Share

Musuh tidak biasa

Penulis: Ay You
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-05 17:58:48

“Ya Tuhan,” lirih Iora dengan bibir bergetar.

-Ditemukan seorang tukang ojek online di dalam parit dekat jembatan dengan keadaan sudah meninggal dunia, kemungkinan adalah korban begal.-

Tangan Iora bergetar menggeser halaman berita tersebut di ponselnya, ada foto korban yang sudah disamarkan dan plat motor korban yang terparkir di samping jembatan.

“Dia bukan penjahat, dia psikopat gila,” tutur Iora dengan mata berkaca-kaca. Hatinya merasa bersalah pada bapak tersebut.

“Ini pasti ulah nya, dia pasti ingin menghilangkan jejak agar tidak ada saksi,” lirih Iora.

Iora menarik nafas dalam-dalam.

“Maafkan aku pak, anda orang baik. Aku janji akan membuat orang itu mempertanggungjawabkan semua yang sudah dia lakukan,” janji Iora.

Iora bersiap dia akan pergi hari ini.

“Siapkan mobil,” suruh Iora pada pengawalnya yang sedang siaga di teras rumah.

“Baik nona,”  balas pengawal dan dengan cepat melakukan tugasnya.

Begitu mobil sedan itu terparkir, Iora langsung naik.

“Kamu sudah baca berita pembunuhan pagi ini?” tanya Iora pada pengawalnya.

“Pembunuhan di jembatan, maksud nona?”

“Iya,” jawab Iora.

“Sudah, saya sudah membacanya.”

“Dia adalah bapak tukang ojek yang kemarin,” sahut Iora.

“Astaga, saya tidak mengira bapak itu jadi korban,” ucap pengawal tersebut dengan terkejut.

“Sudah pasti ini ulah orang itu, dia sungguh tidak punya hati,” runtuk Iora.

“Kita ke arah jembatan itu, aku ingin melihat lokasinya,” pintah Iora.

“Baik nona.” 

Mereka ke arah jembatan yang menjadi tempat ditemukannya korban.

 “Parkir di dekat mini market itu,” suruh Iora.

Iora mengeluarkan kameranya. Dia mungkin tidak bisa melihat tetapi kamera ini bisa menangkap area yang tidak dapat Iora jangkau dengan matanya.

“Apakah ada orang yang mencurigakan?” tanya Iora.

“Sejauh ini tidak ada,” balas pengawalnya.

“Sebaiknya aku turun,” tukas Iora.

Pengawal tersebut langsung bereaksi dan menoleh kebelakang.

“Jangan nona. Bisa saja anda dalam situasi yang berbahaya, kita belum tahu tahu berapa banyak peneror tersebut, saat ini target mereka adalah anda,” mohon pengawal tersebut.

Iora juga berpikir begitu, namun dia tidak bisa menahan diri.

Iora menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil.

“Jalan,” perintah Iora.

Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, memikirkan bagaimana mengungkap kejahatan orang tersebut.

Saat melihat ke arah luar jendela, Iora menangkap sesuatu yang mencurigakan.

“Berhenti,” teriak Iora tiba-tiba.

Pengawal itu dengan cepat berhenti. Beruntung sisi jalan ini tidak ramai.

Iora menajamkan matanya.

“Itu orangnya, motor dan jaketnya sama,” ucap Iora sambil memperhatikan pria yang duduk diatas motor menonton polisi yang sedang melakukan penyelidikan.

“Putar arah,” perintah Iora.

Pengawal itu dengan cepat menjadi jalan putar balik yang tidak terlalu jauh.

Mobil Iora berhenti dua ruko dari tempat pria itu memarkirkan motornya.

“Nona jangan turun,” teriak pengawal tersebut dan  ikut menyusul Iora yang berjalan ke arah ruko tersebut.

Iora memperhatikan motor itu yang sepertinya tidak menyadari kedatangan Iora.

Iora berjalan masuk ke arah warung kopi di ruko itu.

“Bu,  kopi panas satu dibungkus,” ucap Iora pada penjual disana.

Iora tidak menoleh pada orang itu, namun Iora yakin orang itu pasti mendengar suaranya.

“Rp 8.000 mbak,” ucap penjual tersebut.

Iora mengambil uang 20 ribuan di kantong celananya.

Orang tersebut melakukan gerakan pelan dan menghidupkan motornya.

Saat Iora berbalik motor itu langsung berjalan keluar dari area ruko.

Iora melihat itu pun langsung berlari ke arah mobilnya.

“Suruh temanmu mengejarnya,” teriak Iora.

Iora berlari kecil dan memberikan kopi dan uang kembaliannya pada tukang parkir itu.

“Dia sepertinya tidak mengawasiku hari ini, jadi dia tidak tahu aku akan datang kesini,” tukas Iora dan terus memperhatikan ke jalan depan.

“Nona, motor itu masuk ke gang yang tidak bisa dimasuki oleh mobil, dan juga disana padat penduduk, resiko jika rekan saya tetap masuk,” lapor pengawal pada Iora.

Buk!

Iora memukul kursi depannya.

“Sial. Orang itu harus segera kita temukan. Aku tidak mau ada korban lain lagi,” desak Iora.

***

Selang tiga hari, Iora sedang berada di toko roti kesukaannya. Tempat dia hampir ditusuk waktu itu.

“Kalian awasi saja, kalau ada yang  mengenakan  masker dan topi itu patut dicurigai.” Iora memberikan perintah sebelum masuk ke dalam toko roti  tersebut.

Iora sedang menikmati teh dan roti melon yang baru diangkat dari oven itu. Sementara para pengawalnya sedang duduk di luar dengan kopi dan roti juga.

Iora membuka ponselnya dan melihat satu per satu foto yang diambil dengan kamera beberapa hari lalu.

“Sepertinya dia orang yang aku kenal. Namun aku tidak punya musuh atau menyinggung orang lain, apa tujuannya mau mencelakai terlebih membunuhku?” gumam Iora dengan penuh tanya.

“Seharusnya kalau itu adalah musuh papa, pasti sudah bisa diatasi. Namun ini sudah beberapa minggu tidak ada informasi tentang orang ini,” lirih Iora.

Setelah menghabiskan roti dan tehnya, Iora keluar dari toko roti tersebut.

“Kita mampir ke toko bunga dulu,” perinta Iora.

“Baik Nona.”

Toko bunga tidak jauh dari toko roti tersebut. Hanya beberapa menit berkendara mereka sudah sampai.

Toko bunga itu masih sepi.

“Untung saja masih sepi, jadi aku bebas untuk pilih,” tukasnya dengan sudut bibir terangkat.

Iora memilih dari area luar yang adalah tanaman bunga didalam pot.

“Kalian duduk saja, tidak perlu mengikutiku seperti ini,” tegur Iora tidak nyaman. Karena dua dari tiga pengawal itu mengikuti Iora dari belakang.

Mereka tidak menjawab , Iora menarik nafas dalam-dalam.

“Terserah kalian lah,” runtuk Iora dan melanjutkan memilih bunganya.

Iora berjongkong dan melihat bunga mawar yang akan segera berbunga.

“Aku ambil ini tiga…” ucapan Iora terhenti dengan teriakan pengawalnya.

“Nona awas,” teriak pengawal yang berlari ke arah Iora.

Iora menoleh ke arah pengawalnya.

Brak!

Satu pot keramik besar jatuh dari lantai dua menimpa Iora dan mengawalnya.

“AHHHH.” Pegawai toko bunga itu berteriak ketakutan melihat darah dimana-mana.

Iora duduk di lantai semen sementara pengawal tersebut sudah terbaring di lantai dengan kepala berdarah.

Iora memegang pelipisnya yang terkena pecahan. 

“Anda tidak apa-apa nona?” tanya pengawal tersebut dan pingsan seketika.

Bab terkait

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Pengawal Baru

    Iora menatap tempat tidur pasien dengan rasa bersalah.“Apakah dia tidak apa-apa?” tanya Iora pada papanya yang duduk disampingnya.“Dia pingsan karena hantaman di kepalanya terlalu keras. Beruntung tidak ada cedera otak. Hanya saja luka robek dari atas telinga kiri sampai ke pelipis cukup dalam,” jelas papanya.Iora menatap tangan kanannya yang di perban, hanya luka robek kecil yang tidak perlu dijahit.Mungkin kalau pengawal pribadinya tidak menolong Iora tepat waktu saat itu, Iora-lah yang ada di atas tempat tidur pasien, kalau beruntung. Kemungkinan besar dia sudah mati tertusuk pecahan pot bunga keramik tersebut.“Apakah dia sudah punya keluarga?” tanya Iora pada papanya.“Anak laki-laki umur tiga tahun,” jawab papanya.Iora menarik nafas dalam-dalam.“Aku ingin beri anak dan istrinya tunjangan dua kali lipat selama dia tidak bisa bekerja. Dan terlebih beri dia cuti panjang untuk masa pemulihan,” mohon Iora pada papanya.Papanya merangkul Iora dengan sayang.“Tenang saja, papa su

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Makan, batu?

    “Jangan menghalangiku!” tegas Iora pada pria yang menjulang tinggi di depan itu.“Maaf nona, saya menjalankan perintah tuan besar. Anda tidak bisa berjualan di pasar,” jawab Peter dengan nada sopan.“Bukan urusanmu, Awa!” Iora mendorong Peter yang berdiri di depannya.Iora terkungkung di antara pintu mobil dan tubuh Peter.“Lebih baik anda masuk kedalam mobil nona,” tukas Peter tidak bergeser sesenti pun dari tempatnya berdiri.“Minggir,” teriak Iora kesal.Peter tidak menanggapi.Buk!Iora menekan kakinya yang ada diatas kaki Peter yang mengenakan pantofel hitam itu.Peter sama sekali tidak kesakitan.“Hah!” desah Iora. “Minggir,” desak Iora sambil mencoba mendorong tubuh Peter lagi.Peter tidak bereaksi apapun. Dia tetap pada tempatnya.“Apa yang kamu makan sih? Batu?” ejek Iora karena tidak bisa mendorong tubuh Peter.Peter menunduk sedikit dan menyeringai.“Apa yang ada makan nona? Batu? Anda terlalu keras kepala,” sahut Peter mengembalikan pertanyaan Iora dengan sarkas.Iora men

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Berhasil Lolos

    “Nona…” rengek Kiko sambil menahan tangan Iora yang sedang membuka pintu pagar yang ada di halaman paling belakang.“Ssst… Jangan berisik nanti ketahuan,” bisik Iora dengan gerakan jari telunjuk di depan mulutnya.“Nona… tolonglah… saya yang akan di hukum oleh tuan besar kalau nona kabur lagi,” mohon Kiko dengan wajah memelas.Iora mendecih kesal.“Cih.. makanya kamu ikut.”Kiko berlutut dan memeluk kaki Iora dengan erat.“Nona, jangan nona, saya mohon. Kalau nona kabur lagi, bisa-bisa saya dikirim ke luar negeri jadi TKW, hiks…” mohon Kiko sambil menangis.Iora menghentikan gerakan tubuhnya. Dia menatap Kiko dengan cemberut.“Saya mohon jangan aneh-aneh lagi nona. Saya tidak mau jadi TKW.” Kiko terus memohon pada Iora.Iora menarik nafas dalam-dalam, dia juga tidak ikhlas kalau Kiko benar-benar dijadikan TKW oleh papanya.“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya seseorang dengan suara tegas.“Pa-papa,” sebut Iora lalu memasang senyuman lebar.Iora dengan cepat menarik tangan Kiko dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Teh sebagai Pengingat

    “Silakan pindah mobil Nona,” ucap Peter membuka pintu mobil taksi tersebut.Iora hanya melirik sinis pada Peter, hatinya sangat dongkol.“Awas!” ucap Iora kasar dan mendorong pintu mobil tersebut.“Cepat sekali dia menemukan ku? Pakai ilmu apa dia? Jangan-jangan dia sudah menyadap ku,” gumam Iora.“Nona… Apakah nona baik-baik saja?” tanya Kiko sambil memeriksa tubuh Iora.Iora tidak menanggapi dan bertanya, “Bagaimana bisa dia menemukanku?” Kiko memberikan botol minum pada Iora dan menjawab, “setelah tahu nona kabur, pengawal itu tidak mengatakan apa-apa dan kamu keluar dari taman langsung mengikuti taksi itu.”Iora menyipitkan matanya.“Hm… mencurigakan,” gumamnya.“Apa yang mencurigakan?” tanya Kiko dan mengikuti arah pandangan dari Iora.Iora menarik nafas dan menatap Kiko.Peter masuk ke dalam mobil.“Sekali lagi anda kabur nona, saya pastikan izin anda keluar rumah akan dicabut selamanya,” ucap Peter dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan normal.Iora mengangkat tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Teror dimulai

    Iora berdiri di ruang kerja papanya dan disana ada kedua orang tuanya dan 3 orang tidak dikenalnya. “Pa,” panggil Eliora atau Iora didepan pintu. “Duduk,” perintah papanya dengan suara tegas. “Sepertinya aku sudah ketahuan,” batin Iora mendesah pasrah. “Sudah tahu kesalahanmu, bukan? pergi secara diam-diam dan jualan di pasar, tidak ada pengampunan setelah ini,” urai papanya. Iora menganggukan kepalanya sambil menunduk. Habis sudah dia hari ini. “Mulai saat ini papa akan menempatkan pengawal disisimu. Mereka akan menjagamu 24 jam setiap hari,” putus papa dengan tegas. Iora mengangkat kepalanya dan menatap Papanya tidak senang. “Aku bisa sendiri, kenapa harus ada pengawal?” protes Iora. “Apa papa memberikanmu pilihan?” tanya papanya dengan tatapan tidak mau dibantah “Kenapa harus ada pengawal? aku bukan anak presiden atau orang penting, apa gunanya ada pengawal?” tanya Iora beruntun. Tidak terima dengan keputusan orang tuanya. “Kamu masih anakku dan kami orang tua berhak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Sayatan pertama

    “LIHAT! APA YANG TERJADI? semua karena kamu terlalu keras kepala. Bagaimana kalau pertolongan datang terlambat? Keras kepalamu itu hampir saja membuatmu mati sia-sia,” teriak papa Iora dengan marah. Iora hanya menundukkan kepalanya, tidak memiliki keberanian untuk mengeluarkan satu katapun. “Masuk kamar!” perintah papanya tanpa menurunkan nada bicaranya. Iora berdiri dan dengan cepat naik ke lantai dua. Bruk! Iora membanting tubuhnya diatas tempat tidurnya itu. Matanya menatap langit-langit kamar, dia menerawang jauh. “Tidak, semuanya hanya kebetulan saja. Mungkin itu adalah orang iseng saja,” gumam Iora mengusir kemungkinan buruk yang sedang dia pikirkan. “Lebih baik aku mandi,” ujarnya. Iora mandi dan merilekskan tubuhnya. “Aku sudah seperti pembalap saja siang ini,” gelaknya pada diri sendiri. Iora menikmati acara berendamnya kurang lebih setengah jam. “Kiko, buatkan aku teh hijau,” pinta Iora dari intercom kamar. Iora membuka pintu kamarnya dan duduk di so

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Dasar Penguntit

    Iora duduk di gazebo di belakang rumahnya. Menikmati teh dan kue kering buatan pelayan khusus untuknya. “Sepertinya terlalu aneh dan kebetulan. Orang itu tahu rumah ini dan mengawasi dari luar, apakah dia ada orang dalam?” pikir Iora. “Aku harus mencari tahu, kalau aku takut dengan teror ini, sudah pasti mereka akan gencar menerorku.” Iora memutar otak untuk menguak orang dibalik teror yang dialami sekarang. “Lebih baik aku tunggu sampai situasi mereda dan aku akan menyelidiki hal ini,” gumam Iora. Beberapa hari setelah Iora hampir saja ditusuk, orang tuanya menahan Iora tetap dirumah. “Ke arah pasar,” perintah Iora pada pengawalnya. “Anda tidak bisa berjualan nona,” sahut pengawal tersebut. “Apa aku mengatakan akan berjualan dipasar?” tanya Iora dengan sinis. “Maaf Nona,” balas pengawal tersebut. “Jalan!” perintah Iora. Mobil tersebut akhirnya keluar dari kediaman Wirantana. Iora memperhatikan area sekitar saat keluar dari kawasan kediamannya. Papanya bahkan sudah memasang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Pengawal atau Penggosip

    Iora menundukkan kepalanya. Dia melirik pengawalnya dan mengumpat dalam hati. “Dasar pengadu, tidak hanya badannya yang sixpack, mulutnya juga ada enam,” umpat Iora dalam hatinya. “Kamu tahu, tindakanmu hari ini dapat membuat orang yang ingin mencelakaimu mendapatkan kesempatan untuk menyakitimu,” ujar papa dengan nada tegas. Iora menarik nafas, dia sudah tidak tahan. Dia juga harus bertindak kalau ada orang ingin menyakitinya. “Pa, aku pun sudah mempertimbangkan situasi sebelum bertindak. Apa gunanya ada pengawal kalau mereka tidak bisa menjagaku? Kalau orang itu lebih dari satu, dan memanfaatkan situasi tadi untuk menyakitiku, apa gunanya pengawal-pengawal ini bersamaku?” tukas Iora dan menunjuk para pengawal-pengawal yang berdiri di samping Iora. “Apa sebenarnya tugas mereka? Hanya untuk melaporkan apa yang sudah ku lakukan? Kalau aku saat di toko roti itu tidak menghindar dan menunggu mereka melindungiku, apa yang akan terjadi? Apa yang dilakukan para pengawal ini? Kalau aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05

Bab terbaru

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Teh sebagai Pengingat

    “Silakan pindah mobil Nona,” ucap Peter membuka pintu mobil taksi tersebut.Iora hanya melirik sinis pada Peter, hatinya sangat dongkol.“Awas!” ucap Iora kasar dan mendorong pintu mobil tersebut.“Cepat sekali dia menemukan ku? Pakai ilmu apa dia? Jangan-jangan dia sudah menyadap ku,” gumam Iora.“Nona… Apakah nona baik-baik saja?” tanya Kiko sambil memeriksa tubuh Iora.Iora tidak menanggapi dan bertanya, “Bagaimana bisa dia menemukanku?” Kiko memberikan botol minum pada Iora dan menjawab, “setelah tahu nona kabur, pengawal itu tidak mengatakan apa-apa dan kamu keluar dari taman langsung mengikuti taksi itu.”Iora menyipitkan matanya.“Hm… mencurigakan,” gumamnya.“Apa yang mencurigakan?” tanya Kiko dan mengikuti arah pandangan dari Iora.Iora menarik nafas dan menatap Kiko.Peter masuk ke dalam mobil.“Sekali lagi anda kabur nona, saya pastikan izin anda keluar rumah akan dicabut selamanya,” ucap Peter dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan normal.Iora mengangkat tangannya

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Berhasil Lolos

    “Nona…” rengek Kiko sambil menahan tangan Iora yang sedang membuka pintu pagar yang ada di halaman paling belakang.“Ssst… Jangan berisik nanti ketahuan,” bisik Iora dengan gerakan jari telunjuk di depan mulutnya.“Nona… tolonglah… saya yang akan di hukum oleh tuan besar kalau nona kabur lagi,” mohon Kiko dengan wajah memelas.Iora mendecih kesal.“Cih.. makanya kamu ikut.”Kiko berlutut dan memeluk kaki Iora dengan erat.“Nona, jangan nona, saya mohon. Kalau nona kabur lagi, bisa-bisa saya dikirim ke luar negeri jadi TKW, hiks…” mohon Kiko sambil menangis.Iora menghentikan gerakan tubuhnya. Dia menatap Kiko dengan cemberut.“Saya mohon jangan aneh-aneh lagi nona. Saya tidak mau jadi TKW.” Kiko terus memohon pada Iora.Iora menarik nafas dalam-dalam, dia juga tidak ikhlas kalau Kiko benar-benar dijadikan TKW oleh papanya.“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya seseorang dengan suara tegas.“Pa-papa,” sebut Iora lalu memasang senyuman lebar.Iora dengan cepat menarik tangan Kiko dan

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Makan, batu?

    “Jangan menghalangiku!” tegas Iora pada pria yang menjulang tinggi di depan itu.“Maaf nona, saya menjalankan perintah tuan besar. Anda tidak bisa berjualan di pasar,” jawab Peter dengan nada sopan.“Bukan urusanmu, Awa!” Iora mendorong Peter yang berdiri di depannya.Iora terkungkung di antara pintu mobil dan tubuh Peter.“Lebih baik anda masuk kedalam mobil nona,” tukas Peter tidak bergeser sesenti pun dari tempatnya berdiri.“Minggir,” teriak Iora kesal.Peter tidak menanggapi.Buk!Iora menekan kakinya yang ada diatas kaki Peter yang mengenakan pantofel hitam itu.Peter sama sekali tidak kesakitan.“Hah!” desah Iora. “Minggir,” desak Iora sambil mencoba mendorong tubuh Peter lagi.Peter tidak bereaksi apapun. Dia tetap pada tempatnya.“Apa yang kamu makan sih? Batu?” ejek Iora karena tidak bisa mendorong tubuh Peter.Peter menunduk sedikit dan menyeringai.“Apa yang ada makan nona? Batu? Anda terlalu keras kepala,” sahut Peter mengembalikan pertanyaan Iora dengan sarkas.Iora men

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Pengawal Baru

    Iora menatap tempat tidur pasien dengan rasa bersalah.“Apakah dia tidak apa-apa?” tanya Iora pada papanya yang duduk disampingnya.“Dia pingsan karena hantaman di kepalanya terlalu keras. Beruntung tidak ada cedera otak. Hanya saja luka robek dari atas telinga kiri sampai ke pelipis cukup dalam,” jelas papanya.Iora menatap tangan kanannya yang di perban, hanya luka robek kecil yang tidak perlu dijahit.Mungkin kalau pengawal pribadinya tidak menolong Iora tepat waktu saat itu, Iora-lah yang ada di atas tempat tidur pasien, kalau beruntung. Kemungkinan besar dia sudah mati tertusuk pecahan pot bunga keramik tersebut.“Apakah dia sudah punya keluarga?” tanya Iora pada papanya.“Anak laki-laki umur tiga tahun,” jawab papanya.Iora menarik nafas dalam-dalam.“Aku ingin beri anak dan istrinya tunjangan dua kali lipat selama dia tidak bisa bekerja. Dan terlebih beri dia cuti panjang untuk masa pemulihan,” mohon Iora pada papanya.Papanya merangkul Iora dengan sayang.“Tenang saja, papa su

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Musuh tidak biasa

    “Ya Tuhan,” lirih Iora dengan bibir bergetar. -Ditemukan seorang tukang ojek online di dalam parit dekat jembatan dengan keadaan sudah meninggal dunia, kemungkinan adalah korban begal.- Tangan Iora bergetar menggeser halaman berita tersebut di ponselnya, ada foto korban yang sudah disamarkan dan plat motor korban yang terparkir di samping jembatan. “Dia bukan penjahat, dia psikopat gila,” tutur Iora dengan mata berkaca-kaca. Hatinya merasa bersalah pada bapak tersebut. “Ini pasti ulah nya, dia pasti ingin menghilangkan jejak agar tidak ada saksi,” lirih Iora. Iora menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku pak, anda orang baik. Aku janji akan membuat orang itu mempertanggungjawabkan semua yang sudah dia lakukan,” janji Iora. Iora bersiap dia akan pergi hari ini. “Siapkan mobil,” suruh Iora pada pengawalnya yang sedang siaga di teras rumah. “Baik nona,” balas pengawal dan dengan cepat melakukan tugasnya. Begitu mobil sedan itu terparkir, Iora langsung naik. “Kamu sudah baca ber

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Pengawal atau Penggosip

    Iora menundukkan kepalanya. Dia melirik pengawalnya dan mengumpat dalam hati. “Dasar pengadu, tidak hanya badannya yang sixpack, mulutnya juga ada enam,” umpat Iora dalam hatinya. “Kamu tahu, tindakanmu hari ini dapat membuat orang yang ingin mencelakaimu mendapatkan kesempatan untuk menyakitimu,” ujar papa dengan nada tegas. Iora menarik nafas, dia sudah tidak tahan. Dia juga harus bertindak kalau ada orang ingin menyakitinya. “Pa, aku pun sudah mempertimbangkan situasi sebelum bertindak. Apa gunanya ada pengawal kalau mereka tidak bisa menjagaku? Kalau orang itu lebih dari satu, dan memanfaatkan situasi tadi untuk menyakitiku, apa gunanya pengawal-pengawal ini bersamaku?” tukas Iora dan menunjuk para pengawal-pengawal yang berdiri di samping Iora. “Apa sebenarnya tugas mereka? Hanya untuk melaporkan apa yang sudah ku lakukan? Kalau aku saat di toko roti itu tidak menghindar dan menunggu mereka melindungiku, apa yang akan terjadi? Apa yang dilakukan para pengawal ini? Kalau aku

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Dasar Penguntit

    Iora duduk di gazebo di belakang rumahnya. Menikmati teh dan kue kering buatan pelayan khusus untuknya. “Sepertinya terlalu aneh dan kebetulan. Orang itu tahu rumah ini dan mengawasi dari luar, apakah dia ada orang dalam?” pikir Iora. “Aku harus mencari tahu, kalau aku takut dengan teror ini, sudah pasti mereka akan gencar menerorku.” Iora memutar otak untuk menguak orang dibalik teror yang dialami sekarang. “Lebih baik aku tunggu sampai situasi mereda dan aku akan menyelidiki hal ini,” gumam Iora. Beberapa hari setelah Iora hampir saja ditusuk, orang tuanya menahan Iora tetap dirumah. “Ke arah pasar,” perintah Iora pada pengawalnya. “Anda tidak bisa berjualan nona,” sahut pengawal tersebut. “Apa aku mengatakan akan berjualan dipasar?” tanya Iora dengan sinis. “Maaf Nona,” balas pengawal tersebut. “Jalan!” perintah Iora. Mobil tersebut akhirnya keluar dari kediaman Wirantana. Iora memperhatikan area sekitar saat keluar dari kawasan kediamannya. Papanya bahkan sudah memasang

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Sayatan pertama

    “LIHAT! APA YANG TERJADI? semua karena kamu terlalu keras kepala. Bagaimana kalau pertolongan datang terlambat? Keras kepalamu itu hampir saja membuatmu mati sia-sia,” teriak papa Iora dengan marah. Iora hanya menundukkan kepalanya, tidak memiliki keberanian untuk mengeluarkan satu katapun. “Masuk kamar!” perintah papanya tanpa menurunkan nada bicaranya. Iora berdiri dan dengan cepat naik ke lantai dua. Bruk! Iora membanting tubuhnya diatas tempat tidurnya itu. Matanya menatap langit-langit kamar, dia menerawang jauh. “Tidak, semuanya hanya kebetulan saja. Mungkin itu adalah orang iseng saja,” gumam Iora mengusir kemungkinan buruk yang sedang dia pikirkan. “Lebih baik aku mandi,” ujarnya. Iora mandi dan merilekskan tubuhnya. “Aku sudah seperti pembalap saja siang ini,” gelaknya pada diri sendiri. Iora menikmati acara berendamnya kurang lebih setengah jam. “Kiko, buatkan aku teh hijau,” pinta Iora dari intercom kamar. Iora membuka pintu kamarnya dan duduk di so

  • Pengawal Cinta Sang Nona Muda   Teror dimulai

    Iora berdiri di ruang kerja papanya dan disana ada kedua orang tuanya dan 3 orang tidak dikenalnya. “Pa,” panggil Eliora atau Iora didepan pintu. “Duduk,” perintah papanya dengan suara tegas. “Sepertinya aku sudah ketahuan,” batin Iora mendesah pasrah. “Sudah tahu kesalahanmu, bukan? pergi secara diam-diam dan jualan di pasar, tidak ada pengampunan setelah ini,” urai papanya. Iora menganggukan kepalanya sambil menunduk. Habis sudah dia hari ini. “Mulai saat ini papa akan menempatkan pengawal disisimu. Mereka akan menjagamu 24 jam setiap hari,” putus papa dengan tegas. Iora mengangkat kepalanya dan menatap Papanya tidak senang. “Aku bisa sendiri, kenapa harus ada pengawal?” protes Iora. “Apa papa memberikanmu pilihan?” tanya papanya dengan tatapan tidak mau dibantah “Kenapa harus ada pengawal? aku bukan anak presiden atau orang penting, apa gunanya ada pengawal?” tanya Iora beruntun. Tidak terima dengan keputusan orang tuanya. “Kamu masih anakku dan kami orang tua berhak men

DMCA.com Protection Status