Ucapan selamat ulang tahun yang Claudia katakan dengan lembut sambil mencium keningnya membuat Raga menangis keras, air matanya mengalir begitu saja, merasakan kehangatan dari kata-kata dan sentuhan lembut Claudia.Claudia membawa Raga ke pangkuannya, memeluk anak asuh yang telah mencuri seluruh atensinya. Claudia tidak berbohong atau hanya omong kosong belaka saat mengatakan Raga adalah yang paling berharga di dunia, karena Claudia telah jatuh cinta pada Raga seutuhnya."Tidak apa-apa menangis sekarang, setelah ini kamu hanya boleh tersenyum dan tertawa bahagia." Claudia kembali berucap lembut sambil mengusap punggung Raga yang bergetar.Raga mengangguk dalam tangisnya, tidak bisa mengatakan apa pun karena dadanya sesak oleh haru dan perasaan bahagia. Sebenarnya Raga tidak pernah membahas masalah pengasuh sebelumnya pada siapa pun, bahkan ketika ia tahu Malven ingin bertanya. Ia takut jika mengatakan sesuatu pada ayahnya, pria itu akan semakin marah dan menganggapnya kekanakkan.Memb
Raga kembali tidak bisa menahan air matanya. Bagaimana mungkin ada suara ibunya? Apa ada rekaman suara yang ditinggalkan? 'Tapi, katanya tadi surat?' Raga menelan ludah, melihat sebuah video dimana ibu dan ayahnya sedang berjalan-jalan di taman bunga belakang villa. "Hari ini Raga berusia lima tahun, ya? Tolong jangan dengarkan perkataan papamu tentang usia menuju dewasa, karena kamu belum dewasa sama sekali. Mama harap Raga masih menikmati waktu saat menjadi anak-anak. Buatlah banyak kenangan, tersenyum dan tertawa, berbahagia selalu kapan pun." Suara Elodia kembali terdengar, bersamaan dengan foto ketika Raga baru saja lahir ditampilkan di layar. Melihat sang ibu menggendongnya yang masih sangat kecil, bersama Malven yang memeluk Elodia, air mata Raga mengalir semakin deras. Kebahagiaan yang tercetak jelas di wajah dan senyum orang tuanya mengingatkan Raga tentang ibunya yang selalu mengatakan jika kehadiran Raga adalah anugerah paling berharga yang pernah Elodia dan Malven mi
Kalau hanya Ali, Raga masih bisa membayangkannya, tapi Vall, Sean bahkan Arfa juga sama-sama memakai topi ulang tahun dan membawa kado, itu benar-benar pemandangan yang mengesankan. "Selamat ulang tahun, Tuan Muda Raga, semoga apa yang Anda harap dan cita-citakan terkabul. Semua doa baik untuk Tuan Muda hari ini." Sean maju lebih dulu, memberikan kadonya pada Raga dan tersenyum lembut, untuk pertama kali menunjukkan perasaan sejak bergabung dengan Phantom."Saya tidak punya apa-apa untuk diberikan, tapi semoga hal kecil ini bisa menjadi kado yang akan Tuan Muda ingat sebagai sesuatu yang indah. Selamat ulang tahun, Tuan Muda Raga, saya akan selalu mendoakan kebahagiaan Anda. Terima kasih karena sudah mengizinkan saya melayani Tuan Muda." Ali mengusap lembut kepala Raga, memberikan kado yang ia siapkan sejak beberapa bulan lalu.Raga sedikit sedih saat menerima kado dari Ali, karena tahu jika sekarang adalah saat terakhir Ali sebagai sopir sekaligus pengawal pribadinya sebelum Ali res
Saat mendengar cerita Raga pagi tadi, Claudia jadi menyadari ketakutan-ketakutan yang anak itu hadapi, tidak jauh berbeda dengan Claudia dulu. Hal yang sangat wajar jika seorang anak merasa takut juga khawatir jika ayahnya membawa wanita lain dan membuat posisi ibunya bergeser.Seperti Claudia yang dulu takut memiliki ibu tiri dan ayahnya akan melupakan bundanya begitu saja, Raga juga memiliki kekhawatiran yang sama, jadi Claudia sangat memahaminya. Bagi Claudia saat ini, yang paling penting adalah kebahagiaan Raga. Cludia tidak mau perjanjian mau pun perasaannya pada Malven membuat anak yang sangat disayanginya dipenuhi pikiran takut dan khawatir."Jadi, sekarang saatnya membuka kado yang Raga terima, kan?" Claudia berkedip antusias, menatap pada kado-kado yang baru saja pelayan letakkan di atas meja. Setelah meniup lilin dan membagikan kue untuk semua orang, dilanjut dengan makan malam bersama, akhirnya acara santai karena khusus hari ini Malven mengizinkan Raga untuk tidur pukul s
Claudia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Memang sih ia tahu jika Arfa, Sean dan Vall adalah anggota Phantom yang sejujurnya tidak Claudia ketahui apa saja pekerjaannya selain menjadi pengawal pribadi Malven dan Raga, tapi Claudia tidak pernah membayangkan akan melihat mereka membelikan senjata berbahaya untuk Raga yang masih berusia lima tahun!"Kalian kan bisa membelikan sesuatu yang lebih normal seperti sepatu, jam tangan, baju atau buku!" Claudia berdecak, tidak terima anak kesayangannya menerima sesuatu yang berbahaya saat harusnya yang dilihat Raga hanyalah hal-hal indah saja. Pasti akan datang masanya Raga harus belajar melindungi dirinya sendiri, tapi kan tidak sekarang!"Saya belum pernah memberi hadiah pada seseorang, jadi saya pikir sesuatu yang bisa berguna untuk melindungi diri itu adalah hadiah terbaik." Sean berkata pelan, sedikit membela diri karena ia adalah orang pertama yang menerima tatapan tajam Claudia. "Sa-saya juga berpikir hal yang sama.""Saya juga--""
Pertanyaan Raga membuat Claudia tidak bisa langsung bereaksi. Raga memang pernah mengatakan sesuatu yang mirip beberapa malam lalu, tapi saat itu ia mengatakannya sebelum terlelap, jadi Claudia hanya menganggap itu sebagai kata-kata yang diucap asal menjelang tidur. Tapi, bagaimana dengan sekarang? Claudia berdeham pelan, mengecup tangan kecil Raga di genggamannya sebelum menatap lembut anak yang juga sedang menatapnya dengan pandangan penuh tanya."Kalau kamu jadi anak Kakak, kamu tidak bisa lagi jadi putranya Elodia dan Malven, yakin? Kakak sudah pernah sedikit menjelaskan tentang adopsi, kan? Kalau pun misal Kakak mendapat izin untuk mengadopsi Raga sebagai anak, Kakak tidak akan pernah mengizinkan Raga untuk kembali ke kediaman Pranaja lagi, dan jika Kakak menikah nanti, maka kamu akan punya ayah baru. Sungguh mau?" Claudia bertanya dengan raut serius.Sejujurnya Claudia hampir berdebar dan berharap mendengar pertanyaan Raga, tapi menjadi ibu seseorang tidak harus menikah dulu de
Malven menahan lengan Claudia yang hampir pergi. Sejak datang bersama Raga tadi, Claudia memang bertingkah aneh. Tidak hanya menolak saat Malven ingin memegang tangannya tadi, Claudia juga menghindari tatapan Malven. Mereka bahkan belum sempat bicara berdua sejak pagi ini, jadi Malven tidak mengerti dengan sikap Claudia sekarang. "Apa aku melakukan kesalahan? Daripada menghindar tanpa mengatakan apa-apa, bukankah jauh lebih baik kalau kamu bicara? Claudi, aku tidak akan mengerti kalau kamu tidak mengatakan letak salahku." Malven berucap lembut, menarik Claudia lebih dekat dan mengernyit saat merasakan penolakan jelas wanita itu."Maaf, Pak, kita di depan umum. Ada banyak mata di sini, dan yang lebih penting ... Raga sedang melihat." Claudia berbisik sembari melepaskan tangan Malven dari lengannya. "Kalau begitu saya permisi," ucap Claudia lagi, kali ini bergerak lebih cepat dan meninggalkan Malven bersama Raga.Malven yang ditinggalkan tanpa mendengar jawaban apa pun hanya bisa meng
Panggilan itu membuat tubuh Claudia menegang. Ia memang sudah menyiapkan diri jika suatu saat bertemu lagi dengan masa lalunya seperti ketika bertemu Selena waktu itu, tapi Claudia tidak pernah membayangkan akan menemuinya sekarang."Ternyata benar kamu, Cla? Aku mencarimu ke mana-mana, ternyata kamu di sini, di tempat di mana seharusnya kita bulan madu?" Seseorang yang tiba-tiba memanggil itu adalah Deon, pria yang telah menghancurkan kepercayaan Claudia hingga tak berbentuk. Claudia merasakan dadanya berdenyut nyeri pada kenyataan yang kembali Deon ingatkan, karena hotel tempatnya menginap sekarang memang tempat yang ia dan Deon pilih untuk bulan madu mereka, salah satu hotel terbaik di pusat Tokyo.Kenapa Deon bisa ada di sini dari semua tempat di dunia?"Nona Claudia, apa Anda mengenal orang ini?" Sean dengan cepat menghadang di depan Claudia, melindungi wanita yang tampak tertegun dengan wajah pucat. Sean tidak tahu apa hubungan Claudia dengan pria itu, tapi melihat gelagat tida