"Aku akan keluar tapi Gwen akan tetap di kamar ini. Karena mulai malam ini dan malam-malam seterusnya, Aiden dan Gwen akan satu kamar." Ujar Danieta dengan santai sambil berjalan berlalu yang meninggalkan Gwen yang sejak Danieta mengatakan bahwa dirinya akan satu kamar dengan Aiden sudah menoleh pada Danieta dengan mata yang hampir copot. And then, Danieta hanya melewati nya begitu saja? Apa perlu mata Gwen copot beneran dulu baru Danieta akan berhenti.
"Ini tidak boleh dibiarkan!" Gwen pun berlari mengejar Danieta yang sudah sampai di luar kamar Aiden.
"Bibi Danieta- Tunggu aku!" Panggil Gwen sambil berlari.
Gwen tahu kalau di dalam rumah ini pasti tidak boleh berteriak apalagi berteriak sambil berlari. Tapi mau bagaimana lagi? Dia berteriak sekarang atau dia yang diteriaki Aiden saat bangun nanti.
Sebuah pilihan yang sama- sama tidak menguntungkan diri nya.
Danieta yang mendengar teriakan Gwen tersenyum tipis,"ternyata benar yang dikatakan oleh Angela, kalau adik tiri nya ini adalah wanita yang tidak berpendidikan walau telah di sekolah kan oleh tuan besar Meteo. Ini benar-benar sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aiden cacat dan istri Aiden pembuat onar. Harapan Aiden untuk mendapatkan semua yang pernah dia miliki hanya akan tinggal angan-angan." Cetus Danieta dalam hati.
Danieta pun menoleh ke belakang. Tapi tentu saja ekspresi wajah bahagianya tadi telah ia rubah. Kini dia melihat Gwen dengan tatapan terkejut yang di kombinasikan dengan tatapan marah.
"Apa yang kau lakukan Gwen ? Apa kau tidak tahu di dalam kediaman keluarga Gavin, wanita keluarga Gavin di larang berlari! Mereka juga dilarang berteriak! Dan kau melanggar kedua nya! Kau berlari sambil berteriak!" Sentak Danieta dengan mata yang melotot seolah siap untuk menelan Gwen hidup-hidup.
"Bagus! Aku langsung mendapatkan bentakan darinya di hari pertama.!" seru Gwen dalam hati.
Gwen yang tadinya berlari langsung stop saat itu juga lalu tidak lama kemudian Gwen pun berjalan dengan normal. Ya, berjalan normal dengan terpaksa pasti nya, dari pada diri nya di bentak lagi oleh si Danieta Danieta itu.
Lucu saja rasa nya, disaat diri nya masih belum resmi menjadi anggota keluarga ini tapi dia sudah menjadi pemicu amarah calon bibi nya. Gwen tentu saja tidak ingin hal itu terjadi, terlepas dari fakta dia terpaksa menerima pernikahan ini.
Tapi walau pun begitu, bukan berarti Gwen menerima hal itu begitu saja. Sikap nya boleh terlihat lebih jinak dari sebelum nya tadi di dalam hati dia benar- benar mendumel sesuka nya.
"Aku kan belum resmi menjadi wanita keluarga Gavin? Aku rasa sampai resepsi besok, aku masih boleh berlari, berteriak, merangkak , merayap atau pun terbang jika aku memang bisa." Gumam Gwen dalam hati sambil terus berjalan dengan tenang. Prinsip Gwen , hati boleh meledak- ledak tapi wajah harus stay cool.
"Maafkan Gwen, bibi Danieta." Ucap nya begitu dia sampai di depan Danieta.
"Kali ini kau akan aku maafkan Gwen. Tapi tolong tingkah laku mu, kau perhatikan. Ini adalah kediaman keluarga Gavin! Bukan kediaman keluarga Meteo! Jangan kau ikuti semua tingkah kampungan ibu mu yang pembantu itu. Aku tahu nyonya ketiga keluarga Meteo, yakni ibu mu, adalah pembantu yang memanjat ranjang majikan nya!" Ujar Danieta dengan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada Gwen, "tapi aku tetap merekomendasikan diri mu untuk masuk ke dalam keluarga Gavin. Aku yakin, walaupun setetes, darah keluarga Meteo ada di dalam tubuh mu." Sambung nya ketus.
Gwen ingin mengepalkan tangannya agar emosinya yang ada di dalam diri nya tidak meluap keluar. Tapi jika Danieta melihat tangan Gwen mengepal maka Danieta pasti akan tahu jika kata-kata Danieta berhasil memprovokasi Gwen .
"Bertahan Gwen ! Bertahan! Nanti kita keluarkan semua amarah dan kekesalan ini dalam bentuk kentut! Dan biarkan angin yang menyebarkan kombinasi dari nitrogen (N2), hidrogen (H2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan metana ke seluruh kediaman Gavin ini. Biar mereka menghirup bau kentut mu yang berasal dari luapan emosi jiwa mu Gwen!" Ujar Gwen dalam hati.
Setelah menarik dalam pelan, Gwen pun mengatakan, "maaf bibi Danieta, setahu diri ku, calon pengantin baru akan bertemu di hari pernikahan. Tapi tadi mengapa bibi mengatakan kalau aku akan bermalam di kamar tuan Muda Aiden malam ini? Kami kan baru akan menikah besok, bi?"
"Gwen, dengarkan penjelasan ku baik-baik. Pengantin pria dan pengantin wanita dilarang bertemu sebelum hari pernikahan karena takutnya mereka akan melakukan sesuatu "UNHOLY" sesaat sebelum pernikahan. Maka nya mereka di pisah. Sedangkan kau dan Aiden -?" Danieta menggantung kalimatnya dan tertawa kecil sambil tersenyum sinis pada Gwen, "aku jamin tidak akan melakukan apapun. Karena, jangankan untuk menyentuh mu, untuk berdiri saja “barangnya Aiden" belum tentu bisa. Jadi kau tidak perlu khawatir dan tidak perlu terlalu memikirkan ritual pernikahan. Yang akan menjalani ritual pernikahan yang sarat dengan adat istiadat adalah Theodor dan Angela. Bukan kalian. Kalian hanya akan mengikuti ritual pagi di gereja saja besok." Terang Danieta, lalu pergi meninggalkan Gwen .
"Bodohnya aku bertanya hal itu pada nya!" Gwen menarik nafas dan memperhatikan Danieta yang pergi dari depan nya. Bahkan sampai Danieta menghilang dari gerbang kediaman Aiden, Gwen masih melihat nya. Melihat nya dengan seribu mantra kutukan yang Gwen lafalkan di dalam hati.
Setelah Danieta sudah benar-benar tidak terlihat lagi, Gwen dengan perasaan lemas membalikan badan nya. Dan saat dia membalikkan badan nya, sontak Gwen terkejut karena Aiden sudah berada di belakangnya.
"Astaga! Naga!!!" ucapnya latah dadakan saking terkejutnya melihat Aiden yang sedang melihat nya dengan tatapan sombong.
"Sejak kapan dia di belakang ku?" tanya Gwen sambil melihat ke arah Aiden yang sedang duduk di kursi roda dan Rery yang berdiri di belakang Aiden.
"Apa kau nona ketiga keluarga Meteo?" tanya Aiden dengan nada suara dingin plus dengan ekspresi wajah yang juga dingin.
"Benar. Nama ku Gwen ." Jawab Gwen, yang secara reflek malah melihat ke arah "senjatanya" Aiden. Mungkin karena ingin mencari kebenaran dari apa yang dikatakan oleh Danieta tadi maka alam bawah sadar nya Gwen menuntun mata Gwen untuk mencari tahu kebenaran nya.
"Apa yang kau lihat nona Gwen !" Sentak Aiden dengan wajah yang terlihat kesal.
"Apa yang dia lakukan? Apa dia sengaja melihat kaki ku? Cih! ternyata dia sama saja dengan orang-orang di luar sana. Dia pasti sedang mengejek kaki ku yang lumpuh di dalam hati nya. Maka nya dia langsung melihat ke arah kaki ku." Gumam Aiden dalam hati.
Aiden yang tadi nya tidak ingin memasukan Gwen ke dalam daftar orang-orang yang harus dimusuhi nya, karena tatapan Gwen barusan jadi berubah pikiran. Aiden paling tidak suka pada orang yang memandang orang lain dari fisik nya belaka. Memangnya kenapa kalau kaki nya lumpuh? Yang lumpuhkan kaki nya, bukan otaknya. Di luaran sana bahkan banyak orang yang kaki nya baik-baik saja tapi otak nya yang lumpuh. Maka nya mereka sanggup berbuat kejahatan dan tindakan asusila. Karena apa? karena otak mereka telah lumpuh.
Aiden menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya kesal. "Rery, lempar koper nya keluar dari kamar ku! Aku tidak ingin satu kamar dengan nya baik malam ini atau pun malam-malam seterusnya. Biarkan dia tidur di kamar tamu." Perintah Aiden.
Gwen sebenarnya sangat senang dengan perintah yang keluar dari mulutAiden tadi, yang memerintahkan mereka tidur di kamar terpisah. Kalau perlu pisah rumah sekalian.
Tapi permasalahan nya, kalau mereka tidur di kamar terpisah... Ujung-ujungnya Gwen lagi yang akan dimarahi oleh bibi Aiden yang bernama Danieta tadi.
"Tunggu tuan Muda Aiden." Gwen menahan kursi roda Aiden.
"Aku tidak melarang mu untuk bicara nona Gwen, tapi tolong kau jangan menyentuh kursi roda ku." Ucapnya sombong.
Gwen pun langsung melepaskan tangan nya. "Aku lupa dia penderita OCD akut tingkat dewa."
Setelah Gwen melepakan pegangan nya dari kursi roda Aiden, Rery langsung menyemprotkan cairan disinfektan ke bagian kursi roda Aiden yang tadi dipegang oleh Gwen.
Gwen merasa sangat jengkel melihat hal tersebut! Rasanya ingin sekali Gwen menyentuh seluruh tubuh Aiden. Gwen ingin melihat, apa setelah itu Rery akan memandikan Aiden dengan cairan disinfektan tersebut.
Tapi tentu saja hal itu tidak Gwen lakukan. Gwen menatap Aiden sambil mengetuk-ngetukkan jari nya di kedua sisi tubuhnya. Jujur saja saat ini tangan Gwen memang terasa sangat gatal. "Tenang Gwen ! Masa baru bertemu sudah mau gelud! Ayo Gwen tahan!! kau pasti bisa." Gwen menguatkan diri nya sendiri.
"Cepat katakan hal yang ingin kau katakan." Seru Aiden.
"Aku rasa hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Bukan melempar koper orang lain seenaknya."Ujar Gwen sarat sindiran tapi dengan wajah penuh senyuman.
" Aku rasa hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Bukan main masuk ke dalam kamar orang lain, yang jelas-jelas orang di dalam kamar itu sedang tidur." Balas Aiden dengan satu alis nya yang sengaja dia angkat supaya auro kesombongan nya lebih kental terasa.
"Apa dia kira dia Chef Juna? Main angkat-angkat Alis kalau bicara sengak?"
"Paling tidak kita satu pendapat untuk satu hal. Yakni, hal pertama yang harus dilakukan oleh dua orang yang baru saja bertemu adalah berkenalan. Kenalkan nama ku Gwen ." Walaupun rasa nya ingin menelan Aiden, Gwen tetap berusaha bersikap baik. Gwen mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aiden.
Selama Gwen hidup, setahu Gwen kalau berkenalan itu pasti identik dengan berjabat tangan. Tapi sudah hampir satu menit tangan Gwen ngambang di udara, tidak ada tanda-tanda dari Aiden kalau dia akan menyalami tangan Gwen. Aiden malah melipat tangan nya di dada dan memandang ke arah lain.
"Ck!" desis Gwen dalam hati.
Gwen yang sudah kehabisan stok kesabaran langsung mengambil tangan Aiden dan menyalami nya paksa. "Aku ulangi! Nama ku Gwen. Dan kau tidak perlu bersusah payah menyebutkan nama mu. Aku sudah tahu." Ucap Gwen lalu pergi meninggalkan Aiden yang memandang kedua tangan nya dengan mata melotot. Seolah-olah ada banyak kuman di tangan nya saat ini.
"Minum tu disinfektan sekalian, biar bersih luar dalam!" Seru Gwen dalam hati
"Dan ya! Aku akan tetap tinggal di dalam kamar mu! Aku diantar ke kamar mu oleh bibi mu! Kalau kau keberatan maka kau saja yang keluar dari kamar itu." Ujar Gwen lalu melanjutkan langkah kaki nya kamar Aiden.
"What??" seru Aiden yang langsung menoleh ke Gwen .
"Rery! Cepat kejar gadis gila itu!" Aiden langsung memerintahkan Rery untuk mendorong kursi roda nya.
Gwen sadar kalau Aiden mengejarnya, dia pun mempercepat jalan nya.Dan BaaaaaaaaaaaM!!! Gwen menutup kencang pintu kamar Aiden."Gwen!! Keluar!" Aiden menggedor pintu kamarnya. "Cepat keluar dari kamar ku!!" teriak Aiden."Tuan Muda, apa perlu kita dobrak?" tanya Rery."Tidak! Jangan di dobrak! Aku suka ukiran pintu ini! Kita paksa saja wanita gila itu keluar dari kamar ku." jawab Aiden."Lalu bagaimana?" tanya Rery."Coba kau bujuk atau coba kau bernegosiasi dengan nya. Yang terpenting dia segera membukkan pintu kamar ini. Aku tidak tenang dia berada lama-lama di dalam kamar ku. Bagaimana kalau dia menyentuh sesuatu di rak buku ku?" Bisik Aiden.Rery pun mengangguk. Dia paham kekhawatiran tuan Muda nya."Nona Gwen, tolong buka pintu nya. Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik." Ujar Rery."Cih! Bisa kita bicarakan baik-baik? Apa kalian kira aku ini anak kecil yang bisa kalian tipu?" seru Gwen dalam hati. "Aku yakin setelah aku keluar kalian pasti akan menendang ku hingga keluar paga
"Kau kenapa sayang?" Theodor mengelus pipi Angela yang berkeringat setelah olahraga siang mereka di kamar sebuah hotel di tengah kota Jakarta.Ya, hari itu, untuk kesekian kali nya Theodor dan Angela main kuda-kudaan bersama. Theodor dan Angela memang bukan baru berhubungan saat pertunangan Angela dan Aiden berakhir. Tapi jauh sebelum ini Angela dan Theodor sudah memiliki affair.Awal pertemuan mereka adalah saat pesta dansa yang diakan oleh keluarga Gavin. Angela yang seharusnya berdansa dengan Aiden terpaksa berdansa dengan Theodor karena Aiden tidak ingin berdansa dengan Angela.Alasan Aiden sebenarnya simple saja, dia bukan nya tidak ingin berdansa dengan Angela, tapi dia merasa risih jika disentuh oleh Angela. Andaikan Angela bisa berdansa tanpa menyentuh nya maka Aiden pasti tidak akan menolak.Angela tentu saja sudah tahu penyakit yang diderita oleh tunangan nya itu. Angela berusaha untuk bertahan dengan semua itu.Tidak pernah dipegang oleh Aiden selama bertahun-tahun mereka b
"Tuan Muda," ucap Rery saat menutup pintu kamar Aiden setelah Gwen menyuruhnya untuk masuk ke kamar Aiden."Sreeet..." pintu kamar itu pun tertutup."Kapan kau kembali? Lalu kaki mu bagaimana?" Lanjut Rery bertanya dengan suara kecil sambil mengintip ke luar kamar untuk memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka."Aku kembali sejam yang lalu. Begitu aku masuk kamar, aku mendengar suara gaduh-gaduh dari luar. Eagle Lou yang mengantarkan ku sampai ke dalam kamar setelah itu dia langsung pergi." Jawab Aiden."Dan ini," ujar Aiden sambil menepuk kedua paha nya, "sudah bisa aku gunakan kembali. Namun aku masih butuh waktu untuk penyesuain pasca operasi. Paling tidak aku masih butuh waktu untuk latihan beberapa hari lagi, sebelum akhirnya aku bisa berjalan seperti semula." Ujar Aiden."Aku senang mendengarnya tuan Muda Aiden. Apakah kabar bahagia ini tidak akan kau beritahukan pada nyonya Bridgette? pasti Nyonya Bridgette akan senang jika dia tahu kau bisa berjalan kemb
"Kau- !" "Bukankah yang aku katakan benar? Hanya orang yang tidak selesai sekolah nya yang tidak paham makna kata." Ucap Aiden dengan wajah cool nya yang menyebalkan di mata Gwen. Tuan Muda satu ini memang suka sekali bicara pedas tapi di balut dalam sebuah perumpamaan. Sehingga selain dapat mengakibatkan hati orang yang mendengarkan nya sakit, juga bisa membuat orang berpikir berkali - kali untuk paham maksud nya. Ya, itu memang sudah menjadi ciri khas nya. Lalu mendadak kening Aiden berkerut dan mulut nya kembali berujar," setelah aku pikir-pikir, sepertinya tidak hanya orang yang tidak bersekolah saja yang tidak memahami makna kata, orang yang pergi ke sekolah pun bisa tidak memahami makna kata jika hanya raga nya saja yang bersekolah sementara otak nya mereka tinggalkan di rumah. Nah nona Gwen termasuk golongan yang mana? Golongan yang tidak ke sekolah atau golongan yang bersekolah?" Sindirnya halus tapi tajam terasa di hati Gwen. "Dasar pria menyebalkan!" Ucap Gwen geram di
Ku lihat dia pergi setelah mengatakan sesuatu dengan nada sombong nya."Terserah kalian saja." Kira-kira seperti itulah dia berujar sebelum dia pergi meninggalkan ruangan ini.Dalam benak ku hanya ada satu hal tentang nya yakni, dia adalah gadis yang tidak ada aturan sama sekali. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana hidup ku ke depan nya jika aku harus hidup dengan orang seperti dia. Bisa- bisa dalam satu bulan aku bisa gila. Tapi walaupun demikian, jujur saja sebenarnya aku cukup penasaran dengan rubah kecil ini. Itu lah mengapa walaupun tidak melihat ke arah nya saat dia pergi, dari sudut mata ku, aku tetap mengawasi semua gerak gerik nya.ya, paling tidak aku tidak boleh terkecoh dengan wajah nya yang cantik dan manis, bisa saja dia benar-benar adalah siluman rubah betina yang datang untuk membuat ku tertendang keluar dari keluarga Gavin. Untuk memastikan semua itu, aku harus bisa mencari tahu apa motif nya yang sebenarnya menerima pernikahan inKini dia sudah tidak terlihat lagi dar
"Aku sudah selesai. Ayo kita pergi." Ujar Gwen dengan santai tanpa tahu apa yang telah terjadi. Sedangkan Aiden yang memang sudah melihat Gwen datang dari jarak yang cukup jauh tadi langsung mengambil handphone nya dan pura-pura sibuk dengan handphone nya."Aku tidak boleh terlihat aneh di mata nya. Bisa-bisa dia curiga." Ujar Aiden dalam hati. Aiden berusaha tenang. Karena hanya dengan hal itu Aiden dapat membuat semua dalam kendali nya."Oh, ya.. Kau sudah siap nona Gwen? Kalau begitu, ayo!" Ajak Rery yang kemudian bangkit dari tempat duduk nya. "Nah sebelum kita pergi ke rumah utama, ada hal penting yang harus aku tekan kan pada kalian berdua. Hal ini untuk kebaikan kalian berdua.""Hal apa yang ingin kau katakan, lekas katakan saja." Ujar Gwen yang tidak terlalu suka bertele-tele."Aku ingin, walaun pun se TOM and JER apapun kalian berdua asli nya, di depan anggota keluarga Gavin dan anggota keluarga Meteo, aku ingin kalian kelihatan serasi dan harmonis. Kalau perlu romantis. Pame
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Lisa masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala nya. Rasa penasaran kini telah bercampur dengan rasa cemburu yang sejak awal melihat kedatangan Aiden bersama Gwen tadi menyesak di hati Lisa.Ya, Lisa walaupun adalah adik nya Aiden tapi diam-diam mengagumi Aiden. Dimana rasa kagum itu lama kelamaan tumbuh menjadi rasa cinta yang tidak terucap oleh nya. Lisa menyimpan dalam-dalam perasaan nya untuk sang kakak pertama.Selama ini Lisa berusaha mendekatkan dirinya pada Aiden. Walaupun tidak bisa menjadi istri Aiden, cukup selalu berada di sisi Aiden dan menjadi wanita satu-satu nya dalam hidup Aiden, Lisa sudah puas.Itu lah mengapa Lisa sangat membenci Angela. Karena Angela merupakan tunangan Aiden waktu itu. Waktu Aiden yang dahulu adalah milik Lisa seorang, saat Aiden bertunangan dengan Angela, mulai Aiden bagi. Sehingga frekuensi pertemuan Aiden dan Lisa tidak sesering biasa nya.Dan kini setelah Angela tersingkirkan, muncul lagi sat
"Apa mereka semua adalah keluarga Gavin, tuan Muda Aiden?" tanya Gwen yang mulai bosan karena acara tidak kunjung di mulai padahal mereka sudah setengah jam lama nya berada di dalam ruangan itu."Benar sekali. Orang -orang yang nona Gwen lihat berada di sebelah kanan itu adalah anggota keluarga Gavin. Sementara orang - orang yang berada di sebelah kiri, aku yakin nona Gwen sudah mengenal siapa mereka.""Ya tentu saja aku kenal, merekan kan keluarga ku." Jawab Gwen lalu mengambilkan sebutir anggur untuk Aiden."Makan lah ini, karena setelah kau makan ini baru aku bisa memakan nya. Karena tidak mungkin aku makan sementara kau tidak makan. Sopan santun ku akan dipertanyakan oleh seluruh para wanita keluarga Gavin. Kau tidak ingin kan, di hari pertama ku di kediaman keluarga Gavin, aku sudah menjadi hot trending gossip di kalangan para wanita keluarga Gavin. Maka untuk itu ayo makan buah anggur ini. Aku sangat lapar. Hanya minum air saja, tidak cukup untuk ku. " Ujar Gwen sambil tersenyum
Sementara di kamar, Axeira yang sedang berbaring di tempat tidurnya, bingung setelah mendapatkan panggilan absurd dari Asher barusan."Ni anak ngomong apaan sih? Gak jelas banget!! Nanya sendiri lalu jawab sendiri..!"Axeira melemparkan hpnya kesebelahnya.Tiba-tiba terdengar satu notif Wa masuk di hape Axeira.DRrrtz...(Asher #) Tadi Mama nanyain kamu. Aku bilang ke Mama, kamu mendadak pergi setelah mendapat telpon dari temanmu.Axeira bingung membaca pesan dari Asher, "Lah, bukannya tadi aku bilang mau matiin kompor. Kok dia ngasih alasan lain ya?"Axeira lalu mengetik beberapa kata di Hp ny.(Axeira#) Kenapa kamu berbohong pada Mama?Tidak lama kemudian..DRrrtz.....(Asher#) So, aku mesti bilang kalau kamu pergi untuk matiin kompor??🙄Belum sempat Axeira membalas pesan ter
Deg.."Mati gue.. " Gumam Axeira dalam hati.“Dia ngenalin gue gak ya?"Axeira hanya diam tanpa mengulurkan tangan, padahal Asher sudah dari tadi mengulurkan tangannya."Ni cewek kenapa..?? Syok dia melihat ketampanan gue?? " Pikir Asher dalam hati.Karna capek terlalu lama tangannya menggantung, Asher langsung berinisiatif mengambil tangan Axeira. "Gue Asher!" ucap Asher setelah meraih tangan Axeira.Deg.. deg... seeeeer.... tiba-tiba jiwa Axeira yang tadi terbang entah kemana mendadak ditarik kembali secara paksa ke tubuh Axeira ketika Asher menarik tangannya untuk bersalaman."Aku Axeira.. " Jawab Axeira singkat dan segera melepaskan tangannya. Axeira yang takut ketahuan oleh Asher mengenai jati dirinya, mulai menundukan kepalanya."Kalian gabung aja makan sama kita di sini. " Ajak Becca ke Gwen sesuai
Axeira segera menyelesaikan mandinya. Begitu keluar kamar mandi, dia pun segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya."Kok Mama malah milihin dress sich?? Bukan nya celana jean dan baju kaos..!" Tatap Axeira pada dress itu."Bodo amat ah!! Sesekali nyenangin hati Mama apa salah nya!" Axeira pun mengambil dress yang disiapin oleh Mamanya. Namun ketika dress itu diraih oleh Axeira, tiba-tiba sebuah kalung dengan Liontin Safir terjatuh.Axeira mengambil liontin itu.. "Bram.. " Gumam nya.Digenggamnya liontin itu beberapa saat Axeira tenggelam dalam kenangan masa lalunya ketika dia berada di Paris.Dibukanya lagi telapak tangannya dan dilihatnya kembali liotin itu. "Apakah kamu baik-baik saja di sana Bram?” Gumamnya pelan.Kemudian Axeira berjalan ke meja hiasnya. Dia berniat untuk menyimpan kembali kalung dan liontin itu. Namun ti
Axeira pulang dengan lesu malam itu karena dia sangat sibuk dengan persiapan perlombaan ditempat magangnya.Axeira harus bolak balik mengecek detail hasil rancangannya sewaktu diproduksi. Walaupun dia gak berniat serius mengikuti perlombaan ini tapi Axeira bukanlah orang yang separuh-separuh dalam melakukan sesuatu. Jadi untuk produksi hasil rancangannya dia gak mau ada kesalahan sedikit pun.Sebenarnya Axeira sudah lulus kuliah tahun lalu di Paris mengambil jurusan design pakaian. Tapi karena usaha sang Papa bergerak dibidang permata maka Axeira memutuskan untuk mengulang kuliah di Singapura dan ambil jurusan design perhiasan.Hari sudah menunjukan pukul 8.30 ketika dia pulang."Dek... kok malam kali pulangnya?" Sapa Gwen pada putri nya yang menarik kursi di meja makan."Minggu depan tu, ada perlombaan di tempat adek magang, Ma. Jadi adek kudu mastiin kalau produk yang akan adek
"Asher kontrak yang gue serahin dua minggu lalu untuk ditanda tangan, mana? Besok mau gue bawa ke Surabaya!" Tanya Joshua, hanya menjulurkan kepalanya di pintu ruangan Asher."Waah nich anak emang kagak ada akhlaknya! Minus etika emang ni orang! Ngomong ama bos kayak mesan kopi di warung kaki lima!!" Asher melemparkan bola karet yang selalu ada di meja nya ke arah Joshua."Curut.. masuk lo.. ""Elo ya, kagak pernah ada sopan-sopannya!" celetuk Asher pada Joshua."Gimana kalau ada orang lihat, bisa jatuh martabak eh martabat gue!!!""Tenaang Sher gue udah pastiin, kagak ada orang di luar. Si Tia juga udah pergi istirahat makan siang. Lagian ini kan jam istirahat siang. Lo aja yang masih betah kerja kaya kuda...! " Joshua melangkah ke arah meja Asher."Terus dokumen untuk ke Surabaya besok mana?" Joshua mengulurkan tangannya.
Setelah menenangkan hati dan pikirannya akhirnya Ivan dapat kembali normal."Jadi lo mau pesan apa? ""Buatin gue gaun putri Jasmine donk? Cos minggu depan akan ada fashion show ala-ala Arabian night di tempat gue magang dan gue juga ingin lo yang make up in gue. Tapiii gue inginnya tampilan wajah gue tetap seperti ini." Jelas Axeira panjang kali lebar pada Ivan."Gue gak paham" Sahut Ivan singkat."Gini loh!!Gue mau, lo nyulap gue tetap cantik dengan gaun yang lo buat tapi muka dan poni gue jangan lo apa-apain!!!!""Ye.. mana bisa!!” jawab ivan ketus sambil melempar bantal ke Axeira." Secara ya non...!! segala ketidaksimetrisan dipenampilan lo saat ini berakar dari kaca mata dan poni si Anabelle ini...!!” Rutuk Ivan sambil nunjuk-nunjuk kacamata dan poni Axeira."Pokonya gue gak mau wajah dan tatanan rambut gue di ubah!" Per
Siang ini topik mengenai perlombaan itu masih kencang terdengar dikalangan pegawai perusahan Keanu. Ada yang sibuk cari kandidat. Ada yang sibuk pilih costume Arabian night. Bahkan ada yang sibuk rumpi seperti Lianda Cs."Kayaknya.. saingan kita gak akan banyak nich.. " Ujar Lianda sekretaris wakil Direktur."Yakin amat lo,!" Ujah Tia sekretaris Direktur."Iya nich..!" Timpal Maria staff marketing."Kalau soal desaign mendesign, gue yakin kita semua bisa karena kan background kita semua adalah designer. Tapi kalau soal fashion show gue yakin gak semua pegawai cewek di perusahaan ini bisa karena gak semua nya kayak kita. " Jelas Lianda sambil tertawa."Lagian, kalau gue gak salah ada dua divisi yang bakalan gak akan ikut serta dalam perlombaan ini." Sambung nya"Dua?" Tanya Tia."Iya.. dua! Divisi produksi dan divisi design. Kan beru
Keadaan cafetaria sangat riuh siang itu. Hal ini karena pengumuman tentang lomba design dan fashion show yang akan digelar pada anniversary perusahaan minggu depan."Tahun ini beda ya...? " Ujar salah seorang pegawai wanita bagian Marketing kepada teman yang sedang mengantri makan siang mereka."Iya!!Seperti ada nuansa-nuansa pencarian jodoh ala pangeran di negri dongeng." Jawab teman si wanita sambil memilih menu makan siangnya."Benar!Sudahlah hadiah utama nya perhiasaan yang kita design dan bonus satu bulan gaji tapi yang bikin gegeeer itu, hadiah bonusnya !!!!dinner dengan pak Asher...!! membayangkan makan malam romantis berdua dengan direktur Keanu Fashion Company... " Pikiran kedua wanita itu terbang menembus alam khayal nya masing-masing.Kericuhan mengenai lomba design dan fashion show tidak hanya terjadi dalam antrian makan siang hari itu. Perbincangan mengenai perlombaan design dan fashion
"Kenapa sayang...??! Apakah masa magang mu sudah habis? Atau jangan-jangan perusahaan ini sudah mengeluarkan mu.. ??!" Ny. Maximo yang notabene adalah aunty nya Axeira langsung menerima lakon yang diberikan oleh ponakannya. ia langsung melihat ke arah Asher. Melalui sorot mata nya dia meminta Asher menjelaskan situasi ini padanya."Sepertinya semua yang terjadi hingga pagi ini adalah murni kesalahpahaman. Jadi saya rasa nona Aira tidak perlu berhenti magang di perusahaan ini, benerkan pak Joshua?" Tanya Asher penuh penekanan pada setiap katanya."Bener sekali pak. Nona Aira kamu bisa kembali keruangan mu dan melanjutkan kerjaan mu." Ucap Joshua pada Aira"Tapi bagaimana dengan ini pak?? " Tunjuk Aira pada surat pemberhentian yang diberikan oleh Joshua tadi pagi sambil melihat penuh kemenangan ke Asher."Ini...!! Biar saya yang buang.. !!!" Asher segera merebut surat itu dari tangan Axei