Share

Rindu seperti nyanyian pilu

Selamat membaca.

Saling bermesraan melepas rindu. Aku malah mendengar suara hati seseorang, bukan hal baik tapi ia melihat kami. Meski hanya bayangan, tapi posisiku dan Baginda sudah dapat di tebaknya. Katanya—aku adalah manusia tidak punya harga diri yang pernah ia temui sejauh ini. Siapa lagi kalau bukan Zurra.

"Baginda?" Aku menghentikan meski takut, karena aku tidak ingin para tetua masuk dan membuatku benar-benar tidak memiliki harga diri sama seperti yang Zurra pikirkan.

"Hm?" Bisiknya tepat di telingaku, yang membuat aku kegelian. Sebelum ia menarik tanganku, menggenggam ya eratnya untuk menemui badai yang sedang menunggu di aula utama. "Namamu?"

"Emabell. Ah…Abell!" Nike tak memanggilku Abell sejak aku pergi dari Clossiana Frigga, karena Baginda selalu melayangkan tatapan mengerikannya pada mereka. Seolah nama Emabell itu, adalah nama resmi dan mereka tak boleh sembarangan memanggil namaku. "Kenapa?"

"Boleh ku panggil Abell?"

Dia bertanya? Dia benar-benar bertanya, atau inder
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status