainan Ella. Ben bukanlah pria polos dan bodoh yang tidak tahu maksud dari segala tindakan Ella saat ini. Ben tahu benar, bahwa gadis yang sekarang berada di bawah kuasanya, sengaja menggoda, agar dia memiliki alasan untuk memecat Ben. Namun, Ben juga punya rencananya sendiri. Dia akan membuat Nona Muda yang suka memberontak ini, tergila-gila padanya. Ben akan membuat Ella tidak bisa hidup tanpanya. Persetan jik

    Last Updated : 2021-06-24
  • Pengawal Nona Muda   Mysterious Max

    Ella membuka mata dan mendapati sepi di hadapannya. Detik berikutnya, dia seperti tersadar dari hipnotis gairah yang semalam diciptakannya bersama Max. Ella terduduk, membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga ke perutnya.“Apa yang semalam belum puas?”Suara serak Max yang berasal dari luar membuat Ella langsung menarik selimut itu untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang polos. Sekali dia mengintip bagian bawah tubuhnya—celana dalamnya masih di sana—Ella langsung menghela napas lega.“Kenapa harus malu, Nona?” tanya Max yang menghampiri Ella, lalu mengecup bibirnya.“Kurang ajar!” maki Ella, lalu mendorong tubuh Max, beranjak memunguti seluruh pakaiannya, dan berlalu masuk ke kamar.Dari dalam kamar, Ella masih mendengar kekehan Max yang sedang menertawakan dirinya. Ella menggeram kesal dan buru-buru memakai kembali pakaiannya. Untuk beberapa saat dia menatap pantulan dirinya di cermin.

    Last Updated : 2021-06-29
  • Pengawal Nona Muda   Fragile Ella

    Ben menutup album foto yang ditemukannya beberapa saat yang lalu. Album foto keluarga Softucker yang terlihat sangat bahagia. Berbeda sekali dengan keluarganya. Ayah dan ibu Ben bercerai saat dirinya berusia 12 tahun. Sejak saat itu, Ben tidak pernah lagi melihat ibunya. Kabar terakhir yang dia dengar, ibunya sudah menikah lagi dengan pria berkebangsaan asing dan kini menetap di negaranya. Meninggalkan Ben dan ayahnya dalam keterpurukan.Ben menoleh sesaat, menatap majikannya yang masih terlelap di sofa. Tidak heran gadis itu begitu lelap, dia pasti lelah setelah melewati malam yang begitu menggairahkan. Terlebih saat tubuhnya menegang dang menjerit, karena kenikmatan yang diberikan oleh orang rendahan yang sanggup memuaskannya.Ben beranjak mendekati Ella, gadis itu menggeliat pelan seraya menggumam akan sesuatu. Ben sedikit lebih dekat dan Ben mendengar Ella menyebut nama seseorang berulang kali. Ben kembali menegakkan punggungnya, menarik selimut untuk menutupi tubu

    Last Updated : 2021-07-03

Latest chapter

  • Pengawal Nona Muda   Happily Ever After (?)

    Ben pikir, setelah Ella mengatakan ya padanya, semuanya akan berjalan lancar hingga hari pernikahan—yang entah kapan akan mereka gelar. Nyatanya, dua hari setelah pulang dari pondok, Ella meminta waktu lebih lama untuk memikirkan kapan sebaiknya pernikahan mereka dilangsungkan. Jangan tanya bagaimana paniknya Ben saat itu, tapi sebisa mungkin berusaha ia sembunyikan. Ia tidak ingin membuat Ella merasa terpaksa menikahi Ben, meski sebenarnya Ben juga sudah tidak sabar ingin menjadikan Ella sebagai istrinya, karena ia sangat takut kehilangan Ella lagi.“Ella belum memutuskan kapan dia akan menikahimu?” tanya Jensen, saat ia menyempatkan diri mampir ke rumah Ben sebelum berangkat bertugas. “Kalian bertengkar lagi?”Ben menggeleng. “Aku juga tidak tahu. Sudah berhari-hari dia sulit dihubungi. Bahkan Prince juga kesulitan menemuinya di kantor. Kata sekretarisnya, Ella tiba-tiba saja ingin menyendiri,” jawab Ben.&ldq

  • Pengawal Nona Muda   Yes, I do.

    “Kamar?!”Entah itu sebuah pertanyaan atau perintah. Ella tidak mengerti apa yang diucapkannya, karena saat ini tidak bisa berpikir jernih. Napasnya terengah, hampir habis, karena terlalu bergairah membalas ciuman Ben. Ya, Tuhan, ia tidak pernah menyangka kalau bisa merindukan sebuah ciuman seperti ini. Ini bukan perkara ciumannya, tapi siapa orang yang kau cium. Bagi Ella, orang itu adalah Benedict Cerg.Tak jauh berbeda dengan Ella, Ben pun mendadak bodoh dan hanya mampu mengangguk, tapi insiting liarnya menyuruhnya untuk mengangkat tubuh Ella, lalu berjalan tergesa menuju kamar. Ben tidak menyangka akan datang hari ini—lagi—untuknya, melakukan hal paling intim yang bisa dilakukan sepasang manusia yang sedang dilanda gairah.Ella merasakan tubuhnya terhempas menyentuh permukaan kasur, Ben langsung menindihnya, kembali menciumnya penuh tuntutan rindu yang harus segera tersalurkan. Bahayanya, tidak ada yang tahu berapa lama yang diperluka

  • Pengawal Nona Muda   Sorry and Thank You.

    Sudah lebih dari tiga jam sejak dokter meninggalkan ruang rawat Ben, tapi pria itu belum juga sadarkan diri. Jensen pun harus kembali ke kantor polisi untuk membuat laporan. Sedangkan Prince dan Grace juga pulang bersama anak-anak mereka. Martin belum terlihat lagi sejak satu jam yang lalu. Hanya ada Ella dan Aj yang tersisa menjaga Ben di ruangan itu.“Mommy, kapan Paman Ben akan bangun?”Ella yang sedang membaca majalah menoleh pada putranya yang ternyata sudah bangun dari tidur lelapnya di sofa. Ella menghampiri Aj dan langsung memangku bocah itu, sembari menepuk-nepuk punggungnya agar kembali tidur, mengingat tidur bocah itu pasti tidak nyaman di rumah sakit.“Sayang, kau sudah bangun? Jika masih mengantuk, tidur lagi saja.”Aj menggeleng. “Mom, kapan P

  • Pengawal Nona Muda   Foolish Love

    “Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Martin khawatir, saat melihat Ella diam saja sejak masuk ke mobilnya. “Kau mau makan dulu sebelum kita menjemput Aj di rumah Prince?”“Tidak usah. Kita langsung ke sana.”“Kau yakin?”Ella mengangguk pasti, lalu kembali diam, menatap jalanan Rotterfort yang mulai ramai pagi ini.“Sialan!” maki si supir tiba-tiba?“Ada apa?” tanya Martin sambil mencoba melihat apa yang sedang terjadi di depan.“Orang-orang ini seperti tidak punya pekerjaan. Hampir setiap hari mereka turun ke jalan untuk berunjuk rasa,” gerutunya pada ratusan orang dengan spanduk dan poster-poster menuntut keadilan yang sedang lewat di depan mobilnya.“Tentang apa?”

  • Pengawal Nona Muda   Goodbye, Radella Softucker.

    Entah sudah berapa kali Ben menghela napas dan berapa liter bensin yang dihabiskannya. Sepertinya ia sudah mengelilingi Rotterfort puluhan kali, hanya untuk menenangkan pikiran dan keinginan hatinya yang ingin bertemu dengan Aj. Ben menggunakan segala cara, dari mulai mencari kesibukan di bengkel, hingga berkeliling Rotterfort. Namun, rasa rindu pada putranya—juga Ella—benar-benar tidak terbendung.Motornya berhenti di tempat terjauh dari Rotterfort yang bisa ia jangkau. Ia kembali ke pemakaman di luar Rotterfort yang beberapa hari lalu ia kunjungi. Ben berjalan dengan seikat lili di tangannya, melewati nisan-nisan yang kusam, lalu langkahnya berhenti beberapa meter dari kuburan orang tuanya. Lili yang kemarin dibawanya sudah nampak layu, tapi ada lima tangkai lili yang masih terlihat segar. Bukan, itu bukan lili di tangan B

  • Pengawal Nona Muda   Will You Marry Me?

    Sudah 15 menit Ben berdiri di dapur. Diam-diam ia mengawasi Martin dan Aj yang sedang bermain bersama Max di ruang tamu. Ia sudah menemukan jawaban dari semua pertanyaan di kepalanya atas teka-teki yang ia temukan beberapa saat lalu ketika mereka masih berdiri di halaman rumah.Tunangan Martin adalah Ella.Aj adalah putranya.Ingin rasanya Ben memeluk bocah itu dan mengatakan betapa ia sangat merindukannya. Namun, Ben kembali menyadari posisi dirinya yang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan Martin. Untuk saat ini, Ben hanya bisa membuatkan putranya segelas cokelat hangat—seperti yang selalu ia sajikan untuk ibunya.Buku-buku jemari Ben mengepal erat nampan yang membawa secangkir teh dan cokelat hangat itu. Perlahan ia letakkan dua cangkir itu di atas meja, tanpa memutuskan tatapannya pada Aj yang kini berlari mengitari ruang tamunya bersama Max.Prince sialan! Mengapa ia tidak mengatakan pada Ben, kalau Aj adalah putranya?“Ben, apa hubunganmu dengan Ella?” tanya Martin, set

  • Pengawal Nona Muda   Hello, El.

    Ben sedang dalam perjalanan pulang dari memperbaiki mobil milik temannya, saat ia melihat wajah yang tak asing sedang berdiri di halte bus. Sebagai tetangga yang baik, Ben berhenti dan menawarkan diri untuk membonceng tetangganya itu pulang.“Terima kasih, Ben.”“Tidak masalah. Kenapa kau berpakaian seperti ini?” tanya Ben penasaran.“Aku kalah taruhan dengan kawan-kawanku, jadi aku harus meminjam pakaian kakak perempuanku untuk pergi ke prom.”Ben terkekeh mendengar penjelasan tetangganya ini.“O, iya, Ben, kau mau membantuku sekali lagi?”“Apa itu?”“Sebagai tambahan hukuman kalah taruhan, aku juga harus mencium seorang pria. Kau bisa membantuku? Hanya satu kecupan saja. Kumohon. Kalau tidak, minggu depan aku harus memakai pakaian wanita dan berdandan untuk keluar rumah.”Ben menggeleng tak percaya mendengar ucapan tetangganya ini. “Kali ini aku aka

  • Pengawal Nona Muda   Rotterfort Now

    Sudah bertahun-tahun rumah megah di tengah kota itu sepi. Dulu sekali, si Tuan Rumah rutin mengadakan acara amal bersama koleganya. Namun, tidak jarang pula ia mengundang orang-orang kurang beruntung untuk turut hadir dan merasakan masakan dari tangan chef handal. Sejak beberapa tahun lalu rumah itu dilelang, hanya remang cahaya lampu taman yang sering dilihat dan dibicarakan penduduk Rotterfort.Hingga kini, si anak perempuan pembawa sial, tapi juga yang paling beruntung kembali ke rumahnya. Lampu-lampu di hampir seluruh sudut rumah itu diganti dengan lampu yang nyalanya lebih terang. Para tamu undangan yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang itu sudah datang dan duduk berdampingan di kursi makan. Sebastian sibuk mengobrol dengan Frederick—pengusaha muda yang sedang merintis usahanya di bidang nano teknologi—sambil menikmati lobster. Delapan orang lainnya pun sibuk membicarakan bisnis dan kerjasama yang barang kali bisa mereka bentuk.

  • Pengawal Nona Muda   As The Years Passed By

    “Jangan menertawakanku.”Ben menggeleng, tapi ia tidak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.“Kondisimu juga tidak lebih baik dari aku.”Ben tertawa mendengar Sebastian yang bersungut-sungut sejak ia duduk di bangku itu. Sedangkan Ben, sibuk dengan kunci inggris, oli, dan mesin mobil Sebastian.“Lihat saja, kau lebih memilih kotor seperti ini, bekerja di ruang panas, daripada dengan setelan jas di kantorku.”Ben menjejakkan kakinya sebagai tumpuan untuk menarik diri dari bawah kolong mobil. Ia muncul dari sana dengan pakaian bengkelnya yang sudah kotor, berlumuran oli dari mobil-mobil yang diperbaikinya.Sejak bebas dari Blackford enam bulan lalu, Ben memilih memulai hidup barunya dengan menjadi montir. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya selama lima tahun di Blackford, Ben bisa menyelesaikan—hampir—semua masalah mesin, khususnya mobil.“Jika kau bingung, kenap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status