"Semuanya! Lari!" Teriak Lin Tan, seorang pemuda yang berusaha menyelamatkan beberapa warga di desanya.
Pemuda berusia dua puluh lima tahun itu melihat adanya serangan besar-besaran dari para pasukan iblis berwujud burung besar yang berasal dari sebuah gua bawah tanah yang berasal dari daerah paling selatan di benua Lianhua .Para iblis bergumul mendatangi desa Xiapu karena letaknya yang berada di wilayah selatan, dekat sekali dengan gua tempat para iblis itu berasal. "Lin Tan, tolong aku!" Teriak seorang gadis muda berusia lima belas tahun."Sin hwa!" Lin Tan segera bergegas menolong adik perempuannya yang terlihat sedang dihadang oleh dua iblis.Wajah para iblis tersebut seperti seekor burung dengan sebuah paruh runcing yang dilapisi oleh semacam logam. Tubuhnya berbulu lebat dan bersayap seperti seekor burung elang, namun kaki dan tangannya seperti manusia kurus yang memiliki cakar panjang."Kak Lin Tan, cepat singkirkan iblis itu!" Ucapnya. Sin Hwa terus memukul kedua iblis dengan batang kayu yang ia genggam."Kurang ajar! Menjauhlah dari adikku!" Lin Tan mengayunkan pedang miliknya secara asal ke arah dua iblis itu.Ia berhasil mengusir mereka, namun kedua iblis itu justru mengarah ke adik Lin Tan yang berusia delapan tahun."Kak! Chan Fan ada di hutan!" Sin Hwa menepuk kakaknya untuk memberitahukan mereka menuju ke mana.Chan Fan yang masih berusia delapan tahun segera berlari menuju ke dalam hutan. Ia terus saja dikejar oleh kedua iblis itu."Tolong!" Teriak anak laki itu.Ia tidak mau menoleh ke belakang karena merasa takut akan penampakan iblis yang mengejarnya. Bocah berusia delapan tahun itu terus menangis dan berlari tanpa tahu arah yang dituju. Chan Fan bahkan menerobos semak-semak tinggi dan sayangnya dirinya malah terpeleset jatuh ke tanah yang begitu curam. AAAARGH!!!Lin Tan yang masih mengejar adiknya segera melemparkan pedang yang berada di tangannya ke arah dua iblis burung.Pedang yang terlempar terus melesak cepat dan menusuk salah satu pundak belakang dari iblis itu.Jeritan keras dari iblis itu menggema begitu keras ke seluruh penjuru hutan. Selanjutnya, Lin Tan segera bergegas menggunakan satu pisau belati yang disembunyikan di saku belakangnya. Ia melompat dan menusuk leher iblis yang terlihat kesakitan dengan tusukan yang lumayan dalam.AAARRRHHHH!!!Lin Tan tidak segera mengakhiri serangannya. Ia kembali menyerang menggunakan belati yang ia genggam. Kali ini, ia menebas leher iblis tersebut dari arah depan. Tidak lama kemudian, tubuh iblis itu tersungkur ke tanah. Darah hitam menggenang di atas tanah."Tersisa satu lagi!" Teriak Lin Tan.Pemuda itu mendatangi iblis yang tersisa dengan mengayunkan belatinya berkali-kali.JLEB! JLEB! JLEB!Tidak ada belas kasihan, pemuda itu terus saja mengayunkan belatinya meski sang iblis telah tewas dan terjatuh ke tanah. "Bedebah! Kurang ajar! Dasar bajingan!" Teriaknya yang terus saja mengayunkan pisau belatinya."Hentikan!" Sin Hwa menghampiri kakaknya yang terlihat emosi.Ia segera menghentikan Lin Tan yang masih bersikeras menusuk iblis itu menggunakan belatinya. "M–maaf," ucap Lin Tan.Ia akhirnya menghentikan ayunan tangannya. Darah hitam pekat milik iblis burung membasahi tangan dan bajunya. Ia sampai lupa dengan keadaan adiknya yang lain. "Chan Fan?! Kita harus ke Chan Fan, Kak?" Ungkap Sin Hwa."Kau benar!" Lin Tan segera berdiri.Ia menoleh ke arah tanah curam yang berada di bawah. Tinggi tanah curam itu sekitar dua puluh meter lebih. Dengan kemiringan yang begitu terjal.Ketika keduanya menoleh, mereka terbelalak. Kedua mata mereka hanya bisa menatap sambil terdiam ketika Chan Fan tergeletak di tanah. Dari kejauhan terlihat bocah itu menutup matanya dan tidak bergerak. Ada genangan darah tepat di bawah tubuhnya. "Chan Fan?" Lin Tan berusaha menuruni tanah terjal.Ia secepat mungkin bersama Sin Hwa menghampiri tubuh adik bungsunya yang terlihat sudah tidak bergerak."Chan Fan?!" Sin Hwa yang tiba terlebih dahulu langsung memeluk erat tubuh adiknya."Chan Fan!" Ia berteriak tanpa henti. Sin Hwa bahkan sampai menitikkan air mata tatkala melihat keadaan adiknya.Lin Tan yang baru tiba langsung berdiri tepat di depan kedua adiknya. Pandangannya kosong dan ia hanya terdiam saja. Pikirannya tidak mampu menerima kenyataan yang dipandang oleh kedua sorot matanya. Chan Fan ternyata telah mengembuskan napasnya. Genangan darah yang terlihat di bawah tubuh anak itu karena dirinya terjatuh. Lalu sialnya, Chan Fan malah terbentur oleh batu. Itulah yang menyebabkan ia tewas.Perlahan, air mata keduanya menetes dan membasahi pipi. Lin Tan hanya bisa bertekuk lutut di depan jasad adiknya sambil menangisi kepergiannya.CHAN FAN!!!Teriakan keras bercampur jeritan kesedihan memekikkan telinga siapa pun yang mendengar. Sayangnya karena teriakan keduanya malah membuat para iblis burung langsung bergerombol mendatangi tempat mereka bertiga.Suara gemuruh dari kepakkan sayap para iblis bergema di atas kepala mereka. Pepohonan pun sampai tersapu karena tertiup oleh kibasan sayap para iblis itu.Mereka semua datang bergerombol menutupi langit. Semua iblis bersuara keras hingga memekikkan telinga keduanya."M–mereka telah mengepung kita," ucap Sin Hwa.Gadis itu menoleh ke atas. Dirinya berusaha menenangkan hati yang masih rapuh dan bersedih. Sin Hwa terbelalak melihat puluhan iblis yang berada tepat di atas kepalanya. "Tetap di belakangku! Jangan ke mana-mana!" Ucapnya. Lin Tan berdiri dan segera menggenggam erat belati kecil miliknya."Berhati-hatilah, mereka seakan melihat kita berdua seperti makanan," ungkap Sin Hwa."Bila kita tidak selamat dari sini, aku harap kita bisa bertemu lagi di dunia lain," pikir Lin Tan sambil menoleh untuk terakhir kalinya. Ia memperlihatkan senyum terakhirnya.Para iblis burung yang mendarat di tanah langsung menyerang kedua bersaudara itu. Sin Hwa memilih untuk melindungi tubuh adik kecilnya agar tidak diambil oleh para iblis, sedangkan Lin Tan memilih untuk tetap di depan keduanya sambil mengarahkan belatii miliknya.PERGI KALIAN SEMUA!!!DASAR MAKHLUK TERLAKNAT!!!Ia berusaha keras menghadang para iblis agar tidak mendekat, namun sayangnya, Lin Tan tidaklah pandai dalam bela diri. Ia akhirnya harus tumbang bersama dengan adik perempuannya.AARH!!!Pemuda itu melihat adiknya menjerit kesakitan. Kedua matanya melotot keluar ketika menyaksikan tubuh Sin Hwa terkoyak dan dimakan oleh para iblis.Perlahan-lahan, daging dan kulit Sin Hwa terlepas dari tubuhnya. Gadis kecil itu menoleh ke arah Lin Tan sambil tetap memeluk adik kecilnya. Ia meninggalkan senyuman sambil menyeringai ke arah kakaknya.Tidak ada perkataan yang ia lontarkan, namun senyuman itu telah menjadi bukti untuk Lin Tan bila Sin Hwa telah ikhlas bila dirinya mati saat itu juga.Lin Tan terduduk lemas menatap kematian adiknya. Rasa sayangnya seakan digerogoti oleh kesedihan dan amarah. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali diam menyaksikan adiknya meregang nyawa."Sin… Hwa…." Lin Tan menjadi lemas. Ia menatap kosong ke depan.Kedua tubuh adiknya dimakan oleh para iblis dengan begitu membabi-buta. Mereka bahkan tidak membiarkan Sin Hwa berteriak atau pun menjerit untuk melepaskan rasa sakitnya.SIN HWA!!!Teriakan pemuda itu pecah dan menggema hingga terdengar oleh para iblis yang sedang menyantap tubuh kedua adiknya.Ketika para iblis mendengar teriakan pemuda itu, mereka semua menoleh ke arah Lin Tan yang masih terlihat baik-baik saja. Mereka memandang ada sebuah daging segar yang telah tersaji dan siap untuk disantap.Para iblis yang telah selesai dengan tubuh kedua anak kecil itu langsung mendatangi Lin Tan yang terduduk lemas dan bingung.Akhirnya, tangis dari pemuda berusia dua puluh lima tahun itu pun pecah. Ia juga berteriak sangat keras hingga tenggorokannya menjadi kering. Sambil kembali menggenggam erat belatinya, Lin Tan menjadi sangat marah dan kesal. Pikirannya berubah kalut ketika dirinya melihat sisa tubuh kedua adiknya yang berceceran di tanah.MATILAH!!!Ia menyerang para iblis itu dengan membabi-buta. Namun sayangnya ia malah tersandung dan berhasil dijatuhkan ke tanah. Dalam sekejap saja, tubuhnya sudah dikerubungi oleh para iblis burung.Kulit, daging dan organ tubuh milik Lin Tan habis dimakan oleh para iblis. Sakit, sangat sakit rasanya ketika daging dikelupas paksa menggunakan cakar-cakar yang begitu tajam. Lalu puluhan paruh keras menusuk dan merobek daging dan organ dalam pemuda itu. Bahkan darah yang menetes dan mengalir deras keluar dari tubuh pemuda itu menjadi minuman segar bagi mereka. Lin Tan hanya terdiam membisu menerima ajal yang menyambut dirinya dengan penuh kepedihan. Air mata terakhir yang menetes dan membasahi pipinya menjadi saksi akan nasib buruk dirinya dan kedua adiknya. Dan di saat terakhirnya, ia hanya mampu menatap langit biru saja."Maafkan kebodohan dan kelemahan kakak kalian…," ucapnya lirih. "Seandainya waktu itu aku menuruti Sin Hwa untuk segera pindah ke tempat lain, mungkin kita bertiga masih bersama saat ini," ungkapnya dalam hati.Perlahan kedua kelopak mata Lin Tan menutup. Kesadarannya pun kian menghilang ketika setengah tubuhnya telah hilang disantap oleh para iblis. Semua orga
Ucapan Long Wang tidak bisa menghentikan tangis dari pemuda yang kehilangan kedua orang terkasihnya. Jeritan, teriakan, amarah, mengutuk, rasa kasihan, iba, dan bahkan rasa bersalah terus menyelimuti hati Lin Tan. Di bawah pohon beringin besar nan rindang, diiringi oleh embusan angin yang menerpa lembut, pemuda itu bersumpah di depan kedua makam adiknya."Aku bersumpah atas nama mereka berdua!""Aku akan membunuh seluruh iblis di daratan Lianhua!""Bila perlu, aku akan mendatangi neraka dan menggedor pintu dewa neraka untuk membunuh para iblis yang telah mati dan dijerumuskan ke sana!"Rasa pilu menghinggap di dada Long Wang. Ketika melihat sosok yang begitu hangat kepada kedua adiknya harus perlahan berubah menjadi sosok yang memendam kemarahan yang besar, ia seakan menjadi penjahat yang mengubah seorang manusia yang seharusnya telah mati dan beristirahat dengan tenang menjadi iblis yang baru."Bila sudah selesai temui aku di bawah pohon itu. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu,
"Kau itu kecil, susah untuk dilihat, apa lagi bila berada di sekitar semak-semak. Apa menurutmu hal itu bisa dengan mudah untuk ditemukan? Tanya Lin Tan. "Apa! Kecil?! Jangan seenaknya bicara!" Long Wang malah membentak Lin Tan. Ia langsung melompat ke depan dan menghentikan langkah pemuda itu. Kepalanya terangkat sambil menunjukkan leher sendoknya."Apa?" Lin Tan tidak memahami kenapa Long Wang seperti itu."Hei, bocah! Aku adalah Sang Ular Langit yang agung! Aku sebanding dengan raja langit. Bisa dibilang aku adalah temannya. Tubuhku yang kau lihat saat ini hanyalah wadah dari jiwaku yang sesungguhnya!" Jelas Long Wang."Artinya kau bisa berubah bentuk menjadi makhluk lain?" Lin Tan mencoba menyimpulkan."Bukan! Eh, iya benar juga.""Intinya adalah wujudku yang asli jauh lebih besar dari ini!" Ucap Long Wang.Ketika mereka berdua sedang berdebat, suara keras seperti jeritan dan teriakan terdengar dari kejauhan. Suara itu terbawa oleh angin dan sepertinya seakan mencoba meminta p
Senjata yang berasal dari logam Jin Tie mampu menghabisi para iblis hingga mereka hangus tidak tersisa. Efeknya seperti logam perak yang menusuk tubuh vampir, para iblis akan langsung meleleh dan hangus menjadi abu bila terkena senjata yang diciptakan dari logam itu."L–luar biasa!" Lin Tan tercengang. Mulutnya melongo karena merasa takjub akan kekuatan dari Long Wang."Sudah beres! Sekarang saatnya bertemu dengan orang itu!" Long Wang langsung mengendalikan tubuh Lin Tan . Ia segera mendobrak dinding kayu yang membatasi gua tersebut.Para warga yang bersembunyi di dalam gua terlihat berteriak sangat keras. Hal itu membuat Lin Tan juga ikut berteriak."AARGH!!!""Siapa kau?! Apa kau iblis?!" Seorang warga melempari Lin Tan dengan batu."B–bukan! Aku bukan iblis!" Lin Tan membela diri. Ia segera meminta Long Wang untuk melepaskan diri dari tubuhnya. Lin Tan menjadi bulan-bulanan seluruh warga yang memfitnahnya sebagai kaki tangan para iblis. Dengan cepat, Long Wang yang menjadi zira
Sang Ular Emas meminta keduanya untuk segera menunggangi punggungnya. Tapi sebelum itu, Li Mei memeluk beberapa warga desa yang sudah dianggapnya sebagai keluarga. Ia berpamitan dengan mereka. Derai air mata terlihat jelas di wajah mereka ketika hendak melepas kepergian seorang wanita perkasa yang dijuluki sebagai pelindung desa. Bagi para warga, Li Mei termasuk sebagai sesepuh yang dituakan."Li Mei, ayo …." Lin Tan mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu naik ke atas punggung kuda emas. Ketika Long Wang mulai berlari, Lin Tan yang berada di belakang wanita itu terlihat begitu canggung. Ini adalah pengalaman pertamanya menunggangi seekor kuda bersama dengan seorang wanita. "Ada apa?" Li Mei melirik ke arah pemuda yang berada di belakangnya."T–tidak apa-apa! Hanya saja … a–aku tidak terbiasa berkuda dengan seorang wanita," ungkap Lin Tan yang terlihat berusaha menjaga jarak dari tubuh Li Mei."Oh … kalau begitu biasakanlah mulai dari sekarang," balasnya. Li Mei tidak memperd
"Tidak mungkin! Apa benar ular berwarna merah itu yang kita cari?" Lin Tan merasa ragu. Ia menoleh kembali ke temannya."Tentu saja! Apa kau ingin bilang bahwa aku berbohong?" Long Wang tampak gusar dengan ucapan wadahnya itu. "Aku harus mendekatinya. Kita harus menangkapnya!" Ucap Long Wang lagi.Malam telah datang. Kawasan lembah berbatu di wilayah selatan berubah menjadi begitu dingin. Suara binatang dan serangga malam bergema di sekitar tebing, beriringan dengan angin malam yang berembus hingga menusuk kulit.Di perkemahan yang berada di bawah bukit, para pemburu harta mengerubungi api unggun yang berkobar lumayan besar untuk menghangatkan diri mereka. Semuanya terlihat mengelilingi api hangat itu sambil mengobrol satu sama lain sambil menenggak beberapa gelas arak. Terlihat seseorang di antara mereka yang merupakan ketua sekte pendekar mengangkat gelas kayu yang lumayan besar untuk mengajak semua orang bersulang. Teriakan bernada semangat terdengar lantang dari mulutnya.DEMI KE
"Apa kita harus membiarkan mereka mati? Teriakan mereka membuatku gila!" Lin Tan tidak bisa membiarkan telinganya untuk tidak mendengarkan jeritan dan rintihan sakit para pemburu harta.AARRHH!!!Satu per satu tubuh para anggota pemburu harta dikerumuni oleh iblis bersayap. Para iblis itu menggerogoti tulang demi tulang mereka dan membiarkan daging orang-orang itu. Mereka terus memakan tulang, tengkorak kepala dan juga gigi para manusia itu dengan begitu rakus. Semuanya habis dalam waktu sekejap."Apa kita sudah hampir sampai?" Lin Tan bertanya menggunakan kontak batin. Jalanan sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu orang dan harus dalam keadaan berjalan menyamping membuat Lin Tan dan Li Mei merasa kewalahan. Disamping itu, mereka harus berusaha tetap diam dan tidak mengeluarkan pancaran energi yang besar agar tidak menarik perhatian para iblis itu. "Kita hampir sampai, tapi tetaplah seperti ini!" Long Wang merasakan hawa keberadaan para iblis yang tengah berkumpul di bawah bukit b
"Dasar bodoh! Menyerang tanpa tahu siapa musuhmu? Dasar Ceroboh!" Yinjiao berhasil menghindari serangan Lin Tan yang dikendalikan oleh Long Wang. Dengan cepat, ia mengembalikan serangan Lin Tan dengan mengayunkan cakar di tangan kanannya. Terlihat pancaran energi merah yang melesak lurus menuju ke pemuda itu. "Tidak kena! Hahahaha!" Long Wang berteriak menghina iblis itu. Serangan salah satu cakarnya melewati tubuh Lin Tan. Raut wajah Yinjiao tampak gusar dengan barisan urat leher yang menyeruak keluar. Dirinya tidak mengira bila pemuda itu susah untuk ditumbangkan dalam satu kali serangan. Di pihak lawan, dengan menciptakan dua buah pedang Jin Tie berwarna emas di masing-masing tangan Lin Tan, si Ular Emas menuntun tubuh pemuda itu untuk kembali menyerang iblis itu. "Bodoh! Apa yang kau lakukan! Kenapa kau langsung menyerangnya!" Teriakan Li Mei seakan tidak didengar oleh kedua temannya. Kecemasan pun mulai muncul di wajah wanita itu. Tanpa diduga, ketika kedua temannya disibukk