Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 221. Nyonya Haidar

Share

Bab 221. Nyonya Haidar

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 03:46:29

Setelah selesai bercinta, mereka segera mandi bersama. Andai saja Andin tidak sedang hamil, pasti Haidar tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengulang kembali pertempuran mereka di dalam bathup seperti yang biasa mereka lakukan sebelum Andin hamil.

Setelah selesai mandi, mereka duduk di balkon kamarnya sambil memandang langit senja ibu kota. Andin duduk bersandar pada dada bidang Haidar. Tangan sang suami melingakr di perutnya.

“Bee, besok aku mau keluar kota, tapi hanya sebentar. Nggak akan sampai menginap. Kamu ajak Sisil ke rumah buat nemenin kamu ya.” Haidar menciumi puncak kepala istrinya berulang kali.

Andin menyingkirkan tangan Haidar dari perutnya. Kemudian ia bangun dari duduknya tanpa mengatakan sepatah kata pun pada sang suamI. Lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.

Haidar menyusul istrinya masuk ke dalam kamar. “Bee, kamu lagi hamil, kalau kamu ikut nanti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 222. Temani Aku Sebentar Saja

    Setelah makan malam, Andin dan Haidar kembali bersantai di balkon kamarnya sembari memandang langit malam yang penuh bintang.“Boo, besok kamu berangkat jam berapa?” tanya Andin pada Haidar yang sedang mengusap-usap perutnya.“Pagi-pagi sekali aku berangkat supaya sore hari aku udah ada di rumah ini lagi,” balas Haidar tanpa menoleh pada istrinya. Ia tetap fokus pada perut istrinya. “Periksa kehamilannya setelah aku pulang dari luar kota aja ya.” Kini Haidar menatap wajah sang istri yang duduk di hadapannya.“Iya, Boo. Terserah kamu aja,” sahut Andin sembari tersenyum. “Semoga kerjaan kamu cepat selesai dan kembali pulang dengan selamat.” Doa Andin untuk suami tercinta yang sangat ia cintai.“Aamiin.” Haidar mengaminkan doa sang istri sembari mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.“Kita tidur yu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 223. Jangan Pergi

    Haidar yang sedang berpakaian di ruang ganti bergegas keluar ketika mendengar teriakan istrinya. Ia menghampiri sang istri yang masih terbaring di tempat tidur dengan mata yang masih terpejam. Tapi, ia terus saja berteriak memanggil suaminya. Haidar duduk di samping istrinya yang sedang tertidur sembari mengigau. “Bee, bangun!” Haidar membelai pipi sang istri dengan lembut. “Bangun, Sayang!” Andin baru terbangun setelah Haidar mencium bibirnya. Ia membuka mata saat bibir lembut Haidar menlumat bibirnya sebentar. Wanita yag sedang hamil itu langsung bangun dan memeluk suaminya. “Boo, aku takut,” ucapnya sembari memeluk erat suaminya. “Aku takut kamu pergi ninggalin aku dan anak kita,” lanjutnya sambil terisak. Tidak terasa buliran bening itu luruh begitu saja. Ia benar-benar takut dengan mimpinya. Takut kalau sang suami pergi dan tak kembali lagi. “Aku pergi untuk kerja

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 224. Pesan Haidar

    Haidar pergi melakukan perjalanan bisnisnya dengan tenang kalau sudah mendapat izin dari Ratu hatinya. “Jaga anak kita baik-baik!” pesan Haidar sebelum pergi meninggalkan istrinya.Walaupun Andin masih tidak tenang telah mengizinkan suaminya pergi, tapi ia berusaha menepis kekhawatirannya dengan berdoa. Berharap sang suami pulang dengan cepat dalam keadaan sehat.Andin turun dari tempat tidur, lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mencuci muka. Ia berencana berolahraga ringan pagi ini. Walaupun tidak ditemani sang suami, ia tetap bersemangat jalan pagi di halaman belakang rumahnya yang sangat luas.“Astaga!” Andin mengusap dadanya karena terkejut, ketika ia membuka pintu, Sisil sudah berdiri di depan kamarnya sembari tersenyum. “Lo ngapain pagi-pagi udah ada di sini?” tanya Andin pada sahabatnya. Padahal ia berencana menelpon Sisil setelah berolahraga karena ia yakin kalau Sis

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 225. Kecelakaan Pesawat

    “Bee, kamu sedang apa?” tanya Haidar pada sang istri yang terlihat sedang berada di dapur. Kini Haidar sedang melakukan panggilan video dengan istrinya. “Aku mau masak ikan bakar kesukaanmu,” jawab Andin yang sangat bersemangat membuat makanan untuk suaminya. “Kamu kapan pulang?” tanya Andin pada laki-laki tampan yang selalu tersenyum itu. “Penerbanganku satu jam lagi,” balas Haidar sembari melirik jam di tangan kirinya. “Ya udah kamu hati-hati ya, aku mau ke pasar dulu,” ujar Andin. “Ternyata ikannya nggak ada,” imbuhnya sembari terkekeh. “Masak yang special buat laki-laki tampamu!” titah Haidar sembari tertawa geli dengan ucapannya sendiri. Lalu mengakhiri panggilan video itu setelah mendapatkan ciuman jauh lewat layar ponsel. Setelah selesai menelpon suaminya, Andin mengajak Sisil pergi ke pasar tradisional untuk membeli ikan. Mereka pergi ditemani Bi Susi dan para b

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 226. Menangisi Suami

    "Din, Lo tenang dulu ya." Sisil mengusap-usap punggung sahabatnya yang diam terpaku sambil meneteskan air mata."Nona muda kenapa?" tanya Bi Susi. Ia segera menaruh nampan dengan dua gelas jus jeruk untuk Sisil dan nona mudanya di meja kecil di samping sofa yang mereka duduki."Bi, tolong panggilkan Nabil, terus telepon orang tua Andin dan orang tua tuanmu!" titah Sisil pada Bi Susi. "Tolong cepat ya, Bi!""Baik, Non." Bi Susi segera berlalu dari hadapan nona mudanya untuk segera melakukan perintah sahabat dari nonanya."Tadi pagi juga gue berat banget ngizinin dia pergi, tapi ...." Andin memeluk Sisil dan kembali menangis dalam pelukan sahabatnya."Tenang dulu! Belum tentu laki lo ada di pesawat itu. Kita cari tahu dulu ya." Sisil berusaha menenangkan sahabatnya. Padahal ia juga sangat khawatir kalau suami sahabatnya ada dalam pesawat itu.Tidak lama kemudian Nabil datang menghampiri Sisil dan nona mudanya yang sedang menangis dalam pelukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 227. Nangis Berjamaah

    "Kalian kenapa nangis berjamaah?"Andin langsung menoleh pada sumber suara, ia bangun dari duduknya dan berlari, berhambur ke pelukan laki-laki gagah yang sejak tadi ia tangisi."Kamu kenapa nangis, Bee? Apa perutmu sakit?" tanya Haidar. Tangannya membelai dengan lembut rambut sang istri sembari menciumi puncak kepala istrinya."Boo, ini kamu 'kan? Kamu masih hidup?" Andin mendongak menatap wajah tampan suaminya."Iya, Bee. Ini aku, suamimu yang tampannya tidak tertandingi," balas Haidar sembari terkekeh.Mami Inggit dan Bunda Anin menghampiri Haidar."Kamu masih hidup, Ar? Kok bisa? Bukannya pesawat yang kamu tumpangi mengalami kecelakaan?" Mami Inggit memutari tubuh anaknya sembari meraba-raba wajah anak laki-laki satu-satunya itu."Mami mau aku meninggal?" tanya Haidar pura-pura marah dengan sang mami. Ia pun memapah istrinya menuju so

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 228. Kekuatan Cinta

    “Itu belanjaan siapa banyak banget?” tanya Mami Inggit saat Baron dan kedua bodyguard anaknya membawa barang-barang ke dalam rumah.“Itu pesanan bidadari mesumku yang sedang hamil,” sahut Haidar sembari mencubit hidung lancip istrinya. “Anak kita sengaja memesan banyak oleh-oleh supaya Daddy-nya nggak naik pesawat itu.” Haidar mengusap-usap perut buncit istrinya.“Ya ampun, Sayang, kamu pesan apa aja?” tanya Bunda Anin pada anaknya. “Tapi, nggak apa-apa sih ya, kalau pesananmu yang seabreg ini menjadi penghalang suamimu untuk naik pesawat naas itu,” imbuh wanita yang usianya hampir setengah abad itu. Namun, masih terlihat sangat muda dan seksi.“Sebagian besar makanan,” balas Andin sembari menyeringai. Ia juga baru sadar kalau yang dipesan sebanyak itu. Sebagian besar adalah makanan khas daerah itu dan nggak mungkin bisa dimakan oleh seisi rumah dala

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 229. Beli Satu Gratis Satu

    Haidar dan Andin mengabaikan dua jomlo yang duduk di hadapan mereka. Ketika ia sedang bermesraan, salah satu jomlo yang menonton kemesraan mereka mengganggunya sehingga Haidar menghentikan cumbuannya.“Kenapa?” tanya Haidar dengan sorot mata tajam nenatap Baron sembari mendudukkan tubuhnya di kursi dengan meja panjang di depannya.“Nggak apa-apa, Tuan. Tenggorokan saya tiba-tiba kering,” jawab Baron sembari menundukkan kepalanya.“Kalau mau basah terus, cari pasangan buat dihalalin,” ucap Andin sambil terkekeh. Ia tidak yakin kalau Baron mengerti ucapannya karena laki-laki dingin itu hanya diam tanpa ekspresi.“Apanya yang basah?” tanya Sisil pada sahabatnya. “Memangnya kalau kita udah menikah, nggak akan kehausan?” Sisil tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya.“Betul itu,” timpal Haidar. “Bagaimana ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status