Kini Elang dan Hafsa juga Sinta, Rey dan Melati memutuskan untuk pulang setelah melihat Satria dan kini Satria ditangani oleh anak buahnya.
Lelah sekali perjalanan yang ditempuh mereka Elang satu mobil dengan Sinta dan Hafsa sedang Rey bersama Melati.Didalam mobil semuanya hanya diam tidak ada yang bicara menciptakan keheningan sesaat sebelum akhirnya Elang memulai pembicaraan."Bu, sejak kapan ibu tau semua ini dan tidak memberi tahukan aku?" tanya Elang pada ibunya disela-sela mengemudi."Untuk apa memberitahumu." jawab Sinta sangat santai.Elang berdecak mendapati jawaban ibunya yang sangat santai."Jika ibu sudah tau dari awal, kenapa ibu tidak melaporkan dari dulu?" Elang bertanya lagi karena rasa penasaran yang membuncah Hafsa disampingnya hanya bisa mendengarkan tanpa berkomentar karena menurutnya ini adalah urusan keluarga dia malah memainkan benda kecil yang menempel di tempat kaca mobil yang menarik baginya.""Mau apa kak Elang?" tanya Hafsa terbata-bata, jantung pun berdegup tidak beraturan yang ada dipikirannya saat ini adalah tolong hentikanlah kami jangan sampai kami melakukan yang kami inginkan disini."Mau apa lagi jika sudah berdua." jawab Elang semakin tersenyum.oh tuhan tolonglah Elang jangan semakin tersenyum jantung Hafsa semakin berdegup kini keringat dingin menjalar kemana-mana apalagi kini tatapan Elang yang sudah bisa melihat menjurus ke matanya yang mampu menghiptonis dirinya untuk terpesona."Kau sudah bisa melihat." kata itu yang mampu keluar dari mulut Hafsa."Seperti yang kau lihat, dan seperti janjiku dulu aku tidak akan melihat siapapun sebelum melihat dirimu." kata Elang memang benar, meski dia diajak bicara dengan yang lain namun pandangannya tidak mengarah pada lawan bicaranya bahkan pada ibunya sekalipun."Benarkah, aku tidak percaya." jantung Hafsa yang berdegup mulai stabil karena pembicaraan yang sejalan.
Setelah mereka selesai mandi berdua, kini mereka sedang bersiap untuk makan malam.Elang sudah menyiapkan gaun indah untuk dikenakan Hafsa gaun yang sangat cocok dan cantik."Kau pakailah ini." Elang memberikan paper bag yang berisi gaun."Terimakasih." Hafsa menerimanya dan membukanya."Wah cantik sekali, tapi kita kan hanya mau makan malam saja kenapa harus pakai baju bagus seperti ini." kata Hafsa merasa Elang berlebihan."Kau tinggal memakai tidak perlu protes. Cepat pakai aku sudah lapar" jawaban Elang tentu saja membuat Hafsa cemberut."Mentang-mentang ini darimu huh.." Hafsa menggerutu namun tetap menuruti perintah Elang.Selagi Hafsa berganti pakaian dikamar mandi Elang juga berganti pakaian dengan jas mahal rambut yang disisir rapi serta parfum yang sangat maskulin sudah pasti para kaum hawa akan terpesona melihatnya karena Elang berdandan tampan sekali.Disisi lain Hafsa sedang mencoba gaun yang diberikan
"Wah... tempatnya mewah sekali kak, aku sungguh beruntung bisa makan ditempat seperti ini." ucap Hafsa memuji dan kagum dengan restoran nya."Dan ku jamin kau pasti akan ketagihan dengan menu makanannya." ujar Elang membuat Hafsa penasaran."Benarkah, aku belum pernah makan makanan di restoran mahal." ungkapnya tidak malu."Benar, dan sudah aku pesankan untukmu." kata Elang tidak masalah dengan ke kampungan sang istri.Mereka sedang berjalan menuju tempat yang sudah Elang pesan, semua mata tertuju pada pasangan ini mungkin mereka berkata bahwa pasangan ini sangat serasi cantik dan tampan dan ada juga yang iri dengan paras mereka."Ayo duduk." Elang mendorong kursi untuk diduduki Hafsa.Hafsa merasa tersanjung diperlakukan seperti itu sungguh baru ini dia mendapat perlakuan seperti itu."Terimakasih." Hafsa tersenyum dan duduk.Kemudian pelayan datang dengan membawa berbagai makanan yang terlihat lezat.Rupan
Hafsa sudah mencium pipi Elang dia sampai tersenyum malu, dirasa tidak ada pergerakan lagi membuat Elang membuka matanya."Apa kau sudah menciumku.?" tanya Elang, alisnya mengernyit bingung.Hafsa tambah heran, " sudahlah, memangnya yang tadi itu apa?"."Yang aku rasa tadi kau hanya mengelus pipiku.""Kak Elang kau ini becanda terus.""Aku benar kau seperti mengelus pipiku.""Aku tidak mau tau cara mencium yang benar." Hafsa memalingkan wajah seperti tau niat Elang."Kau memang tidak perlu tau, tapi kau cukup menikmatinya saja." Elang menjawabnya dengan tersenyum smirk.Mendengar itu Hafsa curiga dia segera beranjak namun terlambat Elang sudah tau langsung saja Elang menarik pinggangnya dan membopongnya seperti karung beras."Hey, apa yang kau lakukan? turunkan aku." Hafsa terkejut dia berteriak sambil memukul punggung Elang dengan pelan."Diamlah aku akan mengeksekusi mu." jawab Elang asal.
"Eghh... eh maaf tuan." Melati bersendawa setelah menghabiskan semua makanan.Rey hanya geleng kepala sambil tersenyum melihatnya, Rey hanya menghabiskan separuh saja karena jujur makanan itu tidak masuk dilidahnya tapi karen dia sangat menghargai makanan jadi dia memakannya tapi tidak menghabiskannya."Tuan kau sudah selesai makannya?". tanya Melati melihat nasi dan lauk dipiring Rey masih ada."Iya sudah." jawab Rey singkat."Itu masih ada." kata Melati sambil menunjuk."Aku sudah kenyang." balas Rey tanpa melihat."Sayang sekali biar aku habiskan." kata Melati sambil mengambil piring itu."Hey..." Rey ingin mencegah Melati yang ingin menghabiskan sisa makanannya."Kenapa tuan? ini sayang jangan dibuang tuan juga makannya rapi jadi tidak jorok.""Tapi bukannya kau sudah kenyang." Alibi Rey hanya alasan kenapa Melati mau makan sisa makanan nya."Hehehe tidak apa-apa! demi tuan aku rela makan l
Hafsa terbangun lebih dulu tidurnya nyenyak namun kesakitan dibagian inti paha mungkin Elang terlalu bersemangat.Saat Hafsa ingin bangun sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang dengan lembut."Kau mau kemana?" Elang bertanya dengan suara khas bangun tidur, matanya masih sayup-sayup."Aku ingin mandi, ini sudah siang." jawab Hafsa. Sebenarnya masih tidak percaya dengan perlakuan Elang pada dirinya selama ini namun Elang belum pernah mengatakan cinta."Nanti saja mandinya denganku, aku masih ingin memelukmu." ujar Elang lalu langsung menarik Hafsa dalam pelukannya."Aaa.." Hafsa reflek menjerit karena memeluknya seperti bantal guling."Kak Elang bolehkah aku hari minta jalan-jalan." pinta Hafsa sebenarnya untuk menghindari dari sesuatu yang bangun dibawah sana."Jalan-jalan kemana?" tanya Elang, matanya langsung terbuka mendengar kata jalan-jalan.Dan Hafsa berhasil fokus Elang jadi pada dirinya."Aku
"Hafsa....!" teriak Melati sambil berlarian tak peduli dengan tatapan para manusia disekitarnya."Melati...!" balas Hafsa ikut berlari sambil merentangkan tangan.Elang dan Rey hanya geleng kepala melihatnya mungkin memang begini jika dua sahabat perempuan bertemu setelah tragedi menegangkan."Aku rindu sekali denganmu." ucap Melati."Aku juga."."Kenapa kau pergi meninggalkan aku? aku kesepian.""Aku tidak pergi, tidak mungkin aku meninggalkanmu aku juga kesepian.""Aku mencari mu dan terus memikirkan mu.Apa kau juga begitu?"."Sudah pasti aku begitu tidak mungkin tidak."Mereka berpelukan layaknya Teletubbies lepas lagi peluk lagi sambil berceloteh tidak jelas seperti pasangan kekasih sampai membuat telinga Elang dan Rey merasa panas dan geli.Bisa-bisanya Hafsa dan Melati mengabaikan dua pria tampan disampingnya hanya karena rindu."Sampai kapan kalian terus begitu, pesawat aka
Mereka berempat setelah mendapat penginapan hanya beristirahat sebentar, lalu dua wanita itu merengek meminta keluar untuk bermain dan mengabadakin momennya.Hafsa dan Melati keluar secara bersamaan membuat mereka berpelukan sambil berteriak membuat dua pria hanya bisa menggelengkan kepala.Tanpa berkata mereka langsung keluar dengan sudah memakai jaket tebal, sepatu juga topi untuk menghangatkan tubuh mereka, karena udara sangat dingin sekali."Hafsa kita ke sana yuk! sepertinya di sana lebih banyak saljunya." ucap Melati sambil menunjuk di depann nya."Iya ayo." Hafsa antusias dengan ajakan Melati.Mereka kemudian setengah berlari menuju tempat dibawah pohon sakura, terlihat seperti anak kecil memang dan dua pria yang mengikuti hanya mengawasi saja sambil melihat aktifitasnya."Ah aku lupa sesuatu, kau tunggu disini yah!" Hafsa menyuruh Melati menunggunya dan Melati mengiyakan dengan mengacungkan dua jempolnya.Kemudia
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu