Share

Pengantin Pria Pengganti
Pengantin Pria Pengganti
Author: Andriani _Rieni

Bab 1. Ditinggal pas Di Hari pernikahan

Sepasang calon mempelai pengantin saat ini sedang berdiri di luar aula pernikahan di hotel berbintang di kota ini. Sekitar lima belas menit lagi, mereka akan berjalan menuju altar pernikahan. Mengikat janji suci untuk sehidup semati.

Calon mempelai wanita menoleh, menatap sang mempelai prianya yang berdiri di sampingnya dengan senyuman bahagia.

Tiba-tiba saja, ponsel dalam saku dibalik jas Revan berbunyi. Calon pengantin pria itu pun segera mengambil ponselnya dan mengeluarkannya. Raut wajah Revan seketika berubah saat dia menatap nama kontak yang tertera di layar ponselnya. Lalu dengan ragu-ragu dia berkata pada Evelyn. “Tunggu sebentar, aku akan mengangkat panggilan dulu.”

Evelyn hanya mengangguk, menatap punggung calon suaminya yang melangkah pergi menjauh dari tempatnya berdiri.

Beberapa saat telah berlalu, Evelyn melihat Revan sudah selesai dengan panggilannya. 

Tapi dia merasa sedikit heran ketika melihat ekspresi Revan berubah menjadi suram. Evelyn pun bertanya, “Ada apa? Siapa yang menghubungimu?”

Revan belum menjawab, dia terdiam beberapa saat. Lalu terdengar dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata dengan ragu-ragu, “Evelyn, maafkan aku. Pernikahan kita ini, kita tunda dulu. Jangan sekarang. Aku ada urusan yang sangat mendesak. Aku harus pergi sekarang.”

Evelyn tercengang bukan main. Acara sebentar lagi akan dimulai, tapi tiba-tiba saja  Revan justru ingin menunda pernikahan mereka ini.

Kebahagiaan Evelyn yang tadi memuncak, lenyap dalam sekejap. Wajahnya pun menjadi pucat. Dia langsung bertanya dengan cemas, "Kak Revan, sebenarnya ada apa? Acara akan dimulai sebentar lagi. Apa kamu benar-benar tidak bisa menunggu acara kita selesai dulu?”

Revan menoleh ke arah aula pernikahan di belakang mereka. Saat kembali menatap Evelyn, sorot matanya terlihat begitu gelisah. "Urusan ini sangat penting, aku harus pergi sekarang. Meskipun kita menikah sekarang atau nanti, kurasa itu sama saja. Tidak akan ada masalah." Setelah berkata demikian, tanpa menunggu jawaban dari Evelyn, Revan melangkah pergi dengan terburu-buru.

Apa? Tidak akan ada masalah katanya? Bagaimana dengan nama baik keluargaku jika pernikahan ini sampai gagal?

Evelyn kebingungan. Dia kemudian langsung tersadar dan segera menahan lengan Revan untuk menghentikan langkahnya. "Apa sebenarnya yang lebih penting dari pernikahan kita? Tolong beritahu aku dulu." Evelyn menatap gusar pada Revan.

Revan menghentikan langkahnya. Setelah diam beberapa saat, dia berkata dengan suara rendah. "Sesuatu terjadi pada Clarissa."

Evelyn terkejut bukan main saat mendengar nama itu. Rasa dingin seketika menusuk hatinya dan menyebar ke seluruh tubuh hingga ke tulang belulangnya. Tangannya yang tadi memegang lengan Revan dengan kuat, kini terkulai lemas dan jatuh begitu saja.

Clarissa, adalah pacar Revan di masa lalu. Revan memang pernah bercerita kalau dia memiliki seorang pacar yang sangat dicintainya. Demi bisa bersama dengan pacarnya itu, Revan pernah memohon pada nenek dan kakeknya untuk memutuskan perjodohan di antara mereka. Dia bahkan sempat memberontak beberapa kali hanya untuk bersama Clarissa.

Tapi, entah karena masalah apa, hubungan cinta yang begitu kuat di antara mereka akhirnya putus. Clarissa pergi ke luar negeri, sedangkan Revan tetap tinggal di kota ini. Evelyn mengira jika Clarissa hanya akan menjadi masa lalu Revan. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar nama itu lagi, tepat di hari pernikahan mereka.

Revan melihat Evelyn yang terdiam, lalu dia menepis tangannya dan berjalan menuju lift. Dia berjalan pergi tanpa ragu.

Evelyn menatap kepergian Revan dengan tatapan kosong. Ternyata Revan belum pernah menghapus nama Clarissa dalam hatinya.

‘Lalu, kenapa dia setuju untuk menikah denganku? Apa hanya untuk memenuhi perjodohan antara keluarga saja? Tetapi, untuk apa jika tidak ada cinta sedikitpun di hatinya? Apa selama ini aku hanya terlalu berharap?’

"Kak Revan, tunggu sebentar!" Saat Revan hampir memasuki lift, tiba-tiba Evelyn tersadar dan langsung memanggilnya.

Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, tapi dia berusaha keras untuk tidak menangis di depan pria itu. Lalu perlahan, dia membuka bibirnya dan berkata dengan pelan, "Pernikahan akan segera dimulai. Apa kamu benar-benar tidak bisa menunggu setelah pernikahan kita selesai?"

Revan terdiam sejenak, kemudian berkata dengan nada tegas, "Evelyn, sesuatu terjadi pada Clarissa, dia saat ini sedang sendirian. Aku harus pergi ke sana. Kamu harus bisa mengerti. Kita hanya tidak bisa menikah hari ini, sementara saat ini Clarissa sedang sangat membutuhkanku."

Mendengar ucapan Revan seperti itu, hati Evelyn benar-benar sangat sakit. Sisa ucapannya tersangkut di tenggorokan dan tidak bisa diucapkannya lagi. Melihat cara Revan yang begitu tidak sabar ingin menemui Clarissa, harapan yang tadinya ada dalam dirinya sekarang tiba-tiba menghilang.

Pria itu sudah menyakitinya sampai sejauh ini, bahkan tidak ada sedikitpun rasa kasihan atau merasa bersalah yang ditunjukkan pria itu padanya. Setelah hening sejenak dan Revan sudah hampir masuk kembali ke dalam lift, Evelyn berkata, "Kalau begitu, mari kita putus saja."

Revan kembali berbalik, dia melihat Evelyn dengan tatapan penuh keterkejutan, namun hatinya tersenyum penuh ejekan. "Kamu tidak usah bicara sembarangan, Evelyn. Setelah aku menyelesaikan masalah Clarissa, aku akan kembali dan kita bisa mengulang pernikahan kita yang,"

"Tidak perlu. Pergilah temui Clarissa, tetapi hubungan di antara kita telah berakhir sampai disini!" Evelyn memotong ucapan Revan. Suaranya terdengar serak, tapi sangat tegas.

Meskipun dia begitu menyukai Revan dan menikah dengannya adalah impiannya, tapi bukan berarti harga dirinya bisa diinjak-injak seperti ini. Tidak ada cinta yang sebanding dengan harga diri seseorang.

"Evelyn, jangan bicara seperti itu. Setelah aku kembali, kita bisa melanjutkan pernikahan kita lagi," ujar Revan lalu kemudian dia masuk ke dalam lift tanpa ragu dan menekan tombol tutup. Revan sama sekali tidak khawatir dengan Evelyn. Dia merasa jika ucapan Evelyn itu pasti hanya sebatas amarah sesaat. Dia yakin jika Evelyn tidak mungkin mau putus dengannya, karena selama ini gadis itu begitu tergila-gila padanya.

Evelyn melihat kepergian Revan dengan  putus asa. Hatinya tiba-tiba menjadi sedingin es. Matanya mengembun, kemudian perlahan jatuh menetes membasahi kulit wajahnya yang mulus.

"Apapun yang aku lakukan, aku tetap tidak sebanding dengan Clarissa yang selalu ada di hatimu, Kak Revan."

Diujung sana, sosok wanita separuh baya dan gadis muda seusia Evelyn sedang menatap ke arah Evelyn dengan senyum kemenangan.

“Lihatlah, Bu. Gadis kampung itu sekarang sudah ditinggalkan oleh kak Revan. Bagaimana menurut Ibu?”

“Sangat bagus, itu memang yang aku inginkan.” Sahut Linda, tersenyum puas melihat Evelyn yang sedang terisak didepan lift. Jika bukan karena perjodohan antara Kedua keluarga yang dibuat oleh ibunya yang mengharuskan putranya untuk menikahi Evelyn, wanita ini tidak akan sudi menerima gadis kampungan dari desa itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status