Share

Bab 4 - Tidak Berharga

Penulis: Intan SR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-10 17:28:36

Adrian tetap berdiri tegap di depan ranjang Elara, ekspresinya tenang, seolah tak terganggu oleh keterkejutan wanita itu.

Tentu saja Elara tidak mengenalinya. Bertahun-tahun yang lalu, ketika dia berusia tujuh belas tahun, pada sebuah pesta megah yang diadakan kakeknya, perhatian Elara hanya tertuju pada satu orang—Damian. Saat itu, dia jatuh cinta pada pandangan pertama, begitu terpesona hingga tak menyadari kehadiran siapa pun di sekitarnya, termasuk Adrian.

Adrian mengingat semuanya. Betapa gadis itu tampak bersinar dalam gaun putihnya, betapa matanya berbinar saat menatap Damian. Tidak ada celah bagi Adrian untuk masuk ke dalam dunianya.

Namun kini, keadaan berbalik. Setelah mengetahui bahwa Elara mengalami kecelakaan, koma selama tiga minggu, dan dikhianati oleh suaminya, Adrianlah yang datang menunggunya, menjenguknya, merawatnya dari kejauhan.

Karena dia telah jatuh cinta pada Elara sejak lama.

Elara menatap pria di hadapannya, kebingungan masih menguasai benaknya. "Maaf, saya tidak ingat siapa Anda," katanya akhirnya, suaranya ragu-ragu.

Adrian tersenyum, sorot matanya teduh namun tajam. "Tak apa-apa," ujarnya ringan. "Aku pernah datang ke pesta kakekmu. Waktu itu, kau mengenakan gaun putih dengan sepatu Mary Jane yang cantik."

Elara membeku. Dia sendiri hampir lupa detail itu, tapi pria ini mengingatnya dengan begitu jelas.

"Lalu… apa alasan Anda datang ke sini?" tanyanya, masih ragu.

Adrian menatapnya lekat-lekat sebelum akhirnya berkata dengan suara yang dalam dan penuh keyakinan, "Aku menyukaimu, Elara. Ceraikan Damian, dan aku akan membantumu membalas dendam atas semua yang telah dia lakukan padamu."

Elara terperanjat, menatapnya dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan.

"Jangan bercanda," katanya dengan suara serak. "Apa Anda tidak lihat keadaan wajah saya?"

Adrian tersenyum tipis. "Wajah bisa diubah," katanya lembut. "Tapi bagaimana dengan hati? Aku akan membantumu mendapatkan kecantikanmu kembali seperti dulu."

Elara menegakkan punggungnya, menatap pria itu lebih lama, seolah mencari kejujuran dalam sorot matanya.

**

Setelah beberapa hari dirawat, Elara akhirnya diizinkan pulang. Namun, langkahnya terhenti di depan rumah sakit. Dia tak tahu harus ke mana.

Rumah orang tuanya dan kakeknya telah disegel, tak ada tempat untuknya kembali. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah rumah Damian—tempat yang dulu dia sebut rumah, meski tak pernah benar-benar merasa memilikinya.

Dengan hati yang berat, Elara melangkah masuk. Tak ada sambutan, tak ada kehangatan.

Matanya langsung tertuju pada Damian yang sedang duduk santai di ruang tengah bersama Alicia. Keduanya tertawa pelan, bercanda akrab di sofa, menikmati kebersamaan yang selama ini diimpikan Elara—namun tak pernah menjadi miliknya.

Langkah kakinya yang menggema membuat Damian menoleh. Mata pria itu melebar, terkejut melihatnya berdiri di ambang pintu.

“Kau?!” suara Damian terdengar tajam, penuh kejijikan. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Elara menelan ludah, berusaha menahan luka yang kembali menganga.

"Aku masih istrimu, Damian," katanya lirih. "Aku tak punya tempat tinggal."

Damian mendengus sinis. "Dan aku peduli?" Tatapannya penuh rasa muak saat melihat wajahnya yang kini penuh bekas luka. “Bukankah aku sudah bilang aku akan menceraikanmu?”

Suasana ruangan itu tiba-tiba terasa semakin dingin.

"Pelayan!" seru Damian tiba-tiba. "Bawa semua barang wanita ini! Jangan sampai satu pun tertinggal!"

Para pelayan yang sejak tadi diam langsung bergerak ke lantai atas. Tak butuh waktu lama, mereka turun dengan koper yang sudah disiapkan—seolah mereka sudah menantikan saat ini jauh-jauh hari.

Seorang pelayan menyerahkan koper itu pada Elara, namun dia terlalu terpaku pada kenyataan yang terjadi.

Sementara itu, Damian berjalan ke ruang kerjanya, lalu kembali dengan setumpuk kertas di tangannya. Ia meletakkan dokumen itu di meja dengan tatapan dingin.

“Ini surat cerai,” katanya tegas. “Tandatangani sekarang.”

Elara menggigit bibirnya, tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

“Aku…” suaranya hampir tak terdengar. “Aku tidak bisa.”

Damian menyipitkan mata. Bibirnya melengkung dalam senyum kejam.

"Kalau kau tak mau tanda tangan…" dia mendekat, suaranya rendah namun menusuk, "kau tak akan pernah bisa melihat ayah dan ibumu lagi."

Darah Elara seketika membeku.

"Kau tahu kan, mereka sudah menjadi budak di keluargaku?" lanjut Damian, nada suaranya terdengar puas melihat reaksi Elara yang kini menegang.

Air mata menggenang di sudut mata Elara, tapi dia menolaknya jatuh. Dia bisa bertahan jika Damian hanya menyakitinya. Tapi ayah dan ibunya?

Dengan tangan gemetar, ia meraih pulpen di meja dan menandatangani surat cerai itu.

Ketika akhirnya dia menyerahkan kembali kertas itu ke tangan Damian, hatinya terasa kosong.

Ia menatap Damian dan Alicia bergantian, mengukir wajah mereka dalam ingatannya.

“Aku akan mengingat malam ini,” suaranya tenang, namun sarat dengan sesuatu yang dingin. “Aku akan mengingat setiap penghinaan yang kalian berikan padaku. Dan ingat ini baik-baik, Damian…” Tatapannya mengunci mata pria itu. “Aku akan kembali untuk membalas semua yang telah kalian lakukan.”

Alicia tertawa kecil, lalu melingkarkan lengannya di lengan Damian.

"Balas dendam?" dia mendengus mengejek. "Sebaiknya kau perbaiki dulu wajah jelekmu itu sebelum berpikir untuk membalas siapa pun."

Elara menahan napas, dadanya sesak oleh rasa sakit yang menggerogoti setiap sudut hatinya.

Namun, meski tubuhnya rapuh, hatinya kini membara.

**

Keluar dari rumah Damian, Elara menghela napas panjang, mencoba mengusir sesak di dadanya. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat sosok seorang pria berdiri di dekat sebuah mobil mewah yang terparkir di depan gerbang.

Pria itu bersandar santai di samping mobilnya, jasnya terpotong sempurna mengikuti lekuk tubuhnya. Saat melihat Elara, dia mendorong tubuhnya tegak dan melangkah mendekat, senyuman lembut menghiasi wajahnya.

"Apa kau masih mau menerima tawaranku, Elara?" tanyanya dengan nada yang tenang, tapi penuh keyakinan.

Elara menegakkan punggungnya. Hatinya yang penuh luka dan dendam kini menemukan secercah harapan.

"Apa Anda juga bisa mengembalikan perusahaan keluargaku seperti semula?" suaranya bergetar, matanya berkilat oleh air mata yang tertahan.

Adrian menatapnya dalam, lalu tersenyum kecil. "Tentu saja," katanya, nadanya seolah menjanjikan dunia. "Aku akan membantumu mendapatkan semuanya kembali. Bahkan lebih dari itu..." Dia mendekat, suaranya lebih rendah namun tajam. "Aku akan membuat laki-laki itu bersujud di depanmu suatu hari."

Elara terdiam. Matanya mengunci pada wajah pria di hadapannya, mencoba mencari kebohongan, tapi yang dia lihat hanyalah ketegasan dan janji yang tak main-main.

Perlahan, dia mengangguk.

"Baiklah," katanya, suaranya tak lagi ragu. "Saya bersedia menjadi wanita Anda."

Namun, Adrian tersenyum lebih lebar, kali ini dengan tatapan yang lebih dalam.

"Lebih dari itu, Elara." Dia mengangkat tangan dan menyentuh dagunya dengan lembut, membuat Elara menahan napas. "Aku ingin kau menjadi istriku."

Jantung Elara berdegup kencang.

Tak ada keraguan. Dia sudah tahu bagaimana rasanya terikat dalam pernikahan tanpa cinta—betapa menderitanya hidup dengan pria yang menginjak harga dirinya tanpa ampun.

Maka kali ini, dia memilih.

"Saya bersedia," jawabnya, suaranya teguh, seolah nasibnya kini berada di tangannya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 5 – Wanita yang Memikat

    Elara menatap bayangannya di cermin besar yang berdiri di sudut ruangan. Wajah itu… bukan lagi wajah yang pernah dia banggakan. Luka bakar yang menggores pipinya tampak kasar di bawah pencahayaan lampu kristal vila Adrian. Seumur hidup, dia tak pernah merasa seburuk ini.Di belakangnya, Adrian bersandar pada meja marmer dengan tangan terlipat di dada, matanya menatapnya lekat. "Kau ingin wajah lamamu kembali atau lebih dari waktu itu?" tanyanya, suaranya tenang, nyaris tanpa emosi.Elara menggigit bibirnya, menahan gejolak yang meluap-luap di dadanya. "Ya, aku ingin wajahku kembali lebih dari yang dulu," jawabnya lirih, nyaris berbisik.Adrian tersenyum tipis, seolah sudah menduga jawaban itu. "Kalau begitu, aku akan membawamu ke seseorang yang bisa membantu."~~~Keesokan harinya, Elara duduk di ruang konsultasi sebuah klinik eksklusif di pusat kota. Ruangan itu beraroma antiseptik, dengan dinding putih bersih yang terasa terlalu steril. Di seberangnya, seorang dokter bedah terkenal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 6 - Baru Permulaan

    Damian menyipitkan mata, memperhatikan wanita di hadapannya dengan lebih saksama. Ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang hampir terasa seperti deja vu. Tapi itu tidak masuk akal. Laurent Forst bukan sekadar wanita cantik, dia adalah sosok yang berpengaruh, seseorang yang tiba-tiba muncul di dunia bisnis dengan nama besar dan kekuatan yang sulit diabaikan.Dan kini, dia berdiri di sini, dalam acara yang sama dengannya."Laurent Forst," Damian akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu. "Nama yang cukup baru di dunia properti, tapi dengan langkah yang mengesankan. Aku ingin tahu, dari mana kau belajar semua itu?"Laurent tersenyum kecil, mengangkat gelas sampanyenya dengan gerakan anggun. "Dari seseorang yang sangat memahami permainan ini," jawabnya ringan, nada suaranya begitu dingin dan tajam, namun mengalun dengan keanggunan yang anehnya… terasa akrab bagi Damian.Dia menatapnya lebih lama, mencoba mencari sesuatu di balik wajah sempurna itu. "Caramu bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 7 - Sebuah Rencana

    Alicia tetap diam sejak tadi, pikirannya dipenuhi oleh kata-kata yang baru saja diucapkan Damian kepada Laurent di depan toilet. Ia berusaha menahan diri, meski hatinya sudah dipenuhi amarah."Jadi, kau ke sana hanya untuk mengikutinya?" suara Alicia terdengar lembut, tapi ada ketegasan di baliknya. Senyumnya masih terukir, namun sorot matanya tajam, memperingatkan.Damian menghela napas, mencoba mempertahankan ekspresi tenangnya. "Kau salah paham. Kau tahu, dia yang menggodaku," kilahnya, suaranya terdengar sedikit gelisah.Alicia mendengus pelan, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. "Awas saja kalau sampai kau tertarik pada wanita lain, Damian," gumamnya, nyaris seperti ancaman terselubung.Sementara itu, seorang MC naik ke atas panggung, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Selamat malam, hadirin sekalian. Untuk acara selanjutnya, kita akan mengadakan permainan yang berkaitan dengan amal. Hadiah yang didapatkan akan didonasikan untuk panti asuhan," katanya dengan nada ra

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 8 - Ingin Kau Merasakan yang Sama

    Laurent dan Damian melangkah masuk ke dalam ruangan. Baru beberapa detik berlalu, tiba-tiba sesuatu melesat cepat di udara. Pisau. Senjata tajam itu menghujam pintu kayu di depan mereka dengan suara berat yang menggema di dalam ruangan.Di luar, para tamu menjerit kaget. Alicia berdiri dari tempat duduknya, jantungnya berdegup tak karuan. Apakah ini benar-benar bagian dari permainan? Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar hiburan malam itu?Di dalam ruangan, Laurent tersentak. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram lengan Damian. Sentuhan itu seharusnya terasa biasa saja, tapi tidak bagi Damian. Ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya—sebuah gelombang halus yang lebih dari sekadar respons atas bahaya. Bukan ketakutan yang membuat jantungnya berdebar, melainkan kehadiran Laurent yang begitu dekat.“Kau… baik-baik saja?” Damian bertanya, suaranya sedikit lebih pelan dari biasanya.Laurent mengangguk kecil, mencoba mengatur napasnya.“Apa ini bagian dari permainan?” Damian melirik ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 9 - Kesepakatan yang Berbahaya

    Selama perjalanan pulang, Damian hanya diam, dan itu membuat Alicia gelisah. Lelaki itu tak pernah bersikap sedingin ini padanya, apalagi hanya karena seorang wanita seperti Laurent dalam satu malam."Apa kau bersikap seperti ini karena dia?" tanya Alicia, kesal karena Damian terus mengabaikannya.Damian menoleh sekilas, mengernyit, lalu kembali fokus pada kemudi tanpa sepatah kata pun."Damian! Aku tidak suka kalau kau mendiamkanku seperti ini!" suaranya meninggi, mememperlihatkan emosinya yang semakin memuncak.Damian menarik napas dalam-dalam, menahan amarahnya yang sudah di ambang batas. "Kau tahu apa dampak yang kau timbulkan tadi, Alicia? Kau menampar seseorang yang sedang naik popularitasnya di dunia bisnis! Bagaimana kau bisa begitu ceroboh? Tidak bisakah kau sedikit saja mengendalikan emosimu?" geramnya, suaranya rendah tapi tajam."Oh, jadi ini semua salahku?" tanya Alicia, matanya membulat penuh ketidakpercayaan.Damian tidak menjawab, hanya menghela napas panjang seolah be

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan

    Laurent turun dari mobil dengan langkah anggun, mengenakan setelan elegan yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Udara pagi yang masih sejuk menyambutnya ketika ia melangkah menuju lobi hotel, tempat pertemuan pentingnya dengan seorang investor berpengaruh.Di dalam, suasana hotel terasa mewah dan tenang. Cahaya lampu kristal berpendar lembut, menciptakan refleksi indah di lantai marmer yang mengilap. Wangi parfum eksklusif bercampur dengan aroma kopi dari kafe di sudut ruangan, menambah kesan berkelas pada tempat itu.Laurent duduk di area lounge, menunggu dengan sabar sementara matanya mengamati sekitar. Investor yang ia nantikan mengirim pesan bahwa ia terjebak macet—bukan hal yang mengejutkan di kota besar seperti ini.Saat itu, tanpa sengaja, sesuatu menarik perhatiannya.Di dekat resepsionis, seorang wanita berdiri. Wajahnya begitu familiar. Laurent menyipitkan mata, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi.Namun, bukan itu yang mengejutkannya. Di samping Alicia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 11 - Masuk ke Dalam Kehidupan Damian

    "Ada apa?" tanya Adrian, nada suaranya sarat dengan perhatian.Laurent tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah tertentu, matanya terpaku pada satu sosok. Adrian mengikuti arah pandangnya, menoleh ke belakang.Di belakangnya Damian berdiri, baru saja melepaskan jabatan tangan dengan seseorang—mungkin mitra bisnisnya. Pandangan pria itu kemudian beralih, menemukan Laurent dan Adrian di meja mereka.Sebuah senyum terlukis di wajah Damian. Sebuah senyum yang tak memiliki arti.Laurent menahan napas. Tidak. Sepertinya pria itu tidak mendengar. Sepertinya nama itu—Elara—tidak mencapai telinganya.Namun sebelum Laurent bisa menarik napas lega, Damian mulai melangkah mendekat."Kita bertemu di sini," ucapnya ringan, seolah hanya ingin menyapa Laurent.Laurent menanggapi dengan sebuah senyum tipis, terlatih, tanpa cela.Damian melirik bunga yang ada di atas meja, sorot matanya berubah sedikit—entah itu sebuah ejekan halus atau hanya sekadar pengamatan. Kemudian, bibirnya melengku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 12 - Dalam Bencana

    Laurent berdiri di tengah hiruk-pikuk proyek apartemen, matanya tajam mengamati setiap sudut bangunan yang masih setengah jadi. Ia mengenakan helm proyek dan rompi pelindung, memastikan setiap detail berjalan sesuai rencana. Suara mesin bor dan palu beradu logam menggema di sekelilingnya, tetapi pikirannya tetap fokus.Rooney, sang arsitek utama, berjalan di sampingnya, sesekali mengangguk ketika Laurent menunjukkan beberapa bagian bangunan yang perlu perhatian lebih."Saya ingin material di bagian lobi lebih eksklusif, Rooney. Kita harus memastikan ini sesuai dengan konsep awal." Suaranya tegas namun tetap anggun."Tentu, Nona Laurent. Saya akan berdiskusi lagi dengan tim desain."Laurent mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya ke struktur balkon. "Dan railing di area penthouse ini? Saya ingin desain yang lebih ramping, tapi tetap kokoh.""Saya akan mengajukan beberapa opsi besok pagi," jawab Rooney sambil mencatat.Namun, sebelum diskusi mereka selesai, sebuah suara mengalihkan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26

Bab terbaru

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab - 18 Pembalasan Dimulai

    "Jelaskan apa? Bahwa kau selingkuh?" suara Damian menggema di ruangan, dingin dan tajam seperti belati. Tatapannya menusuk, menuntut jawaban yang bisa meredam amarahnya.Alicia menelan ludah, tubuhnya menegang. "Itu bukan seperti yang kau pikirkan!" katanya cepat, mencoba mempertahankan ketenangan meski napasnya mulai memburu.Damian menggeleng, ekspresi wajahnya penuh kemarahan dan kekecewaan. "Kau tahu dampak dari apa yang kau lakukan saat menampar Laurent masih ada? Aku harus membereskannya, dan sekarang kau membuat masalah lagi?" nada suaranya meninggi, frustrasi yang sejak tadi ia tekan akhirnya meledak."Aku hanya bertemu dengan pria itu! Tak ada yang spesial, Damian. Aku hanya membahas masalah bisnis."Damian mendengus sinis. "Kau pikir aku percaya?"Alicia mendekat, menatap suaminya dengan mata penuh keyakinan. "Aku bersumpah, Damian! Aku dijebak! Kau harus percaya bahwa Elara sudah kembali dan sedang memanipulasi semuanya!"Namun, Damian hanya menghela napas panjang, kasar, p

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 17. Munculnya Sosok yang Hilang

    Alicia melangkah perlahan di jalan setapak pemakaman yang mulai diselimuti kabut tipis. Angin bertiup lembut, mengusap helaian rambutnya yang tergerai di bahu. Tangannya merogoh tas, mengeluarkan ponsel, dan dengan cepat menekan nomor suaminya.Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara Damian yang dalam dan malas menanggapi."Damian... Wanita itu masih hidup," ujar Alicia, suaranya datar tapi penuh keyakinan.Terdengar tarikan napas dari seberang telepon. "Dari mana kau tahu?" tanya Damian, nada suaranya penuh ketidakpercayaan.Alicia membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Ia menyandarkan punggungnya ke jok, menatap lurus ke depan dengan ekspresi serius. "Aku baru saja ke makam ayahnya. Ada bunga yang masih segar di sana. Siapa lagi yang akan meninggalkannya kalau bukan dia?"Sejenak, Damian terdiam. Lalu, dengan suara yang lebih tajam, ia berkata, "Alicia, jangan mulai lagi."Namun, Alicia tidak peduli. Ia menyalakan mesin mobil dan tersenyum tipis. "Bagaimana kalau kita

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 16 - Janji Laurent

    Malam itu, Alicia berbaring di tempat tidur dengan gelisah. Matanya menatap kosong ke langit-langit, pikirannya terus berputar pada kejadian di lelang siang tadi.Bagaimana mungkin keluarga Damian, yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian, bisa kalah? Dan bukan oleh sembarang lawan, melainkan oleh L Group, perusahaan yang diyakini ada kaitannya dengan Laurent. Kebetulan seperti ini terasa terlalu aneh, terlalu disengaja.Alicia menghela napas. Semakin ia mencoba mengabaikan perasaan itu, semakin kuat firasat buruk menyelimutinya. Terlebih lagi, akhir-akhir ini, kehidupannya seakan selalu diusik oleh bayang-bayang Laurent.Damian baru saja keluar dari kamar mandi, handuk masih melingkar di lehernya. Ia memperhatikan istrinya yang tampak tenggelam dalam pikirannya, wajahnya tegang, nyaris terganggu."Kau masih memikirkan lelang tadi siang?" tanyanya santai, sambil berjalan ke lemari dan mengambil piyama.Alicia mengangguk pelan."Damian," panggilnya tiba-tiba, suaranya datar nam

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 15 - Menjadi Milikku

    Adrian tengah sibuk berbicara dengan beberapa investor di sudut ruangan, membahas prospek kerja sama bisnis. Sementara itu, Laurent duduk sendiri di meja bundar dekat bar, menyesap sampanye dengan elegan.Tatapannya menyapu ruangan, memastikan semua berjalan sesuai rencana. Lelang ini bukan sekadar transaksi biasa. Ini adalah langkah awal dari balas dendamnya. Rumah itu harus kembali padanya. Keluarga Damian tidak boleh memilikinya.Saat Laurent masih tenggelam dalam pikirannya, suara tajam menyelusup di antara denting gelas dan percakapan pelan para tamu."Berani sekali kau datang ke sini," ujar seseorang dengan nada mengejek.Laurent mendongak. Di hadapannya berdiri Alicia, mengenakan gaun merah tua yang mencolok. Senyum penuh kemenangan tersungging di bibir wanita itu, seolah-olah kehadiran Laurent di tempat ini adalah kesalahan besar."Kenapa tidak berani?" Laurent menjawab dengan suara pelan, namun tajam. "Apakah ada orang jahat di sini sampai aku harus takut?"Tatapan Alicia men

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 14 - Menghancurkan Musuh Sedikit Demi Sedikit

    "Tentu saja aku bekerja," jawab Damian singkat. Suaranya terdengar biasa saja, datar tanpa celah untuk dipertanyakan.Tanpa menunggu reaksi dari Alicia, ia melangkah pergi, membuka pintu kamar mereka yang bersebelahan dengan kamar anak mereka, lalu menghilang di dalamnya.Alicia tetap berdiri di tempatnya. Matanya menatap punggung Damian yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu.Ia menghela napas panjang, dadanya naik turun, menahan perasaan yang mendidih di dalamnya.Suaminya berbohong.Alicia tahu itu.Damian tidak akan pernah mengaku bahwa dia tadi bertemu dengan Laurent.Perlahan, ia berbalik, menatap kosong ke arah pintu kamar mereka yang kini tertutup rapat. Cahaya lampu koridor menerangi wajahnya yang penuh kecurigaan, bibirnya mengerucut dalam kemarahan yang semakin pekat."Damian…" bisiknya, nyaris tanpa suara. "Kau mulai berbohong padaku."Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia mengatupkan rahang, pikirannya mulai berputar, mencari cara.Tidak.Ia tidak akan me

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 13 - Kemarahan Alicia

    Damian menunggu di kamar rumah sakit, sesekali melirik jam di dinding. Waktu terasa berjalan lambat. Sudah lebih dari setengah jam sejak Laurent dibawa masuk. Tidak ada luka serius, hanya beberapa goresan di wajahnya—lebih karena syok daripada cedera berat.Ruangan itu dipenuhi kesunyian yang menyesakkan. Damian bersandar di kursinya, tangannya bertaut di pangkuan, matanya terus menatap ke arah pintu yang masih tertutup.Tiba-tiba, pintu kamar didorong dari luar. Adrian masuk dengan langkah tergesa, wajahnya penuh kecemasan. Napasnya sedikit memburu, seolah ia baru saja berlari. Tepat pada saat itu, Laurent membuka matanya."Kau tak apa-apa?" suara Adrian penuh kegelisahan, seakan dunia di sekitarnya tak lagi ada. Bahkan, ia tidak menyadari keberadaan Damian di ruangan yang sama.Laurent mencoba untuk duduk, tubuhnya masih terasa lemah. Ia mengangguk pelan, mengatur napasnya.Dengan lembut, Adrian mengusap pipinya, menatapnya seolah ia adalah sesuatu yang begitu berharga. Ada kelembu

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 12 - Dalam Bencana

    Laurent berdiri di tengah hiruk-pikuk proyek apartemen, matanya tajam mengamati setiap sudut bangunan yang masih setengah jadi. Ia mengenakan helm proyek dan rompi pelindung, memastikan setiap detail berjalan sesuai rencana. Suara mesin bor dan palu beradu logam menggema di sekelilingnya, tetapi pikirannya tetap fokus.Rooney, sang arsitek utama, berjalan di sampingnya, sesekali mengangguk ketika Laurent menunjukkan beberapa bagian bangunan yang perlu perhatian lebih."Saya ingin material di bagian lobi lebih eksklusif, Rooney. Kita harus memastikan ini sesuai dengan konsep awal." Suaranya tegas namun tetap anggun."Tentu, Nona Laurent. Saya akan berdiskusi lagi dengan tim desain."Laurent mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya ke struktur balkon. "Dan railing di area penthouse ini? Saya ingin desain yang lebih ramping, tapi tetap kokoh.""Saya akan mengajukan beberapa opsi besok pagi," jawab Rooney sambil mencatat.Namun, sebelum diskusi mereka selesai, sebuah suara mengalihkan p

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 11 - Masuk ke Dalam Kehidupan Damian

    "Ada apa?" tanya Adrian, nada suaranya sarat dengan perhatian.Laurent tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah tertentu, matanya terpaku pada satu sosok. Adrian mengikuti arah pandangnya, menoleh ke belakang.Di belakangnya Damian berdiri, baru saja melepaskan jabatan tangan dengan seseorang—mungkin mitra bisnisnya. Pandangan pria itu kemudian beralih, menemukan Laurent dan Adrian di meja mereka.Sebuah senyum terlukis di wajah Damian. Sebuah senyum yang tak memiliki arti.Laurent menahan napas. Tidak. Sepertinya pria itu tidak mendengar. Sepertinya nama itu—Elara—tidak mencapai telinganya.Namun sebelum Laurent bisa menarik napas lega, Damian mulai melangkah mendekat."Kita bertemu di sini," ucapnya ringan, seolah hanya ingin menyapa Laurent.Laurent menanggapi dengan sebuah senyum tipis, terlatih, tanpa cela.Damian melirik bunga yang ada di atas meja, sorot matanya berubah sedikit—entah itu sebuah ejekan halus atau hanya sekadar pengamatan. Kemudian, bibirnya melengku

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan

    Laurent turun dari mobil dengan langkah anggun, mengenakan setelan elegan yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Udara pagi yang masih sejuk menyambutnya ketika ia melangkah menuju lobi hotel, tempat pertemuan pentingnya dengan seorang investor berpengaruh.Di dalam, suasana hotel terasa mewah dan tenang. Cahaya lampu kristal berpendar lembut, menciptakan refleksi indah di lantai marmer yang mengilap. Wangi parfum eksklusif bercampur dengan aroma kopi dari kafe di sudut ruangan, menambah kesan berkelas pada tempat itu.Laurent duduk di area lounge, menunggu dengan sabar sementara matanya mengamati sekitar. Investor yang ia nantikan mengirim pesan bahwa ia terjebak macet—bukan hal yang mengejutkan di kota besar seperti ini.Saat itu, tanpa sengaja, sesuatu menarik perhatiannya.Di dekat resepsionis, seorang wanita berdiri. Wajahnya begitu familiar. Laurent menyipitkan mata, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi.Namun, bukan itu yang mengejutkannya. Di samping Alicia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status