Keesokan hari nya...
"Jadi ini kediamana keluarga Gavin? Hmm ternyata rumor di luar sana yang mengatakan kalau keluarga Gavin adalah keluarga yang sangat kaya raya ternyata benar. Hampir saja aku kira aku masuk kawasan istana alias kerajaan zaman dulu." Gumam Gwen dalam hati saat dirinya dalam perjalanan ke kediaman Aiden.
Mata Gwen tidak terus bergerak ke kiri dan ke kanan, melihat setiap tempat yang ia lalui. Dan semua tempat yang dia lalui tidak ada yang bentuk nya yang standart atau biasa-biasa saja. Semua nya benar-benar WOW. Dari sini saja sudah jelas kalau keluarga Gavin bukan lah keluarga biasa. Mereka berada di atas nya orang kaya.
Gwen membayangkan, kalau orang kaya memiliki harta setinggi badannya maka kekayaan keluarga Gavin tiga kali tinggi badan nya. "Hmmm.. Sekarang aku mengerti mengapa Angela dan Ibu nya sangat ingin menjadi nyonya Besar di keluarga Gavin. Dengan menjadi nyonya Besar di keluarga Gavin, mereka hanya perlu goyang-goyang kaki selama tujuh turunan." Oceh Gwen.
Mata Gwen kembali melihat ke kiri dan kanan nya.
"Mereka pasti para anggota keluarga Gavin yang perempuan. Aku tebak kalau bukan anak atau cucu keluarga ini, mereka pasti adalah menantu keluarga ini. Gila! Itu gelang atau tali kapal? Gede amat ! Kalau gini sih FIX! Jangan kan tujuh turunan, tujuh tanjakan, plus tujuh belokan juga gak akan habis-habis harta keluarga Gavin.I Seru Gwen.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Aiden, Gwen memang disajikan banyak hal yang dapat membuatnya sadar kalau keluarga Gavin ini adalah keluarga yang kaya raya. Mulai dari setiap kediaman masing-masing keluarga Gavin, hingga perhiasan emas yang di pakai para wanita di kediaman ini. Semua nya benar-benar membawa Gwen ke satu kesimpulan, keluarga Gavin kaya nya setara Raja.
KIni mata nya Gwen menatap sebuah gerbang yang sangat tinggi yang di balik gerbang itu terlihat sebuah bangunan yang sangat besar dan indah yang di cat dengan warna kuning gold yang mendominasi. Barulah setelah nya ada beberapa bagian yang dicat warna coklat tua, tapi ya gak tua-tua banget! sekitaran umur 40-45 lah, hehehe. Otak Gwen memang sering sengklek seperti ini. Terkadang saat dia menggambarkan sesuatu, hanya dia dan Tuhan lah yang tahu maksud nya apa.
"Ayo Gwen masuk. Aiden pasti ada di dalam." Ujar Danieta.
Ya!! Benar! Ternyata sedari tadi yang menemani Gwen menuju ke kediaman Aiden adalah Danieta, siluman ular-ups salah-bibi nya Aiden.
Entah karena Danieta sedang berbaik hati atau memang dia sedang gabut saja, dia saat ini menyempatkan diri nya untuk mengantar Gwen ke kediaman Aiden.
"Buka gerbang nya." Perintah Danieta pada penjaga gerbang kediamana Aiden.
Si penjaga gerbang terlihat ragu-ragu sebab dia sudah di instruksikan oleh asisten pribadi Aiden yang bernama Rery untuk tidak membiarkan siapapun masuk hingga hari pernikahan tiba.
Nah hari ini bukanlah hari pernikahan. Hari pernikahan masih besok pagi. Tapi hari ini tiba-tiba saja nyonya Danieta datang dan memerintahkan supaya gerbang itu di buka. Si penjaga jadi bingung harus berbuat apa. Karena apapun yang dia perbuat, tantangan nya tetap adalah di pecat.
Jika dia tetap menutup pintu gerbang itu maka dia akan di pecat oleh nyonya Danieta. Jika dia membukakan pintu gerbang itu maka dia akan di pecat oleh tuan Muda Aiden. Sungguh dua pilihan yang bukan lagi sulit tapi tidak bisa dipilih.
"Kau akan tetap terus diam begitu? Mau aku pecat?!" Bentak Danieta dengan wajah amat marah pada si penjaga yang sedari tadi malah bengong.
"Seharusnya dalam peraturan yang diberikan oleh tuan Rery, ada sedikit saja SOP dalam menghadapi situasi ini." Ucap si penjaga galau dalalam hati.
Di tengah kegalauan nya yang hakiki itu, untung saja Rery datang. Karena hanya Rery lah yang bisa menghadapi situasi seperti ini. Hal ini karena, tidak ada satu pun anggota keluarga Gavin yang bisa memecat Rery kecuali Aiden sendiri.
"Nyonya Danieta? Tumben sekali nyonya datang berkunjung ke gubuk kami. Angin apa kira-kira yang membawa nyonya bersusah payah ke tempat ini?" Ujar Rery dari dalam pagar.
"Hentikan basa basi mu Rery, dan cepat buka gerbang ini! Kaki ku sudah terlalu lelah berdiri disini." Bentak Danieta lagi.
"Mohon maaf nyonya, tapi instruksi dari tuan Aiden sangat jelas. Beliau tidak mau bertemu siapapun sebelum hari pernikahan." Jawab Rery tetap woles.
"Aku ini bibi nya Aiden! Aku ini bukan orang lain! Cepat buka gerbang ini." Bentak nya sekali lagi.
"WOKE! ini sudah empat kali dia menarik urat leher nya, untuk memerintahkan supaya pintu gerbang ini di buka. Dua ke penjaga gerbang. Dan dua ke pria ini. FIX! Hubungan wanita ini dan Aiden pasti tidak lah baik."
Dalam diam nya, Gwen terus menganalisis segala yang dilihatnya. Dari bagaimana cara Danieta berbicara, Gwen dapat simpulkan kalau Danieta adalah pribadi yang bossy, arrogant, dan paling tidak suka apa yang dia perintahkan tidak dikerjakan. Wanita ini juga tidak sabaran dan tempramental.
"Selamat lah kau Angela!! Semoga kau dan ibu mertua mu ini bisa akur dan hidup bahagia bersama selama nya." Gwen menunduk agar tawa bahagia nya tidak terlihat oleh siapapun.
"Akhirnya ada juga hal yang memacu adrenalin dalam hidupnya Angela. Aku kira dia akan hidup sebagai putri raja sepanjang kisah hidup nya?" Gwen kembali tertawa kecil. "Tapi akhirnya Tuhan ingat, dalam semua kisah putri di negeri dongeng selalu saja ada peri jahatnya. Dan siapa sangka, peri jahat untuk Angela adalah ibu mertua nya sendiri.” Gelak Gwen dalam hati.
Sebagai pihak yang selalu tertidas di rumah kediaman keluarga Meteo, tidak salahkan kalau Gwen ingin melihat sekali saja, Tuhan itu adil. Jangan dia terus dong yang menjadi pihak yang ditindas.
"Tunggu dulu!" Tiba-tiba Gwen merasa ada mengganjal dalam pikirannya.
"Kalau Angela adalah peri jahat yang sedang menyamar sebagai peri baik. Lalu dia dipertemukan dengan seorang ibu mertua yang kejam. Apa benar Angela yang akan kalah? Bagaimana kalau ibu mertua nya yang akan tremor menghadapi Angela? Atau bagiaman kalau dua-dua nya tremor?" Ucap Gwen dalam hati lalu tertawa lagi membayang Angela dan wanita yang sedang marah-marah di depan nya itu tremor karena ulah lawan mereka masing-masing.
"Jangan tertawa saja Gwen!! itu kan kalau dua-dua nya saling berlawanan. Nah bagaimana kalau peri munafik dan ibu mertua kejam ternyata tidak saling menyerang? bagaimana kalau mereka membuat sebuah aliansi alias mereka bekerja sama? Selamat Gwen!! Kalau sampai itu yang terjadi maka satu-satu nya orang yang akan tremor disini adalah dirimu."
Gwen pun seketika itu berhenti tertawa. Penderitaan hidup seorang Cinderella yang digabungkan dengan penderitaan hidup nya seorang Snow White pun pasti masih akan kalah dengan penderitaan yang akan Gwen rasakan kalau sampai dua devil berjenis kelamin wanita ini berkoalisi.
"Waduh! Bisa runyam hidup ku!" Seru nya tiba-tiba dan langsung mengangkat kepalanya karena di saat bersamaan pintu gerbang besar itu di buka.
"Kau akan aku laporkan ke ayah! Kau akan dipecat Rery!!" Ujar Danieta dengan wajah memerah karena marah.
"Silahkan saja nyonya Danieta." Jawab Rery sambil tersenyum.
"Ayo Gwen." Ajak Danieta pada Gwen, menabrak tubuh Rery sambil membuka gerbang kediamana Aiden dengan kedua tangannya.
Gwen pun mengikuti Danieta dari belakang. Gwen bahkan tidak menoleh sedikit pun pada Rery. Dalam pikiran Gwen, sebaiknya dia tidak perlu buru-buru melihatkan warna aslinya. Dia harus menganalisa setiap orang-orang yang berpengaruh dalam keluarga Gavin ini terlebih dahulu. Baru dia bisa memutuskan dia akan berdiri di kubu siapa.
Hidup selama ini cukup mengajarkannya dengan baik bahwa tidak selalu menjadi orang baik itu baik. Ada kalanya hidup itu harus memiliki taktik. Dan itu lah yang akan Gwen lakukan setelah masuk ke dalam keluarga Gavin. Dia akan menyusun taktik agar dia bisa hidup senang dengan hati tenang.
Terhindar dari drama sabun nya si peri munafik dan juga target kekesalan si mertua jahat.
"Ngomong-ngomong masalah ibu mertua? Kira-kira ibu mertua ku seperti apa ya?" Gwen tiba-tiba teringat dengan ibu mertuanya. Gwen tidak tahu kalau kedua orang tua Aiden sudah meninggal dunia. Adapun yang akan bertindak sebagai ibu mertua Gwen nantinya adalah Bridgette, bibi nya Aiden yang selama ini menjaga Aiden.
"Cepat antarkan nona Gwen ke kamar tuan Muda Aiden." Perintah Danieta begitu mereka sudah masuk ke dalam ruang tamu kediaman Aiden.
"Tuan Muda Aiden berpesan, tidak ada yang boleh masuk ke kamar nya nyonya Danieta. Karena tuan Muda Aiden sedang beristirahat. Jadi saya akan mengantarkan nona Gwen ke kamar tamu saja." Jawab Rery.
Mata Danieta kini meyipit karena tatapan penuh curiga nya ke Rery. Danieta selalu mendapatkan laporan dari mata-mata nya yang dia susupkan ke dalam kediaman Aiden bahwa Aiden kerap mengurung diri berhari-hari di dalam kamar sendirian.
Bahkan pernah suatu ketika, makanan yang diantar ke kamar Aiden tidak rusak sama sekali. Dan itu terjadi beberapa hari. Itu artinya selama beberapa hari itu, Aiden sama sekali tidak makan apapun.
Tentu saja hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar dalam benak setiap orang di mansion ini. Kalau makanan ini tidak ada yang menyentuh nya, lantas bagaimana bisa ketika Aiden keluar dari kamarnya dia masih terlihat segar bugar. Sedikit pun tidak terlihat seperti orang yang busung lapar karena tidak makan berhari-hari.
"Ternyata laporan dari mata-mata ku benar adanya. Tingkah laku Aiden ini sangat mencurigakan." Danieta pun menjadi semakin curiga. "Aku akan memastikan nya sendiri saat ini juga! Jangan sampai aku tertipu oleh bocah lumpuh itu tepat di bawah hidung ku!"
Danieta pun berdiri dan tanpa pemberitahuan sebelumnya Danieta berjalan menuju ke kamar nya Aiden.
"Nyonya Danieta! Apa yang kau lakukan?" Seru Rery yang langsung mengejar Danieta.
"Wah! Apa lagi ini?" Gumam Gwen yang masih setiap duduk di sofa besar itu.
"Aku? Aku ingin bertemu dengan keponakan ku! Kau tidak berhak melarang ku! Aku ini adalah adik ayah nya! Itu artinya, aku ini adalah bibi nya!!!" Danieta langsung menolak Rery yang memblokade jalannya ke samping.
"Hei! Anda tidak boleh ke kamar nya tuan Muda Aiden! Dia baru saja beristirahat!" Cegah Rery yang kini langsung berdiri di depan pintu kamar Aiden sambil merentangkan tangannya.
Bagiamana pun cara nya, Rery harus bisa mencegah Danieta untuk sampai ke kamar Aiden. Jangan kan masuk ke dalam kamar itu, memegang handle pintu itu pun jangan sampai. Karena kalau sampai Danieta tahu kamar Aiden terkunci dia pasti akan menggedor-gedor kamar itu seperti orang gila. Suasana pun pasti akan heboh dan berujung dengan membuka paksa pintu kamar Aiden.
"Tidak!! Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Kalau sampai dia masuk paksa ke kamar tuan Muda dan tidak menemukan tuan Muda di dalam kamar itu bisa bahaya!! Tuan Muda kan baru saja di operasi! Dia pasti belum kembali!!" Seru Rery dalam hati.
"Cepat minggir kata ku Rery!!!!" Teriak Danieta dengan sangat kencang sampai-sampai menggema ke seluruh ruangan.
"Nyonya Danieta! Anda tidak bisa berbuat seenaknya seperti ini dikediaman tuan Muda Aiden. Disini bukan kediaman anda yang bisa mau terobos seenaknya." Rery sekuat tenaga nya menghalagi Danieta di depan pintu kamar Aiden. "Minggir kau Rery!" Danieta mendorong Rery ke samping hingga tersungkur ke lantai. Gwen yang melihat hal tersebut reflek menolong Rery. "Anda tidak apa-apa?" tanya Gwen masih menggunakan bahasa yang formal karena ini adalah pertama kali nya dia bertemu dengan Rery. Rery berdiri dengan bantuan Gwen namun Rery tidak menggubris perkataan Gwen. Karena ada hal yang lebih urgent yang harus dia lakukan yaitu menghalangi bibi nya Aiden masuk ke kamar Aiden "Di kunci?" seru Danieta dalam hati. "Untuk apa seorang lumpuh mengunci diri di dalam kamar? Sungguh mencurigakan!" Danieta pun langsung menggedor keras pintu kamar Aiden. "Nyonya Danieta! Anda sungguh keterlaluan." Seru Rery marah. "Saya akan memanggil pelayan untuk mengantar anda pulang ke kediaman anda." Rery menar
"Aku akan keluar tapi Gwen akan tetap di kamar ini. Karena mulai malam ini dan malam-malam seterusnya, Aiden dan Gwen akan satu kamar." Ujar Danieta dengan santai sambil berjalan berlalu yang meninggalkan Gwen yang sejak Danieta mengatakan bahwa dirinya akan satu kamar dengan Aiden sudah menoleh pada Danieta dengan mata yang hampir copot. And then, Danieta hanya melewati nya begitu saja? Apa perlu mata Gwen copot beneran dulu baru Danieta akan berhenti."Ini tidak boleh dibiarkan!" Gwen pun berlari mengejar Danieta yang sudah sampai di luar kamar Aiden."Bibi Danieta- Tunggu aku!" Panggil Gwen sambil berlari.Gwen tahu kalau di dalam rumah ini pasti tidak boleh berteriak apalagi berteriak sambil berlari. Tapi mau bagaimana lagi? Dia berteriak sekarang atau dia yang diteriaki Aiden saat bangun nanti.Sebuah pilihan yang sama- sama tidak menguntungkan diri nya.Danieta yang mendengar teriakan Gwen tersenyum tipis,"ternyata benar yang dikatakan oleh Angela, kalau adik tiri nya in
Gwen sadar kalau Aiden mengejarnya, dia pun mempercepat jalan nya.Dan BaaaaaaaaaaaM!!! Gwen menutup kencang pintu kamar Aiden."Gwen!! Keluar!" Aiden menggedor pintu kamarnya. "Cepat keluar dari kamar ku!!" teriak Aiden."Tuan Muda, apa perlu kita dobrak?" tanya Rery."Tidak! Jangan di dobrak! Aku suka ukiran pintu ini! Kita paksa saja wanita gila itu keluar dari kamar ku." jawab Aiden."Lalu bagaimana?" tanya Rery."Coba kau bujuk atau coba kau bernegosiasi dengan nya. Yang terpenting dia segera membukkan pintu kamar ini. Aku tidak tenang dia berada lama-lama di dalam kamar ku. Bagaimana kalau dia menyentuh sesuatu di rak buku ku?" Bisik Aiden.Rery pun mengangguk. Dia paham kekhawatiran tuan Muda nya."Nona Gwen, tolong buka pintu nya. Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik." Ujar Rery."Cih! Bisa kita bicarakan baik-baik? Apa kalian kira aku ini anak kecil yang bisa kalian tipu?" seru Gwen dalam hati. "Aku yakin setelah aku keluar kalian pasti akan menendang ku hingga keluar paga
"Kau kenapa sayang?" Theodor mengelus pipi Angela yang berkeringat setelah olahraga siang mereka di kamar sebuah hotel di tengah kota Jakarta.Ya, hari itu, untuk kesekian kali nya Theodor dan Angela main kuda-kudaan bersama. Theodor dan Angela memang bukan baru berhubungan saat pertunangan Angela dan Aiden berakhir. Tapi jauh sebelum ini Angela dan Theodor sudah memiliki affair.Awal pertemuan mereka adalah saat pesta dansa yang diakan oleh keluarga Gavin. Angela yang seharusnya berdansa dengan Aiden terpaksa berdansa dengan Theodor karena Aiden tidak ingin berdansa dengan Angela.Alasan Aiden sebenarnya simple saja, dia bukan nya tidak ingin berdansa dengan Angela, tapi dia merasa risih jika disentuh oleh Angela. Andaikan Angela bisa berdansa tanpa menyentuh nya maka Aiden pasti tidak akan menolak.Angela tentu saja sudah tahu penyakit yang diderita oleh tunangan nya itu. Angela berusaha untuk bertahan dengan semua itu.Tidak pernah dipegang oleh Aiden selama bertahun-tahun mereka b
"Tuan Muda," ucap Rery saat menutup pintu kamar Aiden setelah Gwen menyuruhnya untuk masuk ke kamar Aiden."Sreeet..." pintu kamar itu pun tertutup."Kapan kau kembali? Lalu kaki mu bagaimana?" Lanjut Rery bertanya dengan suara kecil sambil mengintip ke luar kamar untuk memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka."Aku kembali sejam yang lalu. Begitu aku masuk kamar, aku mendengar suara gaduh-gaduh dari luar. Eagle Lou yang mengantarkan ku sampai ke dalam kamar setelah itu dia langsung pergi." Jawab Aiden."Dan ini," ujar Aiden sambil menepuk kedua paha nya, "sudah bisa aku gunakan kembali. Namun aku masih butuh waktu untuk penyesuain pasca operasi. Paling tidak aku masih butuh waktu untuk latihan beberapa hari lagi, sebelum akhirnya aku bisa berjalan seperti semula." Ujar Aiden."Aku senang mendengarnya tuan Muda Aiden. Apakah kabar bahagia ini tidak akan kau beritahukan pada nyonya Bridgette? pasti Nyonya Bridgette akan senang jika dia tahu kau bisa berjalan kemb
"Kau- !" "Bukankah yang aku katakan benar? Hanya orang yang tidak selesai sekolah nya yang tidak paham makna kata." Ucap Aiden dengan wajah cool nya yang menyebalkan di mata Gwen. Tuan Muda satu ini memang suka sekali bicara pedas tapi di balut dalam sebuah perumpamaan. Sehingga selain dapat mengakibatkan hati orang yang mendengarkan nya sakit, juga bisa membuat orang berpikir berkali - kali untuk paham maksud nya. Ya, itu memang sudah menjadi ciri khas nya. Lalu mendadak kening Aiden berkerut dan mulut nya kembali berujar," setelah aku pikir-pikir, sepertinya tidak hanya orang yang tidak bersekolah saja yang tidak memahami makna kata, orang yang pergi ke sekolah pun bisa tidak memahami makna kata jika hanya raga nya saja yang bersekolah sementara otak nya mereka tinggalkan di rumah. Nah nona Gwen termasuk golongan yang mana? Golongan yang tidak ke sekolah atau golongan yang bersekolah?" Sindirnya halus tapi tajam terasa di hati Gwen. "Dasar pria menyebalkan!" Ucap Gwen geram di
Ku lihat dia pergi setelah mengatakan sesuatu dengan nada sombong nya."Terserah kalian saja." Kira-kira seperti itulah dia berujar sebelum dia pergi meninggalkan ruangan ini.Dalam benak ku hanya ada satu hal tentang nya yakni, dia adalah gadis yang tidak ada aturan sama sekali. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana hidup ku ke depan nya jika aku harus hidup dengan orang seperti dia. Bisa- bisa dalam satu bulan aku bisa gila. Tapi walaupun demikian, jujur saja sebenarnya aku cukup penasaran dengan rubah kecil ini. Itu lah mengapa walaupun tidak melihat ke arah nya saat dia pergi, dari sudut mata ku, aku tetap mengawasi semua gerak gerik nya.ya, paling tidak aku tidak boleh terkecoh dengan wajah nya yang cantik dan manis, bisa saja dia benar-benar adalah siluman rubah betina yang datang untuk membuat ku tertendang keluar dari keluarga Gavin. Untuk memastikan semua itu, aku harus bisa mencari tahu apa motif nya yang sebenarnya menerima pernikahan inKini dia sudah tidak terlihat lagi dar
"Aku sudah selesai. Ayo kita pergi." Ujar Gwen dengan santai tanpa tahu apa yang telah terjadi. Sedangkan Aiden yang memang sudah melihat Gwen datang dari jarak yang cukup jauh tadi langsung mengambil handphone nya dan pura-pura sibuk dengan handphone nya."Aku tidak boleh terlihat aneh di mata nya. Bisa-bisa dia curiga." Ujar Aiden dalam hati. Aiden berusaha tenang. Karena hanya dengan hal itu Aiden dapat membuat semua dalam kendali nya."Oh, ya.. Kau sudah siap nona Gwen? Kalau begitu, ayo!" Ajak Rery yang kemudian bangkit dari tempat duduk nya. "Nah sebelum kita pergi ke rumah utama, ada hal penting yang harus aku tekan kan pada kalian berdua. Hal ini untuk kebaikan kalian berdua.""Hal apa yang ingin kau katakan, lekas katakan saja." Ujar Gwen yang tidak terlalu suka bertele-tele."Aku ingin, walaun pun se TOM and JER apapun kalian berdua asli nya, di depan anggota keluarga Gavin dan anggota keluarga Meteo, aku ingin kalian kelihatan serasi dan harmonis. Kalau perlu romantis. Pame
Sementara di kamar, Axeira yang sedang berbaring di tempat tidurnya, bingung setelah mendapatkan panggilan absurd dari Asher barusan."Ni anak ngomong apaan sih? Gak jelas banget!! Nanya sendiri lalu jawab sendiri..!"Axeira melemparkan hpnya kesebelahnya.Tiba-tiba terdengar satu notif Wa masuk di hape Axeira.DRrrtz...(Asher #) Tadi Mama nanyain kamu. Aku bilang ke Mama, kamu mendadak pergi setelah mendapat telpon dari temanmu.Axeira bingung membaca pesan dari Asher, "Lah, bukannya tadi aku bilang mau matiin kompor. Kok dia ngasih alasan lain ya?"Axeira lalu mengetik beberapa kata di Hp ny.(Axeira#) Kenapa kamu berbohong pada Mama?Tidak lama kemudian..DRrrtz.....(Asher#) So, aku mesti bilang kalau kamu pergi untuk matiin kompor??🙄Belum sempat Axeira membalas pesan ter
Deg.."Mati gue.. " Gumam Axeira dalam hati.“Dia ngenalin gue gak ya?"Axeira hanya diam tanpa mengulurkan tangan, padahal Asher sudah dari tadi mengulurkan tangannya."Ni cewek kenapa..?? Syok dia melihat ketampanan gue?? " Pikir Asher dalam hati.Karna capek terlalu lama tangannya menggantung, Asher langsung berinisiatif mengambil tangan Axeira. "Gue Asher!" ucap Asher setelah meraih tangan Axeira.Deg.. deg... seeeeer.... tiba-tiba jiwa Axeira yang tadi terbang entah kemana mendadak ditarik kembali secara paksa ke tubuh Axeira ketika Asher menarik tangannya untuk bersalaman."Aku Axeira.. " Jawab Axeira singkat dan segera melepaskan tangannya. Axeira yang takut ketahuan oleh Asher mengenai jati dirinya, mulai menundukan kepalanya."Kalian gabung aja makan sama kita di sini. " Ajak Becca ke Gwen sesuai
Axeira segera menyelesaikan mandinya. Begitu keluar kamar mandi, dia pun segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya."Kok Mama malah milihin dress sich?? Bukan nya celana jean dan baju kaos..!" Tatap Axeira pada dress itu."Bodo amat ah!! Sesekali nyenangin hati Mama apa salah nya!" Axeira pun mengambil dress yang disiapin oleh Mamanya. Namun ketika dress itu diraih oleh Axeira, tiba-tiba sebuah kalung dengan Liontin Safir terjatuh.Axeira mengambil liontin itu.. "Bram.. " Gumam nya.Digenggamnya liontin itu beberapa saat Axeira tenggelam dalam kenangan masa lalunya ketika dia berada di Paris.Dibukanya lagi telapak tangannya dan dilihatnya kembali liotin itu. "Apakah kamu baik-baik saja di sana Bram?” Gumamnya pelan.Kemudian Axeira berjalan ke meja hiasnya. Dia berniat untuk menyimpan kembali kalung dan liontin itu. Namun ti
Axeira pulang dengan lesu malam itu karena dia sangat sibuk dengan persiapan perlombaan ditempat magangnya.Axeira harus bolak balik mengecek detail hasil rancangannya sewaktu diproduksi. Walaupun dia gak berniat serius mengikuti perlombaan ini tapi Axeira bukanlah orang yang separuh-separuh dalam melakukan sesuatu. Jadi untuk produksi hasil rancangannya dia gak mau ada kesalahan sedikit pun.Sebenarnya Axeira sudah lulus kuliah tahun lalu di Paris mengambil jurusan design pakaian. Tapi karena usaha sang Papa bergerak dibidang permata maka Axeira memutuskan untuk mengulang kuliah di Singapura dan ambil jurusan design perhiasan.Hari sudah menunjukan pukul 8.30 ketika dia pulang."Dek... kok malam kali pulangnya?" Sapa Gwen pada putri nya yang menarik kursi di meja makan."Minggu depan tu, ada perlombaan di tempat adek magang, Ma. Jadi adek kudu mastiin kalau produk yang akan adek
"Asher kontrak yang gue serahin dua minggu lalu untuk ditanda tangan, mana? Besok mau gue bawa ke Surabaya!" Tanya Joshua, hanya menjulurkan kepalanya di pintu ruangan Asher."Waah nich anak emang kagak ada akhlaknya! Minus etika emang ni orang! Ngomong ama bos kayak mesan kopi di warung kaki lima!!" Asher melemparkan bola karet yang selalu ada di meja nya ke arah Joshua."Curut.. masuk lo.. ""Elo ya, kagak pernah ada sopan-sopannya!" celetuk Asher pada Joshua."Gimana kalau ada orang lihat, bisa jatuh martabak eh martabat gue!!!""Tenaang Sher gue udah pastiin, kagak ada orang di luar. Si Tia juga udah pergi istirahat makan siang. Lagian ini kan jam istirahat siang. Lo aja yang masih betah kerja kaya kuda...! " Joshua melangkah ke arah meja Asher."Terus dokumen untuk ke Surabaya besok mana?" Joshua mengulurkan tangannya.
Setelah menenangkan hati dan pikirannya akhirnya Ivan dapat kembali normal."Jadi lo mau pesan apa? ""Buatin gue gaun putri Jasmine donk? Cos minggu depan akan ada fashion show ala-ala Arabian night di tempat gue magang dan gue juga ingin lo yang make up in gue. Tapiii gue inginnya tampilan wajah gue tetap seperti ini." Jelas Axeira panjang kali lebar pada Ivan."Gue gak paham" Sahut Ivan singkat."Gini loh!!Gue mau, lo nyulap gue tetap cantik dengan gaun yang lo buat tapi muka dan poni gue jangan lo apa-apain!!!!""Ye.. mana bisa!!” jawab ivan ketus sambil melempar bantal ke Axeira." Secara ya non...!! segala ketidaksimetrisan dipenampilan lo saat ini berakar dari kaca mata dan poni si Anabelle ini...!!” Rutuk Ivan sambil nunjuk-nunjuk kacamata dan poni Axeira."Pokonya gue gak mau wajah dan tatanan rambut gue di ubah!" Per
Siang ini topik mengenai perlombaan itu masih kencang terdengar dikalangan pegawai perusahan Keanu. Ada yang sibuk cari kandidat. Ada yang sibuk pilih costume Arabian night. Bahkan ada yang sibuk rumpi seperti Lianda Cs."Kayaknya.. saingan kita gak akan banyak nich.. " Ujar Lianda sekretaris wakil Direktur."Yakin amat lo,!" Ujah Tia sekretaris Direktur."Iya nich..!" Timpal Maria staff marketing."Kalau soal desaign mendesign, gue yakin kita semua bisa karena kan background kita semua adalah designer. Tapi kalau soal fashion show gue yakin gak semua pegawai cewek di perusahaan ini bisa karena gak semua nya kayak kita. " Jelas Lianda sambil tertawa."Lagian, kalau gue gak salah ada dua divisi yang bakalan gak akan ikut serta dalam perlombaan ini." Sambung nya"Dua?" Tanya Tia."Iya.. dua! Divisi produksi dan divisi design. Kan beru
Keadaan cafetaria sangat riuh siang itu. Hal ini karena pengumuman tentang lomba design dan fashion show yang akan digelar pada anniversary perusahaan minggu depan."Tahun ini beda ya...? " Ujar salah seorang pegawai wanita bagian Marketing kepada teman yang sedang mengantri makan siang mereka."Iya!!Seperti ada nuansa-nuansa pencarian jodoh ala pangeran di negri dongeng." Jawab teman si wanita sambil memilih menu makan siangnya."Benar!Sudahlah hadiah utama nya perhiasaan yang kita design dan bonus satu bulan gaji tapi yang bikin gegeeer itu, hadiah bonusnya !!!!dinner dengan pak Asher...!! membayangkan makan malam romantis berdua dengan direktur Keanu Fashion Company... " Pikiran kedua wanita itu terbang menembus alam khayal nya masing-masing.Kericuhan mengenai lomba design dan fashion show tidak hanya terjadi dalam antrian makan siang hari itu. Perbincangan mengenai perlombaan design dan fashion
"Kenapa sayang...??! Apakah masa magang mu sudah habis? Atau jangan-jangan perusahaan ini sudah mengeluarkan mu.. ??!" Ny. Maximo yang notabene adalah aunty nya Axeira langsung menerima lakon yang diberikan oleh ponakannya. ia langsung melihat ke arah Asher. Melalui sorot mata nya dia meminta Asher menjelaskan situasi ini padanya."Sepertinya semua yang terjadi hingga pagi ini adalah murni kesalahpahaman. Jadi saya rasa nona Aira tidak perlu berhenti magang di perusahaan ini, benerkan pak Joshua?" Tanya Asher penuh penekanan pada setiap katanya."Bener sekali pak. Nona Aira kamu bisa kembali keruangan mu dan melanjutkan kerjaan mu." Ucap Joshua pada Aira"Tapi bagaimana dengan ini pak?? " Tunjuk Aira pada surat pemberhentian yang diberikan oleh Joshua tadi pagi sambil melihat penuh kemenangan ke Asher."Ini...!! Biar saya yang buang.. !!!" Asher segera merebut surat itu dari tangan Axei