Butuh waktu cukup lama bagi Malven untuk menenangkan Raga. Untungnya saat Claudia membunyikan bel, anak itu sudah selesai mandi dan siap untuk pergi. Hari ini Raga dan Claudia akan bermain berdua saja, meski tentu entah Vall atau Sean akan mengikuti tanpa terlihat. "Selamat pagi, Sayang ...." Claudia menyapa saat sudah berhadapan dengan Raga, tersenyum kecil saat melihat bekas tangis yang jelas terlihat di mata anak itu. "Sudah siap untuk main hari ini?" Raga mengangguk semangat, "Sudah, dong! Oh ya, sebelum kita pergi, Kakak mau makan kue dulu nggak?" tanyanya penuh harap.Claudia melirik pada Malven dan ketika pria itu mengangguk, Claudia juga segera meraih uluran tangan Raga dan mengikutinya hingga ke meja di mana kue-kue coklat yang berada di piring berada. Claudia sempat membungkuk ringan pada foto Elodia yang juga ada di sana, senyum cerah wanita dalam bingkai itu pasti adalah penyebab dari tangis Raga pagi ini."Wah, kenapa ada banyak kue?" Claudia bertanya dengan nada main-m
Malven dan kata-kata anehnya! Claudia menghela napas mendengar pengaduan Raga. Kalau anak berusia empat tahun yang baru kehilangan ibunya disebut kekanakkan, bagaimana dengan Claudia yang masih sering menangis dan merecoki pekerjaan ayahnya hingga sekarang? "Sebenernya kakak pengasuhku waktu itu terlalu banyak ngomongin papa, meskipun yang sebelum-sebelumnya juga begitu, tapi yang kali ini lebih nyebelin. Masa dia nanya ke aku harus pake baju apa biar keliatan cantik di depan papa. Setiap kali kita mau makan malem, aku harus nungguin dia ganti baju dulu, bukan aku yang didandani kayak yang biasa Kak Cla lakuin." Claudia mengernyit, mencoba mengingat siapa nama pengasuh yang sebelumnya ia kirim ke kediaman Pranaja. "Dia tidak pernah menyakiti kamu secara fisik, kan?" Raga menggeleng. "Nggak kok, dia cuma terlalu suka sama papa aja. Aku sih udah biasa kalau orang-orang lebih suka papa daripada aku atau mereka deketin aku karna aku anaknya papa, tapi waktu itu aku beneran udah l
Ucapan selamat ulang tahun yang Claudia katakan dengan lembut sambil mencium keningnya membuat Raga menangis keras, air matanya mengalir begitu saja, merasakan kehangatan dari kata-kata dan sentuhan lembut Claudia.Claudia membawa Raga ke pangkuannya, memeluk anak asuh yang telah mencuri seluruh atensinya. Claudia tidak berbohong atau hanya omong kosong belaka saat mengatakan Raga adalah yang paling berharga di dunia, karena Claudia telah jatuh cinta pada Raga seutuhnya."Tidak apa-apa menangis sekarang, setelah ini kamu hanya boleh tersenyum dan tertawa bahagia." Claudia kembali berucap lembut sambil mengusap punggung Raga yang bergetar.Raga mengangguk dalam tangisnya, tidak bisa mengatakan apa pun karena dadanya sesak oleh haru dan perasaan bahagia. Sebenarnya Raga tidak pernah membahas masalah pengasuh sebelumnya pada siapa pun, bahkan ketika ia tahu Malven ingin bertanya. Ia takut jika mengatakan sesuatu pada ayahnya, pria itu akan semakin marah dan menganggapnya kekanakkan.Memb
Raga kembali tidak bisa menahan air matanya. Bagaimana mungkin ada suara ibunya? Apa ada rekaman suara yang ditinggalkan? 'Tapi, katanya tadi surat?' Raga menelan ludah, melihat sebuah video dimana ibu dan ayahnya sedang berjalan-jalan di taman bunga belakang villa. "Hari ini Raga berusia lima tahun, ya? Tolong jangan dengarkan perkataan papamu tentang usia menuju dewasa, karena kamu belum dewasa sama sekali. Mama harap Raga masih menikmati waktu saat menjadi anak-anak. Buatlah banyak kenangan, tersenyum dan tertawa, berbahagia selalu kapan pun." Suara Elodia kembali terdengar, bersamaan dengan foto ketika Raga baru saja lahir ditampilkan di layar. Melihat sang ibu menggendongnya yang masih sangat kecil, bersama Malven yang memeluk Elodia, air mata Raga mengalir semakin deras. Kebahagiaan yang tercetak jelas di wajah dan senyum orang tuanya mengingatkan Raga tentang ibunya yang selalu mengatakan jika kehadiran Raga adalah anugerah paling berharga yang pernah Elodia dan Malven mi
Kalau hanya Ali, Raga masih bisa membayangkannya, tapi Vall, Sean bahkan Arfa juga sama-sama memakai topi ulang tahun dan membawa kado, itu benar-benar pemandangan yang mengesankan. "Selamat ulang tahun, Tuan Muda Raga, semoga apa yang Anda harap dan cita-citakan terkabul. Semua doa baik untuk Tuan Muda hari ini." Sean maju lebih dulu, memberikan kadonya pada Raga dan tersenyum lembut, untuk pertama kali menunjukkan perasaan sejak bergabung dengan Phantom."Saya tidak punya apa-apa untuk diberikan, tapi semoga hal kecil ini bisa menjadi kado yang akan Tuan Muda ingat sebagai sesuatu yang indah. Selamat ulang tahun, Tuan Muda Raga, saya akan selalu mendoakan kebahagiaan Anda. Terima kasih karena sudah mengizinkan saya melayani Tuan Muda." Ali mengusap lembut kepala Raga, memberikan kado yang ia siapkan sejak beberapa bulan lalu.Raga sedikit sedih saat menerima kado dari Ali, karena tahu jika sekarang adalah saat terakhir Ali sebagai sopir sekaligus pengawal pribadinya sebelum Ali res
Saat mendengar cerita Raga pagi tadi, Claudia jadi menyadari ketakutan-ketakutan yang anak itu hadapi, tidak jauh berbeda dengan Claudia dulu. Hal yang sangat wajar jika seorang anak merasa takut juga khawatir jika ayahnya membawa wanita lain dan membuat posisi ibunya bergeser.Seperti Claudia yang dulu takut memiliki ibu tiri dan ayahnya akan melupakan bundanya begitu saja, Raga juga memiliki kekhawatiran yang sama, jadi Claudia sangat memahaminya. Bagi Claudia saat ini, yang paling penting adalah kebahagiaan Raga. Cludia tidak mau perjanjian mau pun perasaannya pada Malven membuat anak yang sangat disayanginya dipenuhi pikiran takut dan khawatir."Jadi, sekarang saatnya membuka kado yang Raga terima, kan?" Claudia berkedip antusias, menatap pada kado-kado yang baru saja pelayan letakkan di atas meja. Setelah meniup lilin dan membagikan kue untuk semua orang, dilanjut dengan makan malam bersama, akhirnya acara santai karena khusus hari ini Malven mengizinkan Raga untuk tidur pukul s
Claudia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Memang sih ia tahu jika Arfa, Sean dan Vall adalah anggota Phantom yang sejujurnya tidak Claudia ketahui apa saja pekerjaannya selain menjadi pengawal pribadi Malven dan Raga, tapi Claudia tidak pernah membayangkan akan melihat mereka membelikan senjata berbahaya untuk Raga yang masih berusia lima tahun!"Kalian kan bisa membelikan sesuatu yang lebih normal seperti sepatu, jam tangan, baju atau buku!" Claudia berdecak, tidak terima anak kesayangannya menerima sesuatu yang berbahaya saat harusnya yang dilihat Raga hanyalah hal-hal indah saja. Pasti akan datang masanya Raga harus belajar melindungi dirinya sendiri, tapi kan tidak sekarang!"Saya belum pernah memberi hadiah pada seseorang, jadi saya pikir sesuatu yang bisa berguna untuk melindungi diri itu adalah hadiah terbaik." Sean berkata pelan, sedikit membela diri karena ia adalah orang pertama yang menerima tatapan tajam Claudia. "Sa-saya juga berpikir hal yang sama.""Saya juga--""
Pertanyaan Raga membuat Claudia tidak bisa langsung bereaksi. Raga memang pernah mengatakan sesuatu yang mirip beberapa malam lalu, tapi saat itu ia mengatakannya sebelum terlelap, jadi Claudia hanya menganggap itu sebagai kata-kata yang diucap asal menjelang tidur. Tapi, bagaimana dengan sekarang? Claudia berdeham pelan, mengecup tangan kecil Raga di genggamannya sebelum menatap lembut anak yang juga sedang menatapnya dengan pandangan penuh tanya."Kalau kamu jadi anak Kakak, kamu tidak bisa lagi jadi putranya Elodia dan Malven, yakin? Kakak sudah pernah sedikit menjelaskan tentang adopsi, kan? Kalau pun misal Kakak mendapat izin untuk mengadopsi Raga sebagai anak, Kakak tidak akan pernah mengizinkan Raga untuk kembali ke kediaman Pranaja lagi, dan jika Kakak menikah nanti, maka kamu akan punya ayah baru. Sungguh mau?" Claudia bertanya dengan raut serius.Sejujurnya Claudia hampir berdebar dan berharap mendengar pertanyaan Raga, tapi menjadi ibu seseorang tidak harus menikah dulu de