Kejap kemudian napas Perawan Sesat disentakkan lewat hidung.
Wusss...!
Pelan tapi berbahaya, karena itulah yang dinamakan ilmu 'Pelet Sukma' yang mampu membuat setiap lelaki mabuk birahi. Tetapi ada satu keanehan yang dirasakan oleh Perawan Sesat. Ketika napasnya terhempas lewat hidung tadi, tiba-tiba napas itu memantul balik terasa masuk kembali ke dalam hidung. Namun hati Perawan Sesat sangsi akan hal itu, karena perasaan seperti itu belum pernah dialami. Peristiwa berbaliknya hembusan napas itu belum pernah terjadi. Perawan Sesat tidak mengetahui kalau di tubuh Baraka tengah mengeram sebuah kekuatan pengasih maha dahsyat bernama Aji ‘Dewa Kayangan’. Dengan ajian ini, Baraka memiliki kekebalan terhadap aji pengasih manapun.
Perawan Sesat tetap harapkan Baraka mulai tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Perawan Sesat mulai memamerkan belahan dadanya yang sungguh montok itu.
Pendekar Kera Sakti tertawa kecil, ia segera berdiri dan Perawan Sesat i
Baraka manggut-manggut dengan wajah kebodoh-bodohan."Iya. Lekas, jangan banyak bicara lagi!" Bentak Perawan Sesat."Aih, kau bentak-bentak aku?! Aku tak mau!""Tidak, tidak! Aku tidak bentak kamu lagi!""Aku tidak mau!"Baraka menggeleng dan membuang pedang itu ke semak belukar."Setan kau! Kenapa kau buang gagang pedang itu?! Dasar sinting!"Perawan Sesat bergegas ke semak belukar untuk mengambil gagang pedangnya. Baraka hanya tertawa-tawa."Benar-benar edan orang itu!" Gerutu Perawan Sesat sambil mencari gagang pedang yang tadi dibuang Baraka."Habis ini kuhajar sebentar dia, biar tahu adat sedikit terhadapku! Seenaknya saja dia buang gagang pedang itu. Dia tidak tahu kalau di dalam gagang pedang masih tersimpan racun yang mematikan dan bisa kugunakan untuk membunuh dirinya!"Langkah kaki menyusuri semak terhenti. Mata Perawan Sesat terbelalak lebar, ia melihat gagang pedangnya tergeletak di antara rerumputan i
PERAWAN SESAT segera sigap dan berdiri dalam posisi siap menyerang. Matanya liar penuh waspada. Tangan Perawan Sesat hendak mencabut senjata rahasia berbentuk bintang segi enam. Tapi dengan cepat kaki Pendekar Kera Sakti menendang tangan Perawan Sesat.Plakk...!Cepat sekali Perawan Sesat menarik tangannya kembali, tapi gerakan itu terlambat. Mata liar Perawan Sesat memandang lurus ke arah Baraka."Apa maksudmu menendang tanganku?!" Geram Perawan Sesat."Senjata itu beracun. Hanya pemiliknya yang bisa memegang dan tidak terkena racunnya!""Aku lebih tahu daripada kau, Baraka!" Sentak Perawan Sesat."Senjata bintang persegi enam seperti itu adalah senjata milik temanku sendiri. Itu senjatanya Putri Alam Baka! Senjata itu tidak beracun dan tidak berbahaya. Hanya sebagai senjata peluka saja, Baraka!""Lantas mengapa daun-daun pohon ini menjadi layu semua. Lihatlah ke atas! He he he...!"Terkesiap mata Perawan Sesat setelah memanda
Selain sering menjadi utusan bagi Nyai Lembah Asmara, Putri Alam Baka juga merupakan orang kepercayaan Nyai Lembah Asmara yang menjadi wakil tertinggi dan dikenal sebagai orang kedua di Bukit Garinda. Jelas Perawan Sesat sedikit gentar melihat Putri Alam Baka sampai turun tangan dan menyerangnya dari tempat persembunyian.Cara memandangnya pun tampak bermusuhan. Perawan Sesat semakin curiga dan waswas. Sekalipun Putri Alam Baka adalah teman sendiri, tetapi tingkat perbedaan ilmu dan kedudukan, membuat Perawan Sesat merasa sungkan kepada Putri Alam Baka. Karena itu, kehadiran Putri Alam Baka membuat Perawan Sesat ajukan tanya. "Sepenting apakah keperluanmu hingga datang menemuiku, Sumbi?""Sejak keberangkatanmu, kami memang sudah membuntuti!" Jawab Putri Alam Baka. Tak ada senyum di bibirnya. Sikapnya pun kelihatan dingin.Dalam keadaan rambut lebih rapi, Putri Alam Baka dan Maharani tampak lebih cantik dari Perawan Sesat. Tetapi kecantikan itu tidak membuat Pend
"Perawan Sesat!" Geramnya dengan mata menyipit tajam."Jika kau bersikeras untuk tidak menyerahkan pemuda itu kepada Nyai Lembah Asmara, kau harus melangkahi mayatku dulu!""Aku tak keberatan!" Jawab Perawan Sesat."Seribu mayat dirimu akan kulangkahi dalam sekejap, Maharani!""Cabut pedangmu!" Sentak Maharani sambil ia mulai pasang kuda-kuda untuk menyerang. Perawan Sesat melangkah pelan ke kiri, kembali lagi ke kanan sambil matanya melirik ke arah Maharani dengan senyum meremehkan."Pedangku tak akan kucabut! Karena untuk membuatmu menjadi mayat cukup menggunakan kelingkingku, Maharani!""Mulut sombong busuk!" Geram Maharani, kemudian ia kibaskan kipasnya dari kiri ke kanan dalam keadaan terbuka dan miring.Wuuus...!Tenaga dalam bagaikan ditebarkan dalam gerakan cepat, melesat ke arah Perawan Sesat. Dengan lincah perempuan berambut acak-acakan itu sentakkan ujung jempol kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat naik ke atas samb
Di tanah yang jaraknya lebih dari seratus langkah itu, dibangun pula rumah-rumah kecil yang merupakan pemukiman para anak buah Nyai Lembah Asmara. Juga dibangun tempat-tempat khusus untuk berlatih ilmu.Di sana dipersiapkan sepasukan prajurit wanita yang kelak akan menjadi benteng utama dari negeri yang ingin didirikan oleh Nyai Lembah Asmara. Mereka adalah kaum wanita yang tangguh dan terpilih. Cantik dan menggiurkan, adalah syarat utama untuk menjadi anak buah Nyai Lembah Asmara.Di sana, cinta bebas berkeliaran. Pria hanya merupakan barang yang bisa dibeli dan dijadikan satu kebutuhan hidup bila sewaktu-waktu diperlukan. Nyai Lembah Asmara dan anak buahnya dikenal sebagai perempuan-perempuan pemburu cinta yang tak segan-segan membantai lelaki yang habis dikencaninya. Mereka ditempa oleh Nyai Lembah Asmara untuk menjadi perempuan yang berjaya di atas kaum lelaki mana pun juga. Karena menurut ramalan seorang ahli nujum dari Mongol yang pernah bertemu dengan Nyai.
"Tapi sebelum kita mendobrak masuk, ada baiknya kalau kita selidiki dulu apakah Baraka benar-benar ada di sana, dan di sebelah mana. Jadi kita tidak buang-buang waktu dan tenaga jika harus membantai habis orang-orangnya Nyai Lembah Asmara.""Setuju aku gagasanmu dengan!"Kemudian, Pujangga Kramat memasukkan jari telunjuknya ke mulut. Sebentar kemudian dikeluarkan lagi. Jari telunjuk yang basah oleh ludahnya itu diangkat ke atas dengan tangan teracung naik. Ia pejamkan mata sebentar.Selendang Maut memandangi dengan dahi kerut. Heran melihat apa yang dilakukan Pujangga Kramat. Kejap berikut, Pujangga Kramat turunkan tangan dan berkata. "Baraka memang ada benteng di dalam.""Maksudmu, Baraka ada di dalam benteng itu?""Ya!" Jawabnya tegas.Selendang Maut manggut-manggut sambil menatap bangunan itu. Hatinya membatin geli melihat cara Pujangga Kramat melacak Baraka."Cara yang dipakai seperti cara orang yang mencari tahu arah angin berhem
Sementara itu, Peri Malam sigap kembali berdiri, menunggu serangan berikutnya. Selendang Maut bisikkan kata di hatinya. "Lumayan juga tangkisan tangannya. Dia salurkan tenaga dalamnya tadi hingga bikin kakiku sedikit kesemutan!"Di sisi lain, Peri Malam juga bisikkan kata dalam hatinya. "Setan! Linu juga tulangku menangkis tendangannya. Pasti dia salurkan tenaga dalamnya ke kaki. Agaknya dia tidak main-main! Aku harus lebih waspada lagi."Melihat Selendang Maut bangkit kembali, Peri Malam segera sentakkan kaki ke tanah dan melesat naik tubuhnya, berjungkir balik satu kali di udara.Wuuus...!Tepat pada saat itu, Selendang Maut pun melesat naik ke udara dan bersalto satu kali di udara.Wusss...!Kedua tangan mereka siap di udara dengan tenaga dalam yang tidak main-main. Wajah mereka sama-sama tampakkan kegeraman dan nafsu untuk saling membunuh.Tiba-tiba Pujangga Kramat hentakkan kakinya ke tanah dan lompatlah tubuhnya melayang maju ke
Baraka bersungut-sungut dan buang muka. Sikap Baraka mencemaskan hati Maharani, Putri Alam Baka, dan orang-orang yang ada di situ. Selama ini tak ada orang yang berani menolak panggilan Nyai Lembah Asmara. Penolakan itu bisa membuat Nyai menjadi murka. Tapi agaknya Nyai Lembah Asmara tidak bersikap seperti biasanya, ia justru tertawa semakin kegirangan melihat Baraka menolak panggilannya, ia berseru kepada anak buahnya."Lihat! Lihatlah dia! Penolakannya itu menandakan bahwa ia tidak mudah tertarik dengan seorang perempuan. Itu pertanda dia punya harga diri yang cukup tinggi dan sudah sepantasnya aku mendapatkan pria yang punya harga diri tinggi. Penolakannya itu menandakan pula bahwa dia... masih perjaka! Ha ha ha...!"Yang lain ikut tertawa bagai mendukung kegembiraan Nyai Lembah Asmara. Tapi Baraka tetap tidak mau ikut tertawa, ia bahkan menatap tiap wajah yang ada di situ, mencari seraut wajah yang pernah ia temui di alam semadinya, juga yang sering hadir di alam m
Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer
Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli
SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu
Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke
"Memenggal dengan hanya melihat...!" gumam Nyai Cungkil Nyawa sambil merenung dalam kebimbangan."Jubah itu... pasti jubah itu yang membuatnya dapat begitu!"Pendekar Kera Sakti segera ikut bicara, "Apa kelemahan jubah itu, Nyai?""Kelemahannya...!" Nyai Cungkil Nyawa berpikir beberapa saat, kemudian menjawab, "Tidak ada kelemahannya! Kecuali jika jubah itu dilepas, baru orang itu menjadi lemah!""Kalau begitu, biarlah aku yang menghadapinya," kata Pendekar Kera Sakti dengari tegas dan mantap. Semua mata memandang ke arah Baraka, termasuk Ratna Prawitasari.Tiba-tiba terdengar suara menyahut, "Aku yang menghadapi!"Semua berpaling ke arah orang yang menyahut pembicaraan itu. Ternyata Rangka Cula sudah berdiri dalam jarak tujuh tombak dari tempat mereka. Nyai Cungkil Nyawa menggeram benci, ia ingin bergerak maju, tapi tangan Baraka menahannya dan berkata, "Mundurlah semua! Ini bagianku...!"Semua menuruti kata Baraka. Mereka mundur den
"Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem
"Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari
Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur
"Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di