Home / Romansa / Pengantin Buruk Rupa yang Kembali / Bab 5 – Wanita yang Memikat

Share

Bab 5 – Wanita yang Memikat

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2025-03-10 17:45:40

Elara menatap bayangannya di cermin besar yang berdiri di sudut ruangan. Wajah itu… bukan lagi wajah yang pernah dia banggakan. Luka bakar yang menggores pipinya tampak kasar di bawah pencahayaan lampu kristal vila Adrian. Seumur hidup, dia tak pernah merasa seburuk ini.

Di belakangnya, Adrian bersandar pada meja marmer dengan tangan terlipat di dada, matanya menatapnya lekat. "Kau ingin wajah lamamu kembali atau lebih dari waktu itu?" tanyanya, suaranya tenang, nyaris tanpa emosi.

Elara menggigit bibirnya, menahan gejolak yang meluap-luap di dadanya. "Ya, aku ingin wajahku kembali lebih dari yang dulu," jawabnya lirih, nyaris berbisik.

Adrian tersenyum tipis, seolah sudah menduga jawaban itu. "Kalau begitu, aku akan membawamu ke seseorang yang bisa membantu."

~~~

Keesokan harinya, Elara duduk di ruang konsultasi sebuah klinik eksklusif di pusat kota. Ruangan itu beraroma antiseptik, dengan dinding putih bersih yang terasa terlalu steril. Di seberangnya, seorang dokter bedah terkenal yang direkomendasikan Adrian meneliti wajahnya dengan cermat, jarinya menyentuh kulitnya dengan hati-hati.

"Luka ini bisa diperbaiki," kata dokter itu akhirnya. "Tapi prosesnya panjang dan tidak akan mudah. Akan ada rasa sakit, mungkin lebih dari yang bisa kau bayangkan."

Elara menegakkan punggungnya. Apa pun rasa sakitnya, dia siap menanggungnya. Dia sudah merasakan penderitaan yang lebih buruk dari ini. "Saya akan melakukannya," ucapnya tanpa ragu.

Adrian mengangguk di sampingnya, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. "Baik," katanya. "Kalau begitu, kita mulai."

~~~

Hari-hari berikutnya berlalu dengan serangkaian prosedur medis yang melelahkan. Operasi demi operasi, perawatan demi perawatan, setiap malam Elara menahan nyeri yang membakar wajahnya. Tetapi dia tidak pernah mengeluh. Setiap rasa sakit yang dia rasakan hanya mengingatkannya pada penghinaan yang pernah dia terima. Pada Damian. Pada Alicia. Pada setiap orang yang telah meremehkannya.

Adrian selalu ada, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Kadang-kadang, dia hanya diam, berdiri di sudut ruangan dengan tatapan yang sulit diartikan. Kadang-kadang, dia berbicara, menanyakan kabarnya, mengingatkannya bahwa ini hanya permulaan.

Minggu demi minggu berlalu. Luka-luka perlahan memudar, kulitnya mulai kembali halus. Sampai akhirnya, pada malam terakhir perawatan, Elara kembali berdiri di depan cermin.

Bayangan yang menatapnya kali ini berbeda. Bukan lagi wajah penuh luka dan kehancuran, bukan lagi Elara yang dulu. Kulitnya kini sehalus porselen, sempurna tanpa cela, dengan garis-garis wajah yang lebih tajam dan anggun. Matanya tampak lebih besar dan memikat, bibirnya terbentuk dengan indah, dan setiap lekuk wajahnya bagaikan pahatan seorang seniman.

Dia bukan hanya kembali—dia terlahir kembali.

Di belakangnya, Adrian menyandarkan diri pada dinding, menatapnya dengan sorot puas. "Sekarang, kita bisa masuk ke tahap selanjutnya," katanya, suaranya rendah dan tenang, seolah ini hanyalah bagian dari rencana besar yang telah lama ia siapkan.

Elara mengangkat dagunya, menatap bayangannya sendiri sekali lagi sebelum berbalik menghadapi pria itu. Mata emasnya berkilat dengan tekad yang tak tergoyahkan. "Ajari aku cara menghancurkan mereka," ucapnya, suaranya lebih mantap dari sebelumnya.

Senyum Adrian melebar. "Dengan senang hati."

---

Vila Adrian telah berubah menjadi tempat pelatihan bagi Elara. Setiap hari, Adrian membawanya ke ruang kerja yang dipenuhi layar-layar besar, menampilkan grafik saham, laporan keuangan, serta data pasar properti yang bergerak setiap detiknya.

“Dunia bisnis bukan untuk orang lemah,” ujar Adrian, meletakkan setumpuk dokumen di hadapan Elara. “Kau ingin membalas dendam? Maka kau harus lebih pintar dari mereka.”

Elara menatap lembaran-lembaran itu dengan kening berkerut. Laporan keuangan? Analisis investasi? Semua ini terasa asing baginya.

“Aku tak paham ini…” gumamnya, frustrasi.

Adrian menyandarkan diri ke meja, menatapnya dengan tatapan tajam. “Dan itulah yang membuatmu kalah selama ini. Damian bisa mencampakkanmu karena kau tidak tahu cara melawan. Tapi jika kau menguasai permainan ini, dia tidak akan pernah bisa menjatuhkanmu lagi.”

Hari-hari berlalu dengan latihan intensif. Elara belajar membaca laporan keuangan, memahami strategi investasi, dan mendalami setiap aspek bisnis properti—dari menilai aset hingga memprediksi pergerakan pasar.

“Bisnis bukan hanya soal angka,” kata Adrian suatu malam saat mereka duduk di depan perapian. “Ini adalah permainan psikologi. Kau harus tahu kapan harus menyerang dan kapan harus mundur.”

Elara menyandarkan kepalanya ke sofa, sorot matanya penuh pemahaman baru. “Lalu, kapan aku bisa menyerang Damian?”

Adrian tersenyum tipis. “Saat dia berpikir kau sudah kalah."

---

Beberapa bulan kemudian, Elara berdiri di depan jendela besar ruang kantornya, menatap pemandangan kota yang gemerlap. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia bukan hanya seorang istri yang dicampakkan—dia adalah bagian dari dunia bisnis, siap merebut kembali segalanya yang telah direnggut darinya.

Adrian memasuki ruangan dengan langkah percaya diri, membawa setumpuk berkas. “Bagaimana rasanya duduk di kursi ini?” tanyanya dengan senyum kecil.

Elara menoleh. “Masih terasa asing,” jawabnya jujur. “Tapi aku siap belajar.”

Adrian mengangguk puas. “Bagus. Jika kau ingin mengalahkan Damian, kau harus lebih cerdas dan lebih kejam darinya.”

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan jadwal yang padat. Adrian memperkenalkannya pada seluk-beluk bisnis properti—cara menilai tanah dan bangunan, membaca tren pasar, serta bernegosiasi dengan para investor. Elara menyerap ilmu dengan cepat, mengingat setiap detail yang bisa menjadi senjatanya dalam pertarungan yang akan datang.

Beberapa minggu kemudian, Adrian mengajaknya menghadiri gala bisnis yang dihadiri para pemilik perusahaan properti terbesar di kota. Malam itu, Elara mengenakan gaun hitam elegan yang membingkai sosoknya dengan sempurna. Dia bukan lagi wanita yang lemah dan ditinggalkan, tetapi seorang wanita yang bangkit dari kehancuran.

Saat Laurent Forst melangkah masuk bersama Adrian, ruangan gala yang semula dipenuhi obrolan santai mendadak hening sesaat. Bisik-bisik lirih menyebar di antara para tamu.

Tak ada yang mengenali wanita itu—tak ada yang tahu bahwa dia pernah menjadi seseorang yang mereka anggap tak berarti. Yang berdiri di sini bukan lagi Elara, wanita yang pernah dicampakkan dan dihancurkan. Laurent Forst adalah sosok baru. Lebih kuat. Lebih tajam. Dan lebih cantik—bagaikan dewi yang turun ke dunia dengan aura yang begitu memikat.

“Laurent,” seorang pria paruh baya mendekatinya dengan senyum penuh minat. “Saya Michael Chang, direktur eksekutif Silver Heights Realty. Adrian mengatakan Anda tertarik mengembangkan proyek perumahan di kawasan elite?”

Laurent menatapnya dengan percaya diri, sudut bibirnya melengkung tipis. “Benar. Saya ingin memulai langkah pertama saya dengan proyek yang memiliki prospek cerah.”

Michael mengangguk, tetapi ekspresinya sedikit berubah, seolah mempertimbangkan sesuatu. “Bagus. Tapi proyek ini punya banyak pesaing. Salah satunya adalah Damian Everstone.”

Nama itu seharusnya bisa mengguncang siapa pun yang mendengarnya. Tapi tidak bagi Laurent. Tidak malam ini.

Dia hanya tersenyum tipis. “Saya tidak takut bersaing.”

Tak lama kemudian, seseorang memasuki ruangan dengan langkah penuh percaya diri, senyum lebarnya mencerminkan kepuasan. Lengan pria itu menggamit seorang wanita anggun yang kini bukan hanya seorang istri, tetapi juga seorang ibu—kesempurnaan dalam definisi sosial yang selama ini dijunjung tinggi.

“Tuan Damian!” seru Michael, menyambutnya dengan hormat.

Laurent menoleh, matanya menangkap dua sosok yang berjalan mendekat. Gaun wanita itu elegan, senyumnya lembut, dan gerak-geriknya menunjukkan keanggunan yang terlatih. Damian, di sisi lain, tampak seperti pria yang memiliki segalanya—kesuksesan, status, dan keluarga sempurna.

Namun, Laurent tidak gentar. Dia berdiri tegak, bahunya tidak bergeming sedikit pun. Sorot matanya tajam, seakan menembus sosok pria yang pernah menghancurkannya. Ada ketenangan yang berbahaya di sana, sesuatu yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Lalu, tatapan mereka bertemu.

Damian, yang baru saja hendak menyapa Michael, tiba-tiba membeku. Napasnya tertahan di tenggorokan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia kehilangan kata-kata.

Wanita di hadapannya begitu memesona, namun ada sesuatu yang sulit dijelaskan—sebuah daya tarik yang terasa familiar, tapi tak bisa ia tempatkan di mana.

Laurent Forst berdiri anggun. Wajahnya luar biasa cantik, seolah dipahat oleh dewa. Bukan kecantikan biasa, melainkan pesona yang memancarkan kekuatan dan dominasi. Mata tajamnya menatap Damian dengan ketenangan yang nyaris menusuk, seolah dia hanya pria biasa yang tak berarti apa-apa.

Damian, yang selalu percaya diri di hadapan siapa pun, tiba-tiba kehilangan kata-kata. Ada sesuatu dalam sorot mata Laurent yang mengusiknya—sesuatu yang tak bisa ia pahami.

Senyum kecil terukir di sudut bibir Laurent, dingin dan penuh kemenangan, seolah dia tahu sesuatu yang tidak Damian ketahui.

Dan untuk pertama kalinya, Damian tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 6 - Baru Permulaan

    Damian menyipitkan mata, memperhatikan wanita di hadapannya dengan lebih saksama. Ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang hampir terasa seperti deja vu. Tapi itu tidak masuk akal. Laurent Forst bukan sekadar wanita cantik, dia adalah sosok yang berpengaruh, seseorang yang tiba-tiba muncul di dunia bisnis dengan nama besar dan kekuatan yang sulit diabaikan.Dan kini, dia berdiri di sini, dalam acara yang sama dengannya."Laurent Forst," Damian akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu. "Nama yang cukup baru di dunia properti, tapi dengan langkah yang mengesankan. Aku ingin tahu, dari mana kau belajar semua itu?"Laurent tersenyum kecil, mengangkat gelas sampanyenya dengan gerakan anggun. "Dari seseorang yang sangat memahami permainan ini," jawabnya ringan, nada suaranya begitu dingin dan tajam, namun mengalun dengan keanggunan yang anehnya… terasa akrab bagi Damian.Dia menatapnya lebih lama, mencoba mencari sesuatu di balik wajah sempurna itu. "Caramu bi

    Last Updated : 2025-03-10
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 7 - Sebuah Rencana

    Alicia tetap diam sejak tadi, pikirannya dipenuhi oleh kata-kata yang baru saja diucapkan Damian kepada Laurent di depan toilet. Ia berusaha menahan diri, meski hatinya sudah dipenuhi amarah."Jadi, kau ke sana hanya untuk mengikutinya?" suara Alicia terdengar lembut, tapi ada ketegasan di baliknya. Senyumnya masih terukir, namun sorot matanya tajam, memperingatkan.Damian menghela napas, mencoba mempertahankan ekspresi tenangnya. "Kau salah paham. Kau tahu, dia yang menggodaku," kilahnya, suaranya terdengar sedikit gelisah.Alicia mendengus pelan, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. "Awas saja kalau sampai kau tertarik pada wanita lain, Damian," gumamnya, nyaris seperti ancaman terselubung.Sementara itu, seorang MC naik ke atas panggung, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Selamat malam, hadirin sekalian. Untuk acara selanjutnya, kita akan mengadakan permainan yang berkaitan dengan amal. Hadiah yang didapatkan akan didonasikan untuk panti asuhan," katanya dengan nada ra

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 8 - Ingin Kau Merasakan yang Sama

    Laurent dan Damian melangkah masuk ke dalam ruangan. Baru beberapa detik berlalu, tiba-tiba sesuatu melesat cepat di udara. Pisau. Senjata tajam itu menghujam pintu kayu di depan mereka dengan suara berat yang menggema di dalam ruangan.Di luar, para tamu menjerit kaget. Alicia berdiri dari tempat duduknya, jantungnya berdegup tak karuan. Apakah ini benar-benar bagian dari permainan? Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar hiburan malam itu?Di dalam ruangan, Laurent tersentak. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram lengan Damian. Sentuhan itu seharusnya terasa biasa saja, tapi tidak bagi Damian. Ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya—sebuah gelombang halus yang lebih dari sekadar respons atas bahaya. Bukan ketakutan yang membuat jantungnya berdebar, melainkan kehadiran Laurent yang begitu dekat.“Kau… baik-baik saja?” Damian bertanya, suaranya sedikit lebih pelan dari biasanya.Laurent mengangguk kecil, mencoba mengatur napasnya.“Apa ini bagian dari permainan?” Damian melirik ke ar

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 9 - Kesepakatan yang Berbahaya

    Selama perjalanan pulang, Damian hanya diam, dan itu membuat Alicia gelisah. Lelaki itu tak pernah bersikap sedingin ini padanya, apalagi hanya karena seorang wanita seperti Laurent dalam satu malam."Apa kau bersikap seperti ini karena dia?" tanya Alicia, kesal karena Damian terus mengabaikannya.Damian menoleh sekilas, mengernyit, lalu kembali fokus pada kemudi tanpa sepatah kata pun."Damian! Aku tidak suka kalau kau mendiamkanku seperti ini!" suaranya meninggi, mememperlihatkan emosinya yang semakin memuncak.Damian menarik napas dalam-dalam, menahan amarahnya yang sudah di ambang batas. "Kau tahu apa dampak yang kau timbulkan tadi, Alicia? Kau menampar seseorang yang sedang naik popularitasnya di dunia bisnis! Bagaimana kau bisa begitu ceroboh? Tidak bisakah kau sedikit saja mengendalikan emosimu?" geramnya, suaranya rendah tapi tajam."Oh, jadi ini semua salahku?" tanya Alicia, matanya membulat penuh ketidakpercayaan.Damian tidak menjawab, hanya menghela napas panjang seolah be

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan

    Laurent turun dari mobil dengan langkah anggun, mengenakan setelan elegan yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Udara pagi yang masih sejuk menyambutnya ketika ia melangkah menuju lobi hotel, tempat pertemuan pentingnya dengan seorang investor berpengaruh.Di dalam, suasana hotel terasa mewah dan tenang. Cahaya lampu kristal berpendar lembut, menciptakan refleksi indah di lantai marmer yang mengilap. Wangi parfum eksklusif bercampur dengan aroma kopi dari kafe di sudut ruangan, menambah kesan berkelas pada tempat itu.Laurent duduk di area lounge, menunggu dengan sabar sementara matanya mengamati sekitar. Investor yang ia nantikan mengirim pesan bahwa ia terjebak macet—bukan hal yang mengejutkan di kota besar seperti ini.Saat itu, tanpa sengaja, sesuatu menarik perhatiannya.Di dekat resepsionis, seorang wanita berdiri. Wajahnya begitu familiar. Laurent menyipitkan mata, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi.Namun, bukan itu yang mengejutkannya. Di samping Alicia

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 11 - Masuk ke Dalam Kehidupan Damian

    "Ada apa?" tanya Adrian, nada suaranya sarat dengan perhatian.Laurent tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah tertentu, matanya terpaku pada satu sosok. Adrian mengikuti arah pandangnya, menoleh ke belakang.Di belakangnya Damian berdiri, baru saja melepaskan jabatan tangan dengan seseorang—mungkin mitra bisnisnya. Pandangan pria itu kemudian beralih, menemukan Laurent dan Adrian di meja mereka.Sebuah senyum terlukis di wajah Damian. Sebuah senyum yang tak memiliki arti.Laurent menahan napas. Tidak. Sepertinya pria itu tidak mendengar. Sepertinya nama itu—Elara—tidak mencapai telinganya.Namun sebelum Laurent bisa menarik napas lega, Damian mulai melangkah mendekat."Kita bertemu di sini," ucapnya ringan, seolah hanya ingin menyapa Laurent.Laurent menanggapi dengan sebuah senyum tipis, terlatih, tanpa cela.Damian melirik bunga yang ada di atas meja, sorot matanya berubah sedikit—entah itu sebuah ejekan halus atau hanya sekadar pengamatan. Kemudian, bibirnya melengku

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 12 - Dalam Bencana

    Laurent berdiri di tengah hiruk-pikuk proyek apartemen, matanya tajam mengamati setiap sudut bangunan yang masih setengah jadi. Ia mengenakan helm proyek dan rompi pelindung, memastikan setiap detail berjalan sesuai rencana. Suara mesin bor dan palu beradu logam menggema di sekelilingnya, tetapi pikirannya tetap fokus.Rooney, sang arsitek utama, berjalan di sampingnya, sesekali mengangguk ketika Laurent menunjukkan beberapa bagian bangunan yang perlu perhatian lebih."Saya ingin material di bagian lobi lebih eksklusif, Rooney. Kita harus memastikan ini sesuai dengan konsep awal." Suaranya tegas namun tetap anggun."Tentu, Nona Laurent. Saya akan berdiskusi lagi dengan tim desain."Laurent mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya ke struktur balkon. "Dan railing di area penthouse ini? Saya ingin desain yang lebih ramping, tapi tetap kokoh.""Saya akan mengajukan beberapa opsi besok pagi," jawab Rooney sambil mencatat.Namun, sebelum diskusi mereka selesai, sebuah suara mengalihkan p

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 13 - Kemarahan Alicia

    Damian menunggu di kamar rumah sakit, sesekali melirik jam di dinding. Waktu terasa berjalan lambat. Sudah lebih dari setengah jam sejak Laurent dibawa masuk. Tidak ada luka serius, hanya beberapa goresan di wajahnya—lebih karena syok daripada cedera berat.Ruangan itu dipenuhi kesunyian yang menyesakkan. Damian bersandar di kursinya, tangannya bertaut di pangkuan, matanya terus menatap ke arah pintu yang masih tertutup.Tiba-tiba, pintu kamar didorong dari luar. Adrian masuk dengan langkah tergesa, wajahnya penuh kecemasan. Napasnya sedikit memburu, seolah ia baru saja berlari. Tepat pada saat itu, Laurent membuka matanya."Kau tak apa-apa?" suara Adrian penuh kegelisahan, seakan dunia di sekitarnya tak lagi ada. Bahkan, ia tidak menyadari keberadaan Damian di ruangan yang sama.Laurent mencoba untuk duduk, tubuhnya masih terasa lemah. Ia mengangguk pelan, mengatur napasnya.Dengan lembut, Adrian mengusap pipinya, menatapnya seolah ia adalah sesuatu yang begitu berharga. Ada kelembu

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab - 18 Pembalasan Dimulai

    "Jelaskan apa? Bahwa kau selingkuh?" suara Damian menggema di ruangan, dingin dan tajam seperti belati. Tatapannya menusuk, menuntut jawaban yang bisa meredam amarahnya.Alicia menelan ludah, tubuhnya menegang. "Itu bukan seperti yang kau pikirkan!" katanya cepat, mencoba mempertahankan ketenangan meski napasnya mulai memburu.Damian menggeleng, ekspresi wajahnya penuh kemarahan dan kekecewaan. "Kau tahu dampak dari apa yang kau lakukan saat menampar Laurent masih ada? Aku harus membereskannya, dan sekarang kau membuat masalah lagi?" nada suaranya meninggi, frustrasi yang sejak tadi ia tekan akhirnya meledak."Aku hanya bertemu dengan pria itu! Tak ada yang spesial, Damian. Aku hanya membahas masalah bisnis."Damian mendengus sinis. "Kau pikir aku percaya?"Alicia mendekat, menatap suaminya dengan mata penuh keyakinan. "Aku bersumpah, Damian! Aku dijebak! Kau harus percaya bahwa Elara sudah kembali dan sedang memanipulasi semuanya!"Namun, Damian hanya menghela napas panjang, kasar, p

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 17. Munculnya Sosok yang Hilang

    Alicia melangkah perlahan di jalan setapak pemakaman yang mulai diselimuti kabut tipis. Angin bertiup lembut, mengusap helaian rambutnya yang tergerai di bahu. Tangannya merogoh tas, mengeluarkan ponsel, dan dengan cepat menekan nomor suaminya.Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara Damian yang dalam dan malas menanggapi."Damian... Wanita itu masih hidup," ujar Alicia, suaranya datar tapi penuh keyakinan.Terdengar tarikan napas dari seberang telepon. "Dari mana kau tahu?" tanya Damian, nada suaranya penuh ketidakpercayaan.Alicia membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Ia menyandarkan punggungnya ke jok, menatap lurus ke depan dengan ekspresi serius. "Aku baru saja ke makam ayahnya. Ada bunga yang masih segar di sana. Siapa lagi yang akan meninggalkannya kalau bukan dia?"Sejenak, Damian terdiam. Lalu, dengan suara yang lebih tajam, ia berkata, "Alicia, jangan mulai lagi."Namun, Alicia tidak peduli. Ia menyalakan mesin mobil dan tersenyum tipis. "Bagaimana kalau kita

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 16 - Janji Laurent

    Malam itu, Alicia berbaring di tempat tidur dengan gelisah. Matanya menatap kosong ke langit-langit, pikirannya terus berputar pada kejadian di lelang siang tadi.Bagaimana mungkin keluarga Damian, yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian, bisa kalah? Dan bukan oleh sembarang lawan, melainkan oleh L Group, perusahaan yang diyakini ada kaitannya dengan Laurent. Kebetulan seperti ini terasa terlalu aneh, terlalu disengaja.Alicia menghela napas. Semakin ia mencoba mengabaikan perasaan itu, semakin kuat firasat buruk menyelimutinya. Terlebih lagi, akhir-akhir ini, kehidupannya seakan selalu diusik oleh bayang-bayang Laurent.Damian baru saja keluar dari kamar mandi, handuk masih melingkar di lehernya. Ia memperhatikan istrinya yang tampak tenggelam dalam pikirannya, wajahnya tegang, nyaris terganggu."Kau masih memikirkan lelang tadi siang?" tanyanya santai, sambil berjalan ke lemari dan mengambil piyama.Alicia mengangguk pelan."Damian," panggilnya tiba-tiba, suaranya datar nam

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 15 - Menjadi Milikku

    Adrian tengah sibuk berbicara dengan beberapa investor di sudut ruangan, membahas prospek kerja sama bisnis. Sementara itu, Laurent duduk sendiri di meja bundar dekat bar, menyesap sampanye dengan elegan.Tatapannya menyapu ruangan, memastikan semua berjalan sesuai rencana. Lelang ini bukan sekadar transaksi biasa. Ini adalah langkah awal dari balas dendamnya. Rumah itu harus kembali padanya. Keluarga Damian tidak boleh memilikinya.Saat Laurent masih tenggelam dalam pikirannya, suara tajam menyelusup di antara denting gelas dan percakapan pelan para tamu."Berani sekali kau datang ke sini," ujar seseorang dengan nada mengejek.Laurent mendongak. Di hadapannya berdiri Alicia, mengenakan gaun merah tua yang mencolok. Senyum penuh kemenangan tersungging di bibir wanita itu, seolah-olah kehadiran Laurent di tempat ini adalah kesalahan besar."Kenapa tidak berani?" Laurent menjawab dengan suara pelan, namun tajam. "Apakah ada orang jahat di sini sampai aku harus takut?"Tatapan Alicia men

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 14 - Menghancurkan Musuh Sedikit Demi Sedikit

    "Tentu saja aku bekerja," jawab Damian singkat. Suaranya terdengar biasa saja, datar tanpa celah untuk dipertanyakan.Tanpa menunggu reaksi dari Alicia, ia melangkah pergi, membuka pintu kamar mereka yang bersebelahan dengan kamar anak mereka, lalu menghilang di dalamnya.Alicia tetap berdiri di tempatnya. Matanya menatap punggung Damian yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu.Ia menghela napas panjang, dadanya naik turun, menahan perasaan yang mendidih di dalamnya.Suaminya berbohong.Alicia tahu itu.Damian tidak akan pernah mengaku bahwa dia tadi bertemu dengan Laurent.Perlahan, ia berbalik, menatap kosong ke arah pintu kamar mereka yang kini tertutup rapat. Cahaya lampu koridor menerangi wajahnya yang penuh kecurigaan, bibirnya mengerucut dalam kemarahan yang semakin pekat."Damian…" bisiknya, nyaris tanpa suara. "Kau mulai berbohong padaku."Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia mengatupkan rahang, pikirannya mulai berputar, mencari cara.Tidak.Ia tidak akan me

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 13 - Kemarahan Alicia

    Damian menunggu di kamar rumah sakit, sesekali melirik jam di dinding. Waktu terasa berjalan lambat. Sudah lebih dari setengah jam sejak Laurent dibawa masuk. Tidak ada luka serius, hanya beberapa goresan di wajahnya—lebih karena syok daripada cedera berat.Ruangan itu dipenuhi kesunyian yang menyesakkan. Damian bersandar di kursinya, tangannya bertaut di pangkuan, matanya terus menatap ke arah pintu yang masih tertutup.Tiba-tiba, pintu kamar didorong dari luar. Adrian masuk dengan langkah tergesa, wajahnya penuh kecemasan. Napasnya sedikit memburu, seolah ia baru saja berlari. Tepat pada saat itu, Laurent membuka matanya."Kau tak apa-apa?" suara Adrian penuh kegelisahan, seakan dunia di sekitarnya tak lagi ada. Bahkan, ia tidak menyadari keberadaan Damian di ruangan yang sama.Laurent mencoba untuk duduk, tubuhnya masih terasa lemah. Ia mengangguk pelan, mengatur napasnya.Dengan lembut, Adrian mengusap pipinya, menatapnya seolah ia adalah sesuatu yang begitu berharga. Ada kelembu

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   bab 12 - Dalam Bencana

    Laurent berdiri di tengah hiruk-pikuk proyek apartemen, matanya tajam mengamati setiap sudut bangunan yang masih setengah jadi. Ia mengenakan helm proyek dan rompi pelindung, memastikan setiap detail berjalan sesuai rencana. Suara mesin bor dan palu beradu logam menggema di sekelilingnya, tetapi pikirannya tetap fokus.Rooney, sang arsitek utama, berjalan di sampingnya, sesekali mengangguk ketika Laurent menunjukkan beberapa bagian bangunan yang perlu perhatian lebih."Saya ingin material di bagian lobi lebih eksklusif, Rooney. Kita harus memastikan ini sesuai dengan konsep awal." Suaranya tegas namun tetap anggun."Tentu, Nona Laurent. Saya akan berdiskusi lagi dengan tim desain."Laurent mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya ke struktur balkon. "Dan railing di area penthouse ini? Saya ingin desain yang lebih ramping, tapi tetap kokoh.""Saya akan mengajukan beberapa opsi besok pagi," jawab Rooney sambil mencatat.Namun, sebelum diskusi mereka selesai, sebuah suara mengalihkan p

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 11 - Masuk ke Dalam Kehidupan Damian

    "Ada apa?" tanya Adrian, nada suaranya sarat dengan perhatian.Laurent tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah tertentu, matanya terpaku pada satu sosok. Adrian mengikuti arah pandangnya, menoleh ke belakang.Di belakangnya Damian berdiri, baru saja melepaskan jabatan tangan dengan seseorang—mungkin mitra bisnisnya. Pandangan pria itu kemudian beralih, menemukan Laurent dan Adrian di meja mereka.Sebuah senyum terlukis di wajah Damian. Sebuah senyum yang tak memiliki arti.Laurent menahan napas. Tidak. Sepertinya pria itu tidak mendengar. Sepertinya nama itu—Elara—tidak mencapai telinganya.Namun sebelum Laurent bisa menarik napas lega, Damian mulai melangkah mendekat."Kita bertemu di sini," ucapnya ringan, seolah hanya ingin menyapa Laurent.Laurent menanggapi dengan sebuah senyum tipis, terlatih, tanpa cela.Damian melirik bunga yang ada di atas meja, sorot matanya berubah sedikit—entah itu sebuah ejekan halus atau hanya sekadar pengamatan. Kemudian, bibirnya melengku

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan

    Laurent turun dari mobil dengan langkah anggun, mengenakan setelan elegan yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Udara pagi yang masih sejuk menyambutnya ketika ia melangkah menuju lobi hotel, tempat pertemuan pentingnya dengan seorang investor berpengaruh.Di dalam, suasana hotel terasa mewah dan tenang. Cahaya lampu kristal berpendar lembut, menciptakan refleksi indah di lantai marmer yang mengilap. Wangi parfum eksklusif bercampur dengan aroma kopi dari kafe di sudut ruangan, menambah kesan berkelas pada tempat itu.Laurent duduk di area lounge, menunggu dengan sabar sementara matanya mengamati sekitar. Investor yang ia nantikan mengirim pesan bahwa ia terjebak macet—bukan hal yang mengejutkan di kota besar seperti ini.Saat itu, tanpa sengaja, sesuatu menarik perhatiannya.Di dekat resepsionis, seorang wanita berdiri. Wajahnya begitu familiar. Laurent menyipitkan mata, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi.Namun, bukan itu yang mengejutkannya. Di samping Alicia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status