Share

Bab 2. Tuan Rayyan, Apa Anda Mau Menikah Denganku?

Anesa yang ada di sampingnya ikut tersenyum bahagia, kemudian berkata dengan penuh cibiran,  "Bukan hanya kampungan dan tidak berpendidikan, tapi dia juga sama sekali tidak cantik. Jika dibanding dengan Kak Clarissa, dia sama sekali tidak ada seujung rambutnya. Wajar saja kalau Kak Revan tidak menyukai calon istri seperti dia!" Kata Gadis ini, yang tak lain adalah adik kandung Revan. 

Evelyn tanpa sengaja menoleh, dan menyadari kalau ibu dan anak itu sedang menatapnya dengan tatapan penuh ejekan. Evelyn juga yakin, jika dua orang itu pasti sudah tahu apa yang telah terjadi.

Evelyn juga tahu kalau mereka memang tidak pernah menyukainya. Dia sudah mempersiapkan diri jika suatu saat harus menikah dengan Revan. Baginya, yang penting adalah Revan, bukan ibu atau keluarganya. Ini semua juga dia lakukan demi sang nenek yang telah mengasuhnya ketika bayi.

Tapi ini masalah kritis. Sebesar apapun rasa tidak suka mereka padanya, tidak seharusnya mereka justru menatapnya dengan ekspresi mencibir seperti itu.

Lalu tiba-tiba terdengar Linda berkata pada Anesa. “Anesa, mari kita masuk dan beritahu semua orang kalau acara batal. Jangan terlalu lama di sini. Biar keluarga Limanto menanggung malunya sendiri.”

“Ya. Benar itu, Bu.” Jawab Anesa, kemudian dia kembali menatap ke arah Evelyn dan kembali berkata dengan nada yang sengaja dikeraskan, “Ini semua kesalahannya sendiri. Dari awal sudah diperingatkan, jangan berharap menjadi istri Kak Revan. Tapi dia keras kepala. Lihatlah sekarang akibatnya!”

Belum sempat Evelyn membalas ucapan Anesa, dua wanita itu sudah membalikkan badannya dan pergi meninggalkan ruangan ini.

Evelyn hanya bisa mengusap air matanya. Begitu dia berbalik dia melihat Arka berjalan ke arahnya.

“Evelyn, kenapa kamu masih ada disini? Bukannya sebentar lagi kamu akan menikah?” Tanya Arka. 

Evelyn menunduk dan menggelengkan kepalanya. Lalu perlahan dia mengangkat wajahnya. Begitu Arka melihatnya menangis, Arka langsung bertanya dengan panik.

 “Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?” Arka kembali bertanya. Dia melihat sekeliling. Begitu dia menyadari jika Revan tidak ada disini, Arka langsung bertanya padanya dengan geram. “Dimana Revan?”

“Dia sudah pergi.” Evelyn berkata dengan sisa sesenggukannya.

“Apa? Dasar brengsek!” Arka mengumpat. Dia menggertakkan giginya penuh emosi.  "Sudah untung kamu mau menikahi pria brengsek itu, tapi dia malah melarikan diri di hari pernikahan. Apa mereka pikir, keluarga Limanto kita bisa begitu mudah diremehkan seperti ini?"

Arka adalah kakak kandung Evelyn. Dia sosok pria yang terkenal begitu kejam di kota ini dan sangat senang berkelahi.

"Brengsek! Berani sekali dia menghina adikku seperti ini! Aku akan mencarinya dan menghajarnya sampai mati!” Arka sudah ancang-ancang untuk pergi, tapi Evelyn langsung menangkap lengan kakaknya kemudian dia berkata, "Sudahlah Kak, lupakan saja."

Evelyn khawatir jika kakaknya hari ini kembali turun tangan, dia pasti akan dicap sebagai pria brengsek, kejam dan kasar untuk selamanya. Karena selama ini Arka sudah banyak berkelahi dengan banyak orang, terlebih karena dirinya juga.

Arka mengumpat, mengeluarkan sumpah serapah kemudian dia menoleh untuk melihat adiknya. Dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan amarahnya lalu dia berkata. "Evelyn, jangan bersedih lagi. Si brengsek Revan itu sama sekali tidak pantas untukmu. Aku berjanji akan mencarikan pria yang paling baik di dunia ini untukmu."

Evelyn mengatupkan bibirnya, ketika mengingat Revan yang telah pergi tanpa ragu meninggalkan dirinya, tidak bisa dibohongi jika dia benar-benar patah hati. Bagaimanapun juga dia pernah berharap bisa menikah dengan pria itu, lalu sekarang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan .

"Sebenarnya aku tidak apa-apa, Kak. Tapi bagaimana dengan nenek?" ucap Evelyn dengan pelan.

Setahun yang lalu, nyonya besar Limanto divonis menderita penyakit akut yang berbahaya. Dokter mengatakan kalau nenek mereka hanya bisa bertahan sebentar lagi. Nyonya besar sangat mengkhawatirkan Evelyn. Satu-satunya permintaan terakhir sang nenek adalah melihat Evelyn menikah dan hidup bahagia.

Jadi ibu dan ayah mereka pergi menemui keluarga Lewis untuk membicarakan soal perjodohan antara Evelyn dan Revan yang sudah disepakati oleh kedua orang tua mereka untuk memajukan tanggal pernikahan mereka.

"Kalau nenek tahu pernikahan ini dibatalkan, apa kira-kira nenek,"

"Tidak apa-apa. Kita cari cara lain." Arka berkata demikian. Dia juga merasa khawatir saat memikirkan kondisi sang nenek . Lalu sebuah ide tiba-tiba melintas di benaknya, kemudian dia melingkarkan tangannya di bahu sang adik. "Tunggu di sini, aku akan pergi mencari pria terbaik di dunia ini untuk menikahimu." Setelah mengatakan itu tanpa memberi Evelyn kesempatan untuk menjawab, Arka sudah berjalan masuk ke dalam lift .

Evelyn terkejut, mana mungkin kakaknya akan mencari pria terbaik di dunia dengan semudah itu? Dia tersadar, acara pernikahan hari ini tidak bisa diselenggarakan, seharusnya dia segera menemui orang tuanya dan memberitahu soal ini. Dia segera memanggil kakaknya, buru-buru mengangkat gaunnya dan melangkah. Tapi mungkin karena dia buru-buru, sepatunya tersangkut ekor gaunnya, dia oleng ke kanan. Saat dia sudah hampir terjatuh sepasang tangan tepat meraih lengannya dengan kuat.

Karena bantuan seseorang yang telah menangkapnya itu, Evelyn bisa berdiri kembali dengan tegak. Dia menoleh ke samping untuk melihat siapa orang yang telah menolongnya. Yang dia lihat adalah wajah tampan dengan tubuh tegap dan penampilan yang keren. Pria itu memakai setelan jas formal. Dia membantu Evelyn berdiri kemudian dengan cepat melepaskan tangannya lalu tanpa menatap Evelyn, dia langsung berjalan menuju aula pernikahan.

"Tunggu!" Evelyn memanggil pria itu sambil meraih lengannya. Pria itu menyerngitkan alisnya, aura dingin terpancar dari kedua matanya saat ia berbalik.

Evelyn yang berdiri di depannya, tampak cantik dengan riasan dan gaun pengantinnya. Namun, dibalik itu semua, dia masih terlihat belia dengan wajah imutnya, seperti anak di bawah umur.

Mungkin karena tatapan sedih Evelyn, pria itu menahan diri untuk tidak melepaskan pegangan gadis itu.

"Terima kasih," ucap Evelyn dengan sedikit gugup. Entah kenapa, jantungnya berdebar kencang, dan telapak tangan yang mencengkram lengan pria itu pun berkeringat.

"Tidak perlu." Pria itu mengulas senyum, lalu melihat tangan kecil yang sedang mencengkram erat tangannya. "Lepaskan tanganmu," katanya.

Tetapi, bukannya melepaskan, Evelyn justru semakin kencang memegang lengannya. Melihat wajah tampan pria itu, sebuah ide gila muncul di otaknya. Dengan berani, dia berkata, "Tuan Rayyan, apa kamu mau menikah denganku?"

Kedua mata hitam pekat pria itu terbelalak. Dia terkejut. Ada apa dengan gadis ini? Apa dia sedang mabuk?

Evelyn sadar jika ini terdengar konyol. Pasti pria itu sudah mengira jika dia sudah gila. Tapi, yang dipikirkannya saat ini hanyalah, dia tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika neneknya tahu kalau pernikahannya hari ini dibatalkan dan dia sudah ditinggalkan.

Dia tidak sanggup jika harus kehilangan nenek yang paling mencintainya di dunia ini. Dia juga tidak bisa membiarkan neneknya pergi dalam keadaan gelisah.

"Tuan Rayyan, kamu hanya perlu menikahiku selama setahun saja. Sebagai balasannya, aku bisa menyelamatkan adikmu."

Pria yang dipanggil Rayyan itu terkejut bukan main, dia menatap Evelyn dengan serius. "Kamu mengenalku?" Tanyanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status