"Kau telah menyerangku dan membuatku hampir mati?!"
"Ya!"
"Lalu siapa yang sembuhkan lukaku?"
"Aku juga!"
"Kenapa kau sembuhkan aku?"
"Iseng-iseng saja," Jawab Baraka dengan santai, berkesan menyepelekan pertanyaan itu.
Cepat sekali kaki Perawan Sesat berkelebat menampar pipi Baraka. Cepat pula tangan kanan Pendekar Kera Sakti berkelebat naik sampai telapak tangannya yang merapatkan jari itu berhenti di depan pipinya. Kaki yang sudah meluncur itu membalik sebelum menyentuh tangan Pendekar Kera Sakti. Hampir membuat Perawan Sesat terpelanting jatuh kalau tidak segera ditopang oleh tangan kurus Peramal Pikun.
"Jangan coba-coba meremehkan aku!" Hardiknya kepada Baraka.
"Perawan Sesat, kau ini sudah diselamatkan nyawamu oleh Baraka. Bukannya berterima kasih malah mengancam!" Tukas Peramal Pikun. Perawan Sesat menuding tegas di depan hidung Peramal Pikun.
"Kau jangan turut campur urusanku kalau mau punya umur panjang!"
Kejap kemudian napas Perawan Sesat disentakkan lewat hidung.Wusss...!Pelan tapi berbahaya, karena itulah yang dinamakan ilmu 'Pelet Sukma' yang mampu membuat setiap lelaki mabuk birahi. Tetapi ada satu keanehan yang dirasakan oleh Perawan Sesat. Ketika napasnya terhempas lewat hidung tadi, tiba-tiba napas itu memantul balik terasa masuk kembali ke dalam hidung. Namun hati Perawan Sesat sangsi akan hal itu, karena perasaan seperti itu belum pernah dialami. Peristiwa berbaliknya hembusan napas itu belum pernah terjadi. Perawan Sesat tidak mengetahui kalau di tubuh Baraka tengah mengeram sebuah kekuatan pengasih maha dahsyat bernama Aji ‘Dewa Kayangan’. Dengan ajian ini, Baraka memiliki kekebalan terhadap aji pengasih manapun.Perawan Sesat tetap harapkan Baraka mulai tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Perawan Sesat mulai memamerkan belahan dadanya yang sungguh montok itu.Pendekar Kera Sakti tertawa kecil, ia segera berdiri dan Perawan Sesat i
Baraka manggut-manggut dengan wajah kebodoh-bodohan."Iya. Lekas, jangan banyak bicara lagi!" Bentak Perawan Sesat."Aih, kau bentak-bentak aku?! Aku tak mau!""Tidak, tidak! Aku tidak bentak kamu lagi!""Aku tidak mau!"Baraka menggeleng dan membuang pedang itu ke semak belukar."Setan kau! Kenapa kau buang gagang pedang itu?! Dasar sinting!"Perawan Sesat bergegas ke semak belukar untuk mengambil gagang pedangnya. Baraka hanya tertawa-tawa."Benar-benar edan orang itu!" Gerutu Perawan Sesat sambil mencari gagang pedang yang tadi dibuang Baraka."Habis ini kuhajar sebentar dia, biar tahu adat sedikit terhadapku! Seenaknya saja dia buang gagang pedang itu. Dia tidak tahu kalau di dalam gagang pedang masih tersimpan racun yang mematikan dan bisa kugunakan untuk membunuh dirinya!"Langkah kaki menyusuri semak terhenti. Mata Perawan Sesat terbelalak lebar, ia melihat gagang pedangnya tergeletak di antara rerumputan i
PERAWAN SESAT segera sigap dan berdiri dalam posisi siap menyerang. Matanya liar penuh waspada. Tangan Perawan Sesat hendak mencabut senjata rahasia berbentuk bintang segi enam. Tapi dengan cepat kaki Pendekar Kera Sakti menendang tangan Perawan Sesat.Plakk...!Cepat sekali Perawan Sesat menarik tangannya kembali, tapi gerakan itu terlambat. Mata liar Perawan Sesat memandang lurus ke arah Baraka."Apa maksudmu menendang tanganku?!" Geram Perawan Sesat."Senjata itu beracun. Hanya pemiliknya yang bisa memegang dan tidak terkena racunnya!""Aku lebih tahu daripada kau, Baraka!" Sentak Perawan Sesat."Senjata bintang persegi enam seperti itu adalah senjata milik temanku sendiri. Itu senjatanya Putri Alam Baka! Senjata itu tidak beracun dan tidak berbahaya. Hanya sebagai senjata peluka saja, Baraka!""Lantas mengapa daun-daun pohon ini menjadi layu semua. Lihatlah ke atas! He he he...!"Terkesiap mata Perawan Sesat setelah memanda
Selain sering menjadi utusan bagi Nyai Lembah Asmara, Putri Alam Baka juga merupakan orang kepercayaan Nyai Lembah Asmara yang menjadi wakil tertinggi dan dikenal sebagai orang kedua di Bukit Garinda. Jelas Perawan Sesat sedikit gentar melihat Putri Alam Baka sampai turun tangan dan menyerangnya dari tempat persembunyian.Cara memandangnya pun tampak bermusuhan. Perawan Sesat semakin curiga dan waswas. Sekalipun Putri Alam Baka adalah teman sendiri, tetapi tingkat perbedaan ilmu dan kedudukan, membuat Perawan Sesat merasa sungkan kepada Putri Alam Baka. Karena itu, kehadiran Putri Alam Baka membuat Perawan Sesat ajukan tanya. "Sepenting apakah keperluanmu hingga datang menemuiku, Sumbi?""Sejak keberangkatanmu, kami memang sudah membuntuti!" Jawab Putri Alam Baka. Tak ada senyum di bibirnya. Sikapnya pun kelihatan dingin.Dalam keadaan rambut lebih rapi, Putri Alam Baka dan Maharani tampak lebih cantik dari Perawan Sesat. Tetapi kecantikan itu tidak membuat Pend
"Perawan Sesat!" Geramnya dengan mata menyipit tajam."Jika kau bersikeras untuk tidak menyerahkan pemuda itu kepada Nyai Lembah Asmara, kau harus melangkahi mayatku dulu!""Aku tak keberatan!" Jawab Perawan Sesat."Seribu mayat dirimu akan kulangkahi dalam sekejap, Maharani!""Cabut pedangmu!" Sentak Maharani sambil ia mulai pasang kuda-kuda untuk menyerang. Perawan Sesat melangkah pelan ke kiri, kembali lagi ke kanan sambil matanya melirik ke arah Maharani dengan senyum meremehkan."Pedangku tak akan kucabut! Karena untuk membuatmu menjadi mayat cukup menggunakan kelingkingku, Maharani!""Mulut sombong busuk!" Geram Maharani, kemudian ia kibaskan kipasnya dari kiri ke kanan dalam keadaan terbuka dan miring.Wuuus...!Tenaga dalam bagaikan ditebarkan dalam gerakan cepat, melesat ke arah Perawan Sesat. Dengan lincah perempuan berambut acak-acakan itu sentakkan ujung jempol kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat naik ke atas samb
Di tanah yang jaraknya lebih dari seratus langkah itu, dibangun pula rumah-rumah kecil yang merupakan pemukiman para anak buah Nyai Lembah Asmara. Juga dibangun tempat-tempat khusus untuk berlatih ilmu.Di sana dipersiapkan sepasukan prajurit wanita yang kelak akan menjadi benteng utama dari negeri yang ingin didirikan oleh Nyai Lembah Asmara. Mereka adalah kaum wanita yang tangguh dan terpilih. Cantik dan menggiurkan, adalah syarat utama untuk menjadi anak buah Nyai Lembah Asmara.Di sana, cinta bebas berkeliaran. Pria hanya merupakan barang yang bisa dibeli dan dijadikan satu kebutuhan hidup bila sewaktu-waktu diperlukan. Nyai Lembah Asmara dan anak buahnya dikenal sebagai perempuan-perempuan pemburu cinta yang tak segan-segan membantai lelaki yang habis dikencaninya. Mereka ditempa oleh Nyai Lembah Asmara untuk menjadi perempuan yang berjaya di atas kaum lelaki mana pun juga. Karena menurut ramalan seorang ahli nujum dari Mongol yang pernah bertemu dengan Nyai.
"Tapi sebelum kita mendobrak masuk, ada baiknya kalau kita selidiki dulu apakah Baraka benar-benar ada di sana, dan di sebelah mana. Jadi kita tidak buang-buang waktu dan tenaga jika harus membantai habis orang-orangnya Nyai Lembah Asmara.""Setuju aku gagasanmu dengan!"Kemudian, Pujangga Kramat memasukkan jari telunjuknya ke mulut. Sebentar kemudian dikeluarkan lagi. Jari telunjuk yang basah oleh ludahnya itu diangkat ke atas dengan tangan teracung naik. Ia pejamkan mata sebentar.Selendang Maut memandangi dengan dahi kerut. Heran melihat apa yang dilakukan Pujangga Kramat. Kejap berikut, Pujangga Kramat turunkan tangan dan berkata. "Baraka memang ada benteng di dalam.""Maksudmu, Baraka ada di dalam benteng itu?""Ya!" Jawabnya tegas.Selendang Maut manggut-manggut sambil menatap bangunan itu. Hatinya membatin geli melihat cara Pujangga Kramat melacak Baraka."Cara yang dipakai seperti cara orang yang mencari tahu arah angin berhem
Sementara itu, Peri Malam sigap kembali berdiri, menunggu serangan berikutnya. Selendang Maut bisikkan kata di hatinya. "Lumayan juga tangkisan tangannya. Dia salurkan tenaga dalamnya tadi hingga bikin kakiku sedikit kesemutan!"Di sisi lain, Peri Malam juga bisikkan kata dalam hatinya. "Setan! Linu juga tulangku menangkis tendangannya. Pasti dia salurkan tenaga dalamnya ke kaki. Agaknya dia tidak main-main! Aku harus lebih waspada lagi."Melihat Selendang Maut bangkit kembali, Peri Malam segera sentakkan kaki ke tanah dan melesat naik tubuhnya, berjungkir balik satu kali di udara.Wuuus...!Tepat pada saat itu, Selendang Maut pun melesat naik ke udara dan bersalto satu kali di udara.Wusss...!Kedua tangan mereka siap di udara dengan tenaga dalam yang tidak main-main. Wajah mereka sama-sama tampakkan kegeraman dan nafsu untuk saling membunuh.Tiba-tiba Pujangga Kramat hentakkan kakinya ke tanah dan lompatlah tubuhnya melayang maju ke
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak
Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.
Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj
"Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer
Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l
Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet
Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian