"Nyonya Danieta! Anda tidak bisa berbuat seenaknya seperti ini dikediaman tuan Muda Aiden. Disini bukan kediaman anda yang bisa mau terobos seenaknya." Rery sekuat tenaga nya menghalagi Danieta di depan pintu kamar Aiden.
"Minggir kau Rery!" Danieta mendorong Rery ke samping hingga tersungkur ke lantai.
Gwen yang melihat hal tersebut reflek menolong Rery. "Anda tidak apa-apa?" tanya Gwen masih menggunakan bahasa yang formal karena ini adalah pertama kali nya dia bertemu dengan Rery.
Rery berdiri dengan bantuan Gwen namun Rery tidak menggubris perkataan Gwen. Karena ada hal yang lebih urgent yang harus dia lakukan yaitu menghalangi bibi nya Aiden masuk ke kamar Aiden
"Di kunci?" seru Danieta dalam hati. "Untuk apa seorang lumpuh mengunci diri di dalam kamar? Sungguh mencurigakan!" Danieta pun langsung menggedor keras pintu kamar Aiden.
"Nyonya Danieta! Anda sungguh keterlaluan." Seru Rery marah. "Saya akan memanggil pelayan untuk mengantar anda pulang ke kediaman anda." Rery menarik tangan Danieta. Niat Rery hanya satu. Dia ingin Danieta segera pergi dari tempat itu.
Sekali lagi Danieta menyentak tangan Rery. Dan dengan tatapan penuh curiga Danieta melihat pada Rery. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa benar Aiden ada di dalam kamar itu? Atau jika benar dia ada di kamar itu, jangan-jangan dia tidak sendiri di sana?" Tanya Danieta penuh selidik.
"Tuan Muda Aiden sedang tidur nyonya. Kenapa kau ini orang nya curigaan sekali." Ujar Rery yang sama sekali bukan lah jawaban yang Danieta cari.
"Kalau benar tuan Muda mu ada di dalam sana kenapa kau tidak minta dia membuka pintu ini? Atau kenapa tidak kau saja dengan kunci cadangan." Ujar Danieta.
"Apa-apaan ini? Kenapa kalian berdua ribut-ribut di sini?"
Dari arah belakang Danieta dan Rery terdengar suara yang sangat berat menyela perdebatan mereka.
"Ayah?" Ujar Danieta langusng berjalan ke arah ayah nya.
"Ayah? Apa itu artinya kakek ini ini adalah Tuan Besar Gavin?" Ujar Gwen dalam hati.
Gwen yang baru menyadari hal itu pun langsung berdiri dan memberikan salam pada Garrand Gavin."Hallo kek. Saya Gwen. Senang bertemu kakek disini." Ujar Gwen memperkenalkan diri nya dengan sangat hormat sambil sedikit membungkuk.
"Gwen ? Apa kau putri ke tiga keluarga Meteo yang akan dinikahkan dengan Aiden?" tanya Garrand Gavin pada Gwen.
"Benar ayah. Dia adalah Gwen, calon istri Aiden. " Sela Danieta.
"Aku sengaja membawa Gwen ke kediaman Aiden agar Gwen dan Aiden dapat saling mengenal sebelum acara nanti malam. Tapi begitu aku sampai disini, dia menghalangi ku untuk bertemu dengan Aiden." Ucap Danieta sinis.
"Tuan Besar, aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Untuk apa aku menghalangi nyonya Danieta bertemu dengan tuan Muda Aiden. Tapi permasalahannya saat ini tuan Muda Aiden sedang tertidur. Tidak mungkin aku membangunkan tuan Muda Aiden yang baru saja tertidur hanya karena kedatangan nyonya Danieta." Jawab Rery membela dirinya.
Garrand Gavin melihat ke arah Danieta dan Rery bergantian. Lalu sesaat kemudian..
"Cepat buka pintu kamar Aiden." Perintah Tuan Besar Gavin.
"Tapi pintu itu dikunci oleh tuan Muda Aiden dari dalam kamar, tuan Besar. Tuan Muda memang selalu mengunci pintu kamarnya jika dia tidur." Rery masih saja mencoba berkilah.
"Kalau begitu, panggil pelayan untuk membuka paksa kamar Aiden." Perintah Tuan Besar Gavin.
Danieta yang mendengar perintah sang ayah langsung tersenyum sumringah. Dia tidak sabar untuk melihat apakah Aiden benar-benar ada di dalam kamar atau tidak.
"Apa lagi yang kau tunggu? Cepat panggil pelayan untuk membuka pintu ini." Perintah Danieta pada Rery.
Rery yang sudah tidak ada pilihan lain, akhinya terpaksa meminta pelayan untuk membawakan kunci cadangan kamar Aiden.
"Semoga kau sudah berada di dalam kamar tuan Muda! Kalau tidak, tamat lah riwayat kita berdua." Ujar Rery dalam hati, harap-harap cemas apa yang terjadi setelah dia membuka pintu itu.
"Ssssssssssssssreet..."
Terdengar pintu terbuka kamar Aiden di buka oleh Rery. Dan saat pintu itu terbuka terlihat Aiden sedang tertidur pulas di atas ranjang nya.
"Tuan Muda?" Seru Rery dalam hati sambil menyembunyikan ekspresi terkejutnya di balik wajah tenangnya.
"Aiden? Ternyata dia benar berada di dalam kamarnya?" seru Danieta dalam hati berjalan masuk ke dalama kamar Aiden.
Tidak nya Danieta, Tuan Besar Gavin dan Gwen ikut masuk ke dalam kamar.
Mata Gwen terus memperhatikan Aiden yang sedang tidur di atas tempat tidur super besar. Sekilas semua terlihat sangat normal. Kamar lalu di dalam nya Aiden tidur. Normal bukan?
Tapi entah mengapa Gwen merasakan ada hal yang mengganjal. Tapi apa? Gwen terus berpiki dan berpikir sambil memperhatikan ke sekeliling ruangan diam-diam.
"Benar!!" Soraknya dalam hati. "Aiden kan lumpuh? Tapi mengapa aku tidak melihat kursi roda di sekitar tempat tidur nya?" Mata Gwen pun langsung mencari keberadaan kursi roda Aiden."Dimana kursi roda nya? Tidak mungkin kan dia jauh dari kursi roda nya?" Pikir Gwen.
Setelah melihat ke sekeliling nya, akhirnya Gwen menemukan apa yang dia cari.
"Aneh sekali. Kenapa kursi roda nya Aiden malah berada di dekat meja kayu besar itu?" Gwen pun kembali melihat ke arah tempat tidur, dimana Aiden sedang tertidur pulas di atasnya.
"Apa dia menendang kursi roda itu setelah dia sampai di tempat tidur? Loh bukan nya kaki nya lumpuh? Kalau pun di dorong pakai tangan, tetap masih tidak mungkin secara posisi kursi roda itu sangat rapi."
Gwen kembali memutar otak nya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang dia ciptakan sendiri. "Apa dia terbang dari tempat itu ke tempat tidur nya? Atau apa mungkin dia ngengsot? Saingan dong dia sama suster ngengsot?" Gwen terus menganalisa semua kemungkinan yang mungkin bisa menjadi alasan mengapa posisi kursi Aiden saat ini jarak sangat jauh dari posisi Aiden tidur.
Mungkin bagi orang lain hal ini tidak terlalu mengusik tapi bagi Gwen, hal malah ini sangat mengusik. Karena dalam pikiran Gwen tidak mungkin seorang Aiden yang jelas -jelas lumpuh bisa berpindah dari tempat Aiden memarkirkan kursi roda nya ke tempat tidur Aiden yang jarak nya sangat jauh.
Sebenarnya, ingin sekali Gwen berpikir normal seperti orang-orang kebanyakan, "Ya mungkin saja si Rery yang memindahkan kursi roda itu setelah Aiden berbaring di atas tempat tidur." Orang normal pasti akan berpikir seperti itu.
Tapi sayangnya otak Gwen memang terbiasa untuk berpikir secara tidak normal.
Dalaam pikiran Gwen, jika benar Rery yang meletakan kursi roda ke samping meja kayu besar, lantas bagaimana cara nya Rery keluar dari kamar Aiden sementara kamar Aiden, kalau faktanya Aiden lah yang mengunci kamar dari dalam? Apa si Rery punya ilmu debus tingkat tinggi gitu sehingga dia tembus dinding? Atau apa si Rery satu perguruan dengan Ant-man sehingga Rery bisa mengecilkan tubuh nya dan keluar melalui lubang kunci? IMPOSSIBLE.
Setelah menganalisa segala sesuatunya, hanya ada satu kata di dalam pikiran Gwen saat ini yaitu "MENCURIGAKAN".
Apa yang dilihatnya di dalam kamar Aiden membuatnya curiga. Semua ketidakmungkinan antara satu hal dengan hal lain nya membuat Gwen merasa ada yang Aiden sembunyikan dari orang banyak.
Hanya saja pikir Gwen, ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan kalau Aiden tidak lumpuh. Gwen harus menyelidiki hal ini lebih dalam lagi. Karena bagaimana pun Aiden akan menjadi suaminya. Jangan sampai dia dikadali oleh suami nya sendiri. Pura-pura lumpuh eh ternyata pergi dugem saat Gwen tengah tidur lelap.
Iya kalau Aiden hanya pergi dugem, bagaimana kalau dia ternyata menyembunyikan fakta kaki nya tidak lumpuh karena sedang bergabung dengan orgnisasi terlarang dan sedang melakukan ritual terlarang seperti yang ada di film-film.
Atau bisa saja malam-malam Aiden mendaki gunung cermai atau duduk bersemedi di tepi laut Selatan dan pulang-pulang nya langsung menargetkan Gwen sebagai tumbal pasugihan nya, "beuh! Bisa sia-sia hidup ku." gumam Gwen dalam hati. "Niat hati ingin hidup mewah, senang dan tenang di kediaman keluarga Gavin ini, eh ujung-ujung nya malah jadi tumbal pasugihan! OGAH!"
Dengan tenang, Gwen terus mengamati wajah Aiden. "Hmmm wajah tidak bisa di jadikan jaminan. Wajahnya memang tampan tapi siapa yang bisa menjamin seperti apa sebenarnya pria yang ada di balik wajah tampan itu. Aku harus berhati-hati." Ujar Gwen dalam hati.
"Nah kalian lihat sendiri kan kalau tuan Muda Aiden sedang tidur." ujar Rery yang akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat tuan Muda nya ada di atas tempat tidur.
"Selesaikan segera urusan mu dengan Aiden, Danieta! Setelah itu datanglah ke ruang kerja ku. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mu." Ucap Tuan Besar Gavin lalu pergi meninggalkan kamar Aiden.
"Hah? Dia pergi begitu saja?" Lantas untuk apa dia datang kemari tadi?" Gwen terus bermonolog dengan diri nya sendiri.
"Aku akan keluar tapi Gwen akan tetap di kamar ini. Karena mulai malam ini dan malam-malam seterusnya, Aiden dan Gwen akan satu kamar." Ujar Danieta dengan santai sambil berjalan berlalu yang meninggalkan Gwen yang sejak Danieta mengatakan bahwa dirinya akan satu kamar dengan Aiden sudah menoleh pada Danieta dengan mata yang hampir copot. And then, Danieta hanya melewati nya begitu saja? Apa perlu mata Gwen copot beneran dulu baru Danieta akan berhenti."Ini tidak boleh dibiarkan!" Gwen pun berlari mengejar Danieta yang sudah sampai di luar kamar Aiden."Bibi Danieta- Tunggu aku!" Panggil Gwen sambil berlari.Gwen tahu kalau di dalam rumah ini pasti tidak boleh berteriak apalagi berteriak sambil berlari. Tapi mau bagaimana lagi? Dia berteriak sekarang atau dia yang diteriaki Aiden saat bangun nanti.Sebuah pilihan yang sama- sama tidak menguntungkan diri nya.Danieta yang mendengar teriakan Gwen tersenyum tipis,"ternyata benar yang dikatakan oleh Angela, kalau adik tiri nya in
Gwen sadar kalau Aiden mengejarnya, dia pun mempercepat jalan nya.Dan BaaaaaaaaaaaM!!! Gwen menutup kencang pintu kamar Aiden."Gwen!! Keluar!" Aiden menggedor pintu kamarnya. "Cepat keluar dari kamar ku!!" teriak Aiden."Tuan Muda, apa perlu kita dobrak?" tanya Rery."Tidak! Jangan di dobrak! Aku suka ukiran pintu ini! Kita paksa saja wanita gila itu keluar dari kamar ku." jawab Aiden."Lalu bagaimana?" tanya Rery."Coba kau bujuk atau coba kau bernegosiasi dengan nya. Yang terpenting dia segera membukkan pintu kamar ini. Aku tidak tenang dia berada lama-lama di dalam kamar ku. Bagaimana kalau dia menyentuh sesuatu di rak buku ku?" Bisik Aiden.Rery pun mengangguk. Dia paham kekhawatiran tuan Muda nya."Nona Gwen, tolong buka pintu nya. Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik." Ujar Rery."Cih! Bisa kita bicarakan baik-baik? Apa kalian kira aku ini anak kecil yang bisa kalian tipu?" seru Gwen dalam hati. "Aku yakin setelah aku keluar kalian pasti akan menendang ku hingga keluar paga
"Kau kenapa sayang?" Theodor mengelus pipi Angela yang berkeringat setelah olahraga siang mereka di kamar sebuah hotel di tengah kota Jakarta.Ya, hari itu, untuk kesekian kali nya Theodor dan Angela main kuda-kudaan bersama. Theodor dan Angela memang bukan baru berhubungan saat pertunangan Angela dan Aiden berakhir. Tapi jauh sebelum ini Angela dan Theodor sudah memiliki affair.Awal pertemuan mereka adalah saat pesta dansa yang diakan oleh keluarga Gavin. Angela yang seharusnya berdansa dengan Aiden terpaksa berdansa dengan Theodor karena Aiden tidak ingin berdansa dengan Angela.Alasan Aiden sebenarnya simple saja, dia bukan nya tidak ingin berdansa dengan Angela, tapi dia merasa risih jika disentuh oleh Angela. Andaikan Angela bisa berdansa tanpa menyentuh nya maka Aiden pasti tidak akan menolak.Angela tentu saja sudah tahu penyakit yang diderita oleh tunangan nya itu. Angela berusaha untuk bertahan dengan semua itu.Tidak pernah dipegang oleh Aiden selama bertahun-tahun mereka b
"Tuan Muda," ucap Rery saat menutup pintu kamar Aiden setelah Gwen menyuruhnya untuk masuk ke kamar Aiden."Sreeet..." pintu kamar itu pun tertutup."Kapan kau kembali? Lalu kaki mu bagaimana?" Lanjut Rery bertanya dengan suara kecil sambil mengintip ke luar kamar untuk memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka."Aku kembali sejam yang lalu. Begitu aku masuk kamar, aku mendengar suara gaduh-gaduh dari luar. Eagle Lou yang mengantarkan ku sampai ke dalam kamar setelah itu dia langsung pergi." Jawab Aiden."Dan ini," ujar Aiden sambil menepuk kedua paha nya, "sudah bisa aku gunakan kembali. Namun aku masih butuh waktu untuk penyesuain pasca operasi. Paling tidak aku masih butuh waktu untuk latihan beberapa hari lagi, sebelum akhirnya aku bisa berjalan seperti semula." Ujar Aiden."Aku senang mendengarnya tuan Muda Aiden. Apakah kabar bahagia ini tidak akan kau beritahukan pada nyonya Bridgette? pasti Nyonya Bridgette akan senang jika dia tahu kau bisa berjalan kemb
"Kau- !" "Bukankah yang aku katakan benar? Hanya orang yang tidak selesai sekolah nya yang tidak paham makna kata." Ucap Aiden dengan wajah cool nya yang menyebalkan di mata Gwen. Tuan Muda satu ini memang suka sekali bicara pedas tapi di balut dalam sebuah perumpamaan. Sehingga selain dapat mengakibatkan hati orang yang mendengarkan nya sakit, juga bisa membuat orang berpikir berkali - kali untuk paham maksud nya. Ya, itu memang sudah menjadi ciri khas nya. Lalu mendadak kening Aiden berkerut dan mulut nya kembali berujar," setelah aku pikir-pikir, sepertinya tidak hanya orang yang tidak bersekolah saja yang tidak memahami makna kata, orang yang pergi ke sekolah pun bisa tidak memahami makna kata jika hanya raga nya saja yang bersekolah sementara otak nya mereka tinggalkan di rumah. Nah nona Gwen termasuk golongan yang mana? Golongan yang tidak ke sekolah atau golongan yang bersekolah?" Sindirnya halus tapi tajam terasa di hati Gwen. "Dasar pria menyebalkan!" Ucap Gwen geram di
Ku lihat dia pergi setelah mengatakan sesuatu dengan nada sombong nya."Terserah kalian saja." Kira-kira seperti itulah dia berujar sebelum dia pergi meninggalkan ruangan ini.Dalam benak ku hanya ada satu hal tentang nya yakni, dia adalah gadis yang tidak ada aturan sama sekali. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana hidup ku ke depan nya jika aku harus hidup dengan orang seperti dia. Bisa- bisa dalam satu bulan aku bisa gila. Tapi walaupun demikian, jujur saja sebenarnya aku cukup penasaran dengan rubah kecil ini. Itu lah mengapa walaupun tidak melihat ke arah nya saat dia pergi, dari sudut mata ku, aku tetap mengawasi semua gerak gerik nya.ya, paling tidak aku tidak boleh terkecoh dengan wajah nya yang cantik dan manis, bisa saja dia benar-benar adalah siluman rubah betina yang datang untuk membuat ku tertendang keluar dari keluarga Gavin. Untuk memastikan semua itu, aku harus bisa mencari tahu apa motif nya yang sebenarnya menerima pernikahan inKini dia sudah tidak terlihat lagi dar
"Aku sudah selesai. Ayo kita pergi." Ujar Gwen dengan santai tanpa tahu apa yang telah terjadi. Sedangkan Aiden yang memang sudah melihat Gwen datang dari jarak yang cukup jauh tadi langsung mengambil handphone nya dan pura-pura sibuk dengan handphone nya."Aku tidak boleh terlihat aneh di mata nya. Bisa-bisa dia curiga." Ujar Aiden dalam hati. Aiden berusaha tenang. Karena hanya dengan hal itu Aiden dapat membuat semua dalam kendali nya."Oh, ya.. Kau sudah siap nona Gwen? Kalau begitu, ayo!" Ajak Rery yang kemudian bangkit dari tempat duduk nya. "Nah sebelum kita pergi ke rumah utama, ada hal penting yang harus aku tekan kan pada kalian berdua. Hal ini untuk kebaikan kalian berdua.""Hal apa yang ingin kau katakan, lekas katakan saja." Ujar Gwen yang tidak terlalu suka bertele-tele."Aku ingin, walaun pun se TOM and JER apapun kalian berdua asli nya, di depan anggota keluarga Gavin dan anggota keluarga Meteo, aku ingin kalian kelihatan serasi dan harmonis. Kalau perlu romantis. Pame
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Lisa masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala nya. Rasa penasaran kini telah bercampur dengan rasa cemburu yang sejak awal melihat kedatangan Aiden bersama Gwen tadi menyesak di hati Lisa.Ya, Lisa walaupun adalah adik nya Aiden tapi diam-diam mengagumi Aiden. Dimana rasa kagum itu lama kelamaan tumbuh menjadi rasa cinta yang tidak terucap oleh nya. Lisa menyimpan dalam-dalam perasaan nya untuk sang kakak pertama.Selama ini Lisa berusaha mendekatkan dirinya pada Aiden. Walaupun tidak bisa menjadi istri Aiden, cukup selalu berada di sisi Aiden dan menjadi wanita satu-satu nya dalam hidup Aiden, Lisa sudah puas.Itu lah mengapa Lisa sangat membenci Angela. Karena Angela merupakan tunangan Aiden waktu itu. Waktu Aiden yang dahulu adalah milik Lisa seorang, saat Aiden bertunangan dengan Angela, mulai Aiden bagi. Sehingga frekuensi pertemuan Aiden dan Lisa tidak sesering biasa nya.Dan kini setelah Angela tersingkirkan, muncul lagi sat
Sementara di kamar, Axeira yang sedang berbaring di tempat tidurnya, bingung setelah mendapatkan panggilan absurd dari Asher barusan."Ni anak ngomong apaan sih? Gak jelas banget!! Nanya sendiri lalu jawab sendiri..!"Axeira melemparkan hpnya kesebelahnya.Tiba-tiba terdengar satu notif Wa masuk di hape Axeira.DRrrtz...(Asher #) Tadi Mama nanyain kamu. Aku bilang ke Mama, kamu mendadak pergi setelah mendapat telpon dari temanmu.Axeira bingung membaca pesan dari Asher, "Lah, bukannya tadi aku bilang mau matiin kompor. Kok dia ngasih alasan lain ya?"Axeira lalu mengetik beberapa kata di Hp ny.(Axeira#) Kenapa kamu berbohong pada Mama?Tidak lama kemudian..DRrrtz.....(Asher#) So, aku mesti bilang kalau kamu pergi untuk matiin kompor??🙄Belum sempat Axeira membalas pesan ter
Deg.."Mati gue.. " Gumam Axeira dalam hati.“Dia ngenalin gue gak ya?"Axeira hanya diam tanpa mengulurkan tangan, padahal Asher sudah dari tadi mengulurkan tangannya."Ni cewek kenapa..?? Syok dia melihat ketampanan gue?? " Pikir Asher dalam hati.Karna capek terlalu lama tangannya menggantung, Asher langsung berinisiatif mengambil tangan Axeira. "Gue Asher!" ucap Asher setelah meraih tangan Axeira.Deg.. deg... seeeeer.... tiba-tiba jiwa Axeira yang tadi terbang entah kemana mendadak ditarik kembali secara paksa ke tubuh Axeira ketika Asher menarik tangannya untuk bersalaman."Aku Axeira.. " Jawab Axeira singkat dan segera melepaskan tangannya. Axeira yang takut ketahuan oleh Asher mengenai jati dirinya, mulai menundukan kepalanya."Kalian gabung aja makan sama kita di sini. " Ajak Becca ke Gwen sesuai
Axeira segera menyelesaikan mandinya. Begitu keluar kamar mandi, dia pun segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya."Kok Mama malah milihin dress sich?? Bukan nya celana jean dan baju kaos..!" Tatap Axeira pada dress itu."Bodo amat ah!! Sesekali nyenangin hati Mama apa salah nya!" Axeira pun mengambil dress yang disiapin oleh Mamanya. Namun ketika dress itu diraih oleh Axeira, tiba-tiba sebuah kalung dengan Liontin Safir terjatuh.Axeira mengambil liontin itu.. "Bram.. " Gumam nya.Digenggamnya liontin itu beberapa saat Axeira tenggelam dalam kenangan masa lalunya ketika dia berada di Paris.Dibukanya lagi telapak tangannya dan dilihatnya kembali liotin itu. "Apakah kamu baik-baik saja di sana Bram?” Gumamnya pelan.Kemudian Axeira berjalan ke meja hiasnya. Dia berniat untuk menyimpan kembali kalung dan liontin itu. Namun ti
Axeira pulang dengan lesu malam itu karena dia sangat sibuk dengan persiapan perlombaan ditempat magangnya.Axeira harus bolak balik mengecek detail hasil rancangannya sewaktu diproduksi. Walaupun dia gak berniat serius mengikuti perlombaan ini tapi Axeira bukanlah orang yang separuh-separuh dalam melakukan sesuatu. Jadi untuk produksi hasil rancangannya dia gak mau ada kesalahan sedikit pun.Sebenarnya Axeira sudah lulus kuliah tahun lalu di Paris mengambil jurusan design pakaian. Tapi karena usaha sang Papa bergerak dibidang permata maka Axeira memutuskan untuk mengulang kuliah di Singapura dan ambil jurusan design perhiasan.Hari sudah menunjukan pukul 8.30 ketika dia pulang."Dek... kok malam kali pulangnya?" Sapa Gwen pada putri nya yang menarik kursi di meja makan."Minggu depan tu, ada perlombaan di tempat adek magang, Ma. Jadi adek kudu mastiin kalau produk yang akan adek
"Asher kontrak yang gue serahin dua minggu lalu untuk ditanda tangan, mana? Besok mau gue bawa ke Surabaya!" Tanya Joshua, hanya menjulurkan kepalanya di pintu ruangan Asher."Waah nich anak emang kagak ada akhlaknya! Minus etika emang ni orang! Ngomong ama bos kayak mesan kopi di warung kaki lima!!" Asher melemparkan bola karet yang selalu ada di meja nya ke arah Joshua."Curut.. masuk lo.. ""Elo ya, kagak pernah ada sopan-sopannya!" celetuk Asher pada Joshua."Gimana kalau ada orang lihat, bisa jatuh martabak eh martabat gue!!!""Tenaang Sher gue udah pastiin, kagak ada orang di luar. Si Tia juga udah pergi istirahat makan siang. Lagian ini kan jam istirahat siang. Lo aja yang masih betah kerja kaya kuda...! " Joshua melangkah ke arah meja Asher."Terus dokumen untuk ke Surabaya besok mana?" Joshua mengulurkan tangannya.
Setelah menenangkan hati dan pikirannya akhirnya Ivan dapat kembali normal."Jadi lo mau pesan apa? ""Buatin gue gaun putri Jasmine donk? Cos minggu depan akan ada fashion show ala-ala Arabian night di tempat gue magang dan gue juga ingin lo yang make up in gue. Tapiii gue inginnya tampilan wajah gue tetap seperti ini." Jelas Axeira panjang kali lebar pada Ivan."Gue gak paham" Sahut Ivan singkat."Gini loh!!Gue mau, lo nyulap gue tetap cantik dengan gaun yang lo buat tapi muka dan poni gue jangan lo apa-apain!!!!""Ye.. mana bisa!!” jawab ivan ketus sambil melempar bantal ke Axeira." Secara ya non...!! segala ketidaksimetrisan dipenampilan lo saat ini berakar dari kaca mata dan poni si Anabelle ini...!!” Rutuk Ivan sambil nunjuk-nunjuk kacamata dan poni Axeira."Pokonya gue gak mau wajah dan tatanan rambut gue di ubah!" Per
Siang ini topik mengenai perlombaan itu masih kencang terdengar dikalangan pegawai perusahan Keanu. Ada yang sibuk cari kandidat. Ada yang sibuk pilih costume Arabian night. Bahkan ada yang sibuk rumpi seperti Lianda Cs."Kayaknya.. saingan kita gak akan banyak nich.. " Ujar Lianda sekretaris wakil Direktur."Yakin amat lo,!" Ujah Tia sekretaris Direktur."Iya nich..!" Timpal Maria staff marketing."Kalau soal desaign mendesign, gue yakin kita semua bisa karena kan background kita semua adalah designer. Tapi kalau soal fashion show gue yakin gak semua pegawai cewek di perusahaan ini bisa karena gak semua nya kayak kita. " Jelas Lianda sambil tertawa."Lagian, kalau gue gak salah ada dua divisi yang bakalan gak akan ikut serta dalam perlombaan ini." Sambung nya"Dua?" Tanya Tia."Iya.. dua! Divisi produksi dan divisi design. Kan beru
Keadaan cafetaria sangat riuh siang itu. Hal ini karena pengumuman tentang lomba design dan fashion show yang akan digelar pada anniversary perusahaan minggu depan."Tahun ini beda ya...? " Ujar salah seorang pegawai wanita bagian Marketing kepada teman yang sedang mengantri makan siang mereka."Iya!!Seperti ada nuansa-nuansa pencarian jodoh ala pangeran di negri dongeng." Jawab teman si wanita sambil memilih menu makan siangnya."Benar!Sudahlah hadiah utama nya perhiasaan yang kita design dan bonus satu bulan gaji tapi yang bikin gegeeer itu, hadiah bonusnya !!!!dinner dengan pak Asher...!! membayangkan makan malam romantis berdua dengan direktur Keanu Fashion Company... " Pikiran kedua wanita itu terbang menembus alam khayal nya masing-masing.Kericuhan mengenai lomba design dan fashion show tidak hanya terjadi dalam antrian makan siang hari itu. Perbincangan mengenai perlombaan design dan fashion
"Kenapa sayang...??! Apakah masa magang mu sudah habis? Atau jangan-jangan perusahaan ini sudah mengeluarkan mu.. ??!" Ny. Maximo yang notabene adalah aunty nya Axeira langsung menerima lakon yang diberikan oleh ponakannya. ia langsung melihat ke arah Asher. Melalui sorot mata nya dia meminta Asher menjelaskan situasi ini padanya."Sepertinya semua yang terjadi hingga pagi ini adalah murni kesalahpahaman. Jadi saya rasa nona Aira tidak perlu berhenti magang di perusahaan ini, benerkan pak Joshua?" Tanya Asher penuh penekanan pada setiap katanya."Bener sekali pak. Nona Aira kamu bisa kembali keruangan mu dan melanjutkan kerjaan mu." Ucap Joshua pada Aira"Tapi bagaimana dengan ini pak?? " Tunjuk Aira pada surat pemberhentian yang diberikan oleh Joshua tadi pagi sambil melihat penuh kemenangan ke Asher."Ini...!! Biar saya yang buang.. !!!" Asher segera merebut surat itu dari tangan Axei