Luna menunggu di depan rumah sakit, Aiden bilang dia masih ada rapat dengan kolega dari luar negeri tapi sebentar lagi akan ada yang menjemput Luna."Sudah menunggu lama nona?" sebuah mobil ferrari berwarna hitam berhenti tepat di depan Luna. Pengemudi membuka jendela agar lebih mudah berbicara dengan perempuan yang ia jemput.Luna hanya mengira yang menjemputnya mungkin supir Aiden atau Yulio. Tapi ternyata jauh dari prediksinya, Luna tidak mengerti kenapa Aiden mempercayai temannya untuk menjemput istrinya."Kau.."Zack mengangguk turun dari mobil yang kemudian membukakan pintu penumpang untuk Luna. "Aiden meminta padaku untuk mejemputmu."Luna masih diam tak bergeming mencerna situasi. Tidak masalah sebenarnya toh mereka pernah bertemu sebelumnya tetapi, ia agak curiga dengan laki-laki itu.Zack menggerakkan kepalanya pada pintu yang telah dibuka. Meminta Luna untuk cepat bergerak agar tugasnya cepat selesai juga.Menghembuskan napas, akhirnya Luna melangkahkan kakinya untuk masuk
"Maaf apa aku mengganggu waktumu?" tanya Darren begitu Luna menjawab teleponnya. "Hm.. sebenarnya iya. Tapi ada apa kau menelepon?" Terjadi jeda lama. Luna memang sudah menikah, telah memberikan hati dan menyerahkan dirinya pada laki-laki sebaik Aiden. Namun tidak bisa dipungkiri, perempuan itu juga pernah mencintai secara dalam pada laki-laki yang menerima dirinya apa adanya kemarin. Jadi tolong jangan salahkan Luna jika kini perasaannya terganggu. Terdengar Darren menghembuskan napasnya. "Bagaimana kabarmu?""Baik."Menelan ludahnya Luna menahan diri untuk tidak bertanya balik. Ia harus berusaha tidak mau tahu tentang Darren lagi. "Ada apa?" tanya Luna lagi. Ia tidak bisa basa-basi saat ini. "Kau sungguhan akan menikah?" tanya Darren. Pertanyaan ini membuat Luna mengulang memori pada pertemuan mereka pada kejadian lari pagi dan Aiden datang memperkenalkan diri sebagai calon suaminya. Luna mengangguk meski ia tahu Darren tidak dapat melihatnya. "Aku tahu ini bukan urusanku sa
Mandi bukan sekadar mandi. Tentu saja, mandi hanyalah selipan kegiatan yang Aiden maksudkan. Laki-laki itu tentu saja mengambil kesempatan lain. Menggerayangi tubuh Luna, menciumi bibir istrinya itu. Meremas kedua pantat kenyal Luna, mengulum buah dada Luna yang kali ini terlihat dengan jelas.Didalam bath up apapun yang ingin Aiden lakukan, ia lakukan. Laki-laki itu bahkan melakukan kegiatan dewasa melebihi empat kali. Luna lemas dibuatnya. Istrinya tertidur begitu Aiden menggendongnya keluar kamar mandi. Aiden sampai harus memakaikan pakaian pada tubuh istrinya. Meski hatinya sedang bergemuruh senang, ya laki-laki akan terlampaui bahagia setelah melakukan adegan dewasa. Begitu pakaian telah terpakai di tubuh Luna, Aiden harus mengeringkan rambut istrinya dengan keadaan Luna sambil tertidur di kasur.Untungnya hair dryer milik Luna tidak memiliki suara yang nyaring. Jadi perempuan itu tidak perlu terganggu hingga terbangun. Ketika semuanya telah beres, barulah keduanya tidur. Tent
Aiden menjawil hidung Luna pelan. "Itu klien yang aku sebutkan dichat tadi. Tahu tidak? Itu gadis yang kemarin dekat dengan Zack.""Ahh.. jadi itu! Cantik juga. Bagaimana ceritanya? Apa masih berlanjut Zack dengan gadis itu?" Tanya Luna antusias. Ia suka dengan cerita cinta orang-orang.Tetapi Aiden menggeleng. "Tidak, makanya Zack sedih.""Aku kira Zack adalah tipe laki-laki yang mudah berpaling."Aiden terkekeh mendengarnya. "Kenapa begitu?""Entahlah, hanya dari wajahnya saja.""Seperti pemain ya?" Tebak Aiden akan pikiran Luna.Luna mengangguk. Perempuan itu lantas beranjak dari pangkuan Aiden, kembali pada meja rias untuk membersihkan riasannya. Sudah malam dan Luna perlu segera beristirahat.Begitu Luna telah selesai mandi dan berganti dengan gaun tidur, Aiden sudah di kasur tetapi mengenakan kacamata bacanya dan ada tab ditangan."Masih bekerja ya?" Tanya Luna naik ke kasur. Merebahkan diri di samping Aiden dan menarik selimut. Luna mengintip apa yang sedang Aiden kerjakan."It
Selena melambaikan tangan ketika melihat atensi Luna. Tetapi Luna hanya diam terpaku pada pasangan yang Selena gandeng."Itu temanmu," kata Aiden mengetahui Selena sedang melempar senyum pada istrinya. Namun istrinya hanya diam tidak merespon apa-apa hingga Selena berjalan ke arah mereka dengan pasangannya.Aiden tersenyum menyambut, meski Selena adalah teman Luna tetapi sebagai suami ia juga harus bersikap ramah."Hai Luna. Hai Aiden," sapa Selena.Aiden mengangguk sebagai balasan sapaan Selena. "Perkenalkan ini kekasihku. Darren," ujar Selena memperkenalkan laki-laki disampingnya itu sebagai kekasih pada Luna dan Aiden.Luna mengernyitkan kening. Dapat ia lihat Darren juga menyimpan sesuatu dari raut wajahnya. Seperti ada banyak yang ingin lelaki itu beritahukan."Hai kau yang waktu itu kan? Kita sudah berkenalan." Aiden mengingatnya, ketika menghampiri Luna yang lari pagi dan bertemu dengan Darren. Tapi tak urung Aiden dan Darren tetap berjabat tangan sebagai bentuk sopan santun di
Kai menatap Darren sengit. Sedang Hana menatap Darren dengan ilfeel . Luna sendiri sebagai tujuan Darren mendekati meja mereka hanya dapat diam. Dalam otak Luna mencerna, sejak kapan laki-laki itu ada disini? atau apakah laki-laki itu mendengar apa yang mereka bicarakan?"Ah, teman-teman aku sepertinya memang perlu bicara dengan Darren." Luna akhirnya membuka mulut mencairkan suasana mencekam yang teman-temannya ciptakan. "Kau yakin hal seperti itu masih harus dibicarakan?" tanya Hana dengan nada acuh tak acuhnya. "Lagipula kau juga sudah bersuami," sahut Kai yang membuat Luna menahan napas. Kenapa Kai semudah itu membeberkan status perkawinannya. Luna perlu mengatakan ini secara langsung dan dari mulutnya sendiri pada Darren. Namun kalau dipikir-pikir apa gunanya juga? Toh mereka ini sudah mantan. Luna segera beranjak dari duduknya dan mengajak Darren untuk menjauh dari meja teman-temannya. Keduanya pun memilih meja di ujung ruangan yang tidak begitu terlihat. "Jadi?" tanya Luna
Luna menghembuskan napasnya. Energinya habis selesai berbincang dengan Darren. Malam ini ia mengatakan pada Aiden akan pulang bersama teman-temannya. Aiden tidak perlu menjemput. Memang benar, Hana dan Kai mengantarnya sampai Apartemen. Tapi kemudian perempuan itu berjalan gontai menjauhi Apartemen. Luna memerlukan waktu sendiri dulu untuk kembali cerita dihadapan Aiden nanti.Jadi langkah Luna berjalan menuju sungai yang tidak jauh dari Apartemen. Suasanannya memang tidak seramai biasanya, dan memang ini yang Luna perlukan.Perempuan itu lantas melepas heels yang terpasang dikaki sejak jam 7 pagi. Ia lelah, tentu saja kakinya bahkan sampai gemeteran terlalu lama mengenakan heels. Namun daripada itu, batin Luna lebih lelah.Hidupnya sekarang memang berbeda drastis dari sebelumnya. Apa yang Luna impikan terwujud, bekerja di Perusahaan bergengsi, memiliki keluarga besar yang terpandang, menikahi laki-laki tampan dan kaya raya yang penuh kasih sayang, meski semua itu palsu.Ada perasaan
"Dia mafia di Spanyol. Sekali itu disebut hutang, selamanya akan menjadi hutang."Dari sini Luna mulai menyesali keputusannya. Ia sudah salah bersedia menjadi pengantin pengganti. Posisinya tidak lagi aman dan semakin sulit."Jika dia tahu aku membayar untuk hutang Harris Devaux, tanpa bercerita apa alasannya semuanya akan terungkap. Bahkan jati dirimu sebagai istri Aiden Ellworth." Arthur menambahkan.Luna tidak bisa lagi menjawab. Ia hanya mengatupkan bibirnya rapat. Tidak tahu lagi apakah ia masih diperlukan disini atau tidak. Yang pasti ia sudah pasrah jika kembali ke kehidupannya yang lama."Dan jika Aiden tahu semua sandiwara ini, keluarga Wilson yang akan hancur."Luna meneguk ludahnya. Bahkan kali ini kepalanya hanya menunduk tidak berani untuk menatap Arthur.******Aiden melirik Luna yang ada di kursi penumpang dengan tatapan kosong ke jalanan. Jika ketika tadi berangkat dan tiba di rumah Luna tampak senang dengan wajah berseri. Kali ini istrinya itu hanya diam dan murung. S