Dorr...
SatriaYa pistol itu terkena Satria bukan Hafsa karena Satria mengorbankan diri disaat semuanya lengah dia melihat ibunya ingin menembak seseorang dan setelah melihat siapa yang dituju Satria langsung berlari kearahnya alhasil Satria lah yang kena tembakan itu.Semua terkejut apalagi Hafsa dia juga tidak menyangka Satria mau mengorbankan nyawanya."Satria.." ucap Hafsa meluruh kearah Satria yang jatuh dibawahnya.Darah mengalir dibalik kemeja putihnya.Dewi membuang pistolnya dia terdiam ketika melihat anaknya mengorbankan diri kemudian tertawa."Dasar bodoh, sampai mati pun kau rela hanya untuk perempuan itu." ucap Dewi disela tawanya."Hahaha bodoh kau." lanjut Dewi dan yang lain merasa miris melihatnya."Bawa dia pak!" perintah Sinta pada polisi di situ."Baik Bu." Polisi kemudian mencekal kedua tangan Dewi dan membawanya.Dewi kali ini tidak memberontak dia malah tertawa.Kini Elang dan Hafsa juga Sinta, Rey dan Melati memutuskan untuk pulang setelah melihat Satria dan kini Satria ditangani oleh anak buahnya.Lelah sekali perjalanan yang ditempuh mereka Elang satu mobil dengan Sinta dan Hafsa sedang Rey bersama Melati.Didalam mobil semuanya hanya diam tidak ada yang bicara menciptakan keheningan sesaat sebelum akhirnya Elang memulai pembicaraan."Bu, sejak kapan ibu tau semua ini dan tidak memberi tahukan aku?" tanya Elang pada ibunya disela-sela mengemudi."Untuk apa memberitahumu." jawab Sinta sangat santai.Elang berdecak mendapati jawaban ibunya yang sangat santai."Jika ibu sudah tau dari awal, kenapa ibu tidak melaporkan dari dulu?" Elang bertanya lagi karena rasa penasaran yang membuncah Hafsa disampingnya hanya bisa mendengarkan tanpa berkomentar karena menurutnya ini adalah urusan keluarga dia malah memainkan benda kecil yang menempel di tempat kaca mobil yang menarik baginya."
"Mau apa kak Elang?" tanya Hafsa terbata-bata, jantung pun berdegup tidak beraturan yang ada dipikirannya saat ini adalah tolong hentikanlah kami jangan sampai kami melakukan yang kami inginkan disini."Mau apa lagi jika sudah berdua." jawab Elang semakin tersenyum.oh tuhan tolonglah Elang jangan semakin tersenyum jantung Hafsa semakin berdegup kini keringat dingin menjalar kemana-mana apalagi kini tatapan Elang yang sudah bisa melihat menjurus ke matanya yang mampu menghiptonis dirinya untuk terpesona."Kau sudah bisa melihat." kata itu yang mampu keluar dari mulut Hafsa."Seperti yang kau lihat, dan seperti janjiku dulu aku tidak akan melihat siapapun sebelum melihat dirimu." kata Elang memang benar, meski dia diajak bicara dengan yang lain namun pandangannya tidak mengarah pada lawan bicaranya bahkan pada ibunya sekalipun."Benarkah, aku tidak percaya." jantung Hafsa yang berdegup mulai stabil karena pembicaraan yang sejalan.
Setelah mereka selesai mandi berdua, kini mereka sedang bersiap untuk makan malam.Elang sudah menyiapkan gaun indah untuk dikenakan Hafsa gaun yang sangat cocok dan cantik."Kau pakailah ini." Elang memberikan paper bag yang berisi gaun."Terimakasih." Hafsa menerimanya dan membukanya."Wah cantik sekali, tapi kita kan hanya mau makan malam saja kenapa harus pakai baju bagus seperti ini." kata Hafsa merasa Elang berlebihan."Kau tinggal memakai tidak perlu protes. Cepat pakai aku sudah lapar" jawaban Elang tentu saja membuat Hafsa cemberut."Mentang-mentang ini darimu huh.." Hafsa menggerutu namun tetap menuruti perintah Elang.Selagi Hafsa berganti pakaian dikamar mandi Elang juga berganti pakaian dengan jas mahal rambut yang disisir rapi serta parfum yang sangat maskulin sudah pasti para kaum hawa akan terpesona melihatnya karena Elang berdandan tampan sekali.Disisi lain Hafsa sedang mencoba gaun yang diberikan
"Wah... tempatnya mewah sekali kak, aku sungguh beruntung bisa makan ditempat seperti ini." ucap Hafsa memuji dan kagum dengan restoran nya."Dan ku jamin kau pasti akan ketagihan dengan menu makanannya." ujar Elang membuat Hafsa penasaran."Benarkah, aku belum pernah makan makanan di restoran mahal." ungkapnya tidak malu."Benar, dan sudah aku pesankan untukmu." kata Elang tidak masalah dengan ke kampungan sang istri.Mereka sedang berjalan menuju tempat yang sudah Elang pesan, semua mata tertuju pada pasangan ini mungkin mereka berkata bahwa pasangan ini sangat serasi cantik dan tampan dan ada juga yang iri dengan paras mereka."Ayo duduk." Elang mendorong kursi untuk diduduki Hafsa.Hafsa merasa tersanjung diperlakukan seperti itu sungguh baru ini dia mendapat perlakuan seperti itu."Terimakasih." Hafsa tersenyum dan duduk.Kemudian pelayan datang dengan membawa berbagai makanan yang terlihat lezat.Rupan
Hafsa sudah mencium pipi Elang dia sampai tersenyum malu, dirasa tidak ada pergerakan lagi membuat Elang membuka matanya."Apa kau sudah menciumku.?" tanya Elang, alisnya mengernyit bingung.Hafsa tambah heran, " sudahlah, memangnya yang tadi itu apa?"."Yang aku rasa tadi kau hanya mengelus pipiku.""Kak Elang kau ini becanda terus.""Aku benar kau seperti mengelus pipiku.""Aku tidak mau tau cara mencium yang benar." Hafsa memalingkan wajah seperti tau niat Elang."Kau memang tidak perlu tau, tapi kau cukup menikmatinya saja." Elang menjawabnya dengan tersenyum smirk.Mendengar itu Hafsa curiga dia segera beranjak namun terlambat Elang sudah tau langsung saja Elang menarik pinggangnya dan membopongnya seperti karung beras."Hey, apa yang kau lakukan? turunkan aku." Hafsa terkejut dia berteriak sambil memukul punggung Elang dengan pelan."Diamlah aku akan mengeksekusi mu." jawab Elang asal.
"Eghh... eh maaf tuan." Melati bersendawa setelah menghabiskan semua makanan.Rey hanya geleng kepala sambil tersenyum melihatnya, Rey hanya menghabiskan separuh saja karena jujur makanan itu tidak masuk dilidahnya tapi karen dia sangat menghargai makanan jadi dia memakannya tapi tidak menghabiskannya."Tuan kau sudah selesai makannya?". tanya Melati melihat nasi dan lauk dipiring Rey masih ada."Iya sudah." jawab Rey singkat."Itu masih ada." kata Melati sambil menunjuk."Aku sudah kenyang." balas Rey tanpa melihat."Sayang sekali biar aku habiskan." kata Melati sambil mengambil piring itu."Hey..." Rey ingin mencegah Melati yang ingin menghabiskan sisa makanannya."Kenapa tuan? ini sayang jangan dibuang tuan juga makannya rapi jadi tidak jorok.""Tapi bukannya kau sudah kenyang." Alibi Rey hanya alasan kenapa Melati mau makan sisa makanan nya."Hehehe tidak apa-apa! demi tuan aku rela makan l
Hafsa terbangun lebih dulu tidurnya nyenyak namun kesakitan dibagian inti paha mungkin Elang terlalu bersemangat.Saat Hafsa ingin bangun sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang dengan lembut."Kau mau kemana?" Elang bertanya dengan suara khas bangun tidur, matanya masih sayup-sayup."Aku ingin mandi, ini sudah siang." jawab Hafsa. Sebenarnya masih tidak percaya dengan perlakuan Elang pada dirinya selama ini namun Elang belum pernah mengatakan cinta."Nanti saja mandinya denganku, aku masih ingin memelukmu." ujar Elang lalu langsung menarik Hafsa dalam pelukannya."Aaa.." Hafsa reflek menjerit karena memeluknya seperti bantal guling."Kak Elang bolehkah aku hari minta jalan-jalan." pinta Hafsa sebenarnya untuk menghindari dari sesuatu yang bangun dibawah sana."Jalan-jalan kemana?" tanya Elang, matanya langsung terbuka mendengar kata jalan-jalan.Dan Hafsa berhasil fokus Elang jadi pada dirinya."Aku
"Hafsa....!" teriak Melati sambil berlarian tak peduli dengan tatapan para manusia disekitarnya."Melati...!" balas Hafsa ikut berlari sambil merentangkan tangan.Elang dan Rey hanya geleng kepala melihatnya mungkin memang begini jika dua sahabat perempuan bertemu setelah tragedi menegangkan."Aku rindu sekali denganmu." ucap Melati."Aku juga."."Kenapa kau pergi meninggalkan aku? aku kesepian.""Aku tidak pergi, tidak mungkin aku meninggalkanmu aku juga kesepian.""Aku mencari mu dan terus memikirkan mu.Apa kau juga begitu?"."Sudah pasti aku begitu tidak mungkin tidak."Mereka berpelukan layaknya Teletubbies lepas lagi peluk lagi sambil berceloteh tidak jelas seperti pasangan kekasih sampai membuat telinga Elang dan Rey merasa panas dan geli.Bisa-bisanya Hafsa dan Melati mengabaikan dua pria tampan disampingnya hanya karena rindu."Sampai kapan kalian terus begitu, pesawat aka