Share

392. Part 21

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 01:03:34

Wut, wut, wut, wut...!

Dari ujung jari itu keluar tenaga dalam yang cukup besar tanpa sinar. Menghantam telak beberapa kali di dada Sawung Seta. Akibatnya tubuh Sawung Seta tersentak-sentak mundur dengan badan melengkung dan tangan merenggang lemas. Yang terakhir dari sentakan lurus tersebut membuat Sawung Seta jatuh terjungkal dengan keluarnya erangan tertahan yang memanjang.

"Huuuhgg...!"

Gusrak...!

Ia jatuh di bekas pecahan pepohonan bambu tadi. Matanya mendelik bagaikan sukar bernapas. Mulutnya ternganga-nganga. Sikunya berdarah karena tergores keruncingan pecahan bambu. Bahkan dari mulutnya tampak mengalir darah walau tak banyak. Baraka ingin segera hampiri Sawung Seta untuk tanyakan: ‘Mau diteruskan atau berhenti sampai di situ saja?’

Tapi niatnya segera dibatalkan begitu ia melihat keadaan Rani Adinda terdesak oleh serangan Janda Keramat. Tubuh gadis berdada besar itu terhempas dan membentur pohon ketika sinar biru dari lima kuku

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   393. KITAB LIMA SETAN

    PEMUDA ganteng yang punya rajah Naga Emas Melingkar di punggung lengan tidak ada duanya kecuali si Pendekar Kera Sakti, Baraka. Sang Pewaris para Dewa ini memang mempunyai ketampanan yang bisa bikin para gadis maupun janda pada 'celeng'.Semua orang bilang; Baraka itu tampan. Cuma orang hutan yang nggak bilang begitu. Sebagian orang mengakui bahwa Baraka itu hebat, ilmunya tinggi. Nggak aneh lagi kalau Baraka sekarang sedang jadi sorotan massa. Ia adalah idola para wanita. Banyak yang tergila-gila padanya, banyak pula yang gila beneran. Malah ada yang mengusulkan agar Baraka dijadikan 'cover boy' untuk sebuah kitab pusaka yang terbit sebulan sekali. Tapi Baraka menolak usul para gadis itu, alasannya karena ia tak ingin wajahnya dijadikan poster dan dipajang di sembarang dinding, termasuk dinding kamar mandi segala."Dia memang tampan, dia memang menawan, dia memang menggairahkan, dia memang sangat dirindukan, cuma kalau mau cari dia susahnya bukan main," ujar seorang g

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Pendekar Kera Sakti   394. Part 2

    "Maaf, boleh saya mengganggu Mbakyu-mbakyu berdua ini?" sapa Baraka membuka percakapan.Sri berkata pada Jaitun, "Mau mengganggu kok pakai bilang-bilang, ya Tun?""Yah, namanya lelaki, Sri...," Jaitun berlagak mengeluh. "Lelaki di mana saja sama, kerjanya mengganggu wanita."Baraka sunggingkan senyum geli. Senyuman itu pas dilirik oleh Jaitun dan Sri. Hati mereka berdebar karena mengakui bahwa senyuman itu sangat menawan hati. Tapi mereka masih berpura-pura cuek.Baraka berkata, "Maksudku bukan mengganggu tidak sopan, cuma ingin numpang nanya."Sri berkata lagi kepada Jaitun, "Memang katamu itu benar, Tun. Lelaki di mana-mana sama saja, senangnya numpang wanita.""Husy...!" hardik Jaitun, melirik Baraka dengan malu. Lalu sambil memeras cucian ia berkata dengan senyum sipu-sipu, "Maaf, temanku ini memang kalau ngomong suka slebor, Kang. Maklumi saja, habis lahirnya barengan gunung meletus sih."Sri bersungut-sungut menggerutu tak jelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Pendekar Kera Sakti   395. Part 3

    "Memangnya kenapa?" tanya Baraka semakin berlagak bego."Soalnya...," Jaitun tersenyum ma-lu. "Soalnya... Baraka nggak sehebat kamu, Kang.""Maksudnya nggak sehebat bagaimana?" desak Baraka kian memancing perasaan si gadis manis berkulit kuning itu."Yaah... pokoknya nggak hebatlah. Bisa dilihat dari wajahnya, perawakannya, kegagahannya, semuanya nggak kayak kamu. Pasti masih lebih hebat kamu, Kang.""Masa' sih...?" Baraka senyum-senyum saja sambil tetap melangkah bersebelahan."Iya. Nggak lebih tampan dari kamu. Baraka itu kan, yaaah... namanya juga anak masih baru GeDe, tentu saja masih imut-imut. Tua sedikit juga peot."Baraka tertawa geli tapi tidak dilepas semuanya. Jaitun bagaikan lupa dengan kematian kakeknya. Ia tersenyum-senyum seraya sesekali menunduk. Menjinjing bakul menenteng ember karet. Dalam tunduknya itu ia melirik Baraka sebentar dan bertanya, "Ngomong-ngomong... namamu siapa sih, Kang?""Namaku...?" Baraka tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Pendekar Kera Sakti   396. Part 4

    Baraka mendekati Ken Warok karena terlalu lama ditinggalkan sendirian di tengah pelataran. Mirip tiang bendera. Saat itu Ken Warok memang baru akan temui Baraka untuk mengatakan sesuatu, tapi Baraka lebih dulu perdengarkan suaranya yang kalem itu."Apakah kau punya urusan pribadi dengan Ratu Cadar Jenazah?""Tidak. Tapi..., rasa-rasanya ada sesuatu yang harus kulakukan. Ki Mangut Pedas, kakekku, dulu adalah seorang jagoan, pengawal istana kerajaan Balekambang. Kakek pernah berguru di puncak Gunung Sahari. Dan menurut cerita beliau, Ratu Cadar Jenazah adalah rekan seperguruannya, tapi kakek lebih senior.""Kalau begitu," kata Baraka menyim-pulkan, "Pasti ada hubungannya dengan perguruan kakekmu dulu.""Kayaknya sih begitu," kata Ken Warok. "Pasti soal Kitab Lima Setan."Baraka cepat memandang Ken Warok dengan dahi berkerut. Yang dipandang juga sedang menatapnya dalam renungan.Tanpa diminta, Ken Warok segera jelaskan persoalan itu. "Kitab Lim

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Pendekar Kera Sakti   397. Part 5

    Ternyata Kitab Lima Setan tidak disembunyikan di dalam rumah. Mungkin takut kalau dibaca para cucunya, Ki Mangut Pedas sembunyikan kitab itu jauh dari rumah. Baraka diajak pergi ke sebuah bukit oleh Ken Warok."Kakek pernah ceritakan tempat penyimpanan itu, dan aku pernah ke sana tapi nggak ngapa-ngapain. Soalnya kakek masih hidup sih," katanya sambil melangkah menuju kaki bukit."Jadi kitab itu disembunyikan di puncak bukit?""Ya, sebab di puncak bukit itulah terdapat gua tempat kakekku dulu bertapa. Namanya gua Panas Dingin."Baraka tertawa pendek. "Gua kok namanya panas-dingin? Gua penyakitan itu sih!""Kata kakek, kalau kita berada di dalam gua itu udaranya bisa jadi panas dan bisa jadi dingin, tergantung kata batin kita. Kalau kita membatin; 'wah, kok gua ini panas, ya"', maka udara di dalam gua akan semakin panas. Kalau batin kita bilang 'dingin', ya dingin.""Kau pernah masuk ke dalamnya?""Nggak berani. Kakek melarangku masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Pendekar Kera Sakti   398. Part 6

    Gadis cantik bertubuh seksi dengan bagian dadanya melenuk mirip mangkok bakso itu, mengenakan pakaian serba biru. Biru muda yang cerah. Kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Gadis itu mengenakan ikat pinggang yang punya pisau cukup banyak. Hampir seluruh pinggangnya dilingkari dengan pisau, ada yang besar ada yang sedang, ada yang kecil.Andai tak cantik, ia mirip pedagang keliling door to door. Tetapi dengan rambut disanggul kecil di bagian tengah, sisanya dibiarkan meriap sepanjang punggung. Meski wajahnya tanpa senyum tapi kecantikannya justru tampak menggemaskan bagi Baraka. Sejak tadi yang dipandangi bagian bibir si gadis dan permukaan mangkok baksonya itu. Maklum, pendekar yang satu ini memang punya mata nakal dan otak sedikit seronok, sehingga hobinya mengincar tempat-tempat yang mestinya tak boleh dipegang sembarang orang. Jika sudah memandang ke arah sana, Baraka sering lupa daratan dan lupa lautan. Malah kadang-kadang ia sering lupa berkedip."Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Pendekar Kera Sakti   399. Part 7

    Seakan begitu cueknya dengan hasil tendangannya tadi. Yang dipandangi adalah Baraka dan pandangan itu tak mau bergeser sedikit pun. Tajam, tapi juga menyimpan tendensi tertentu.Akhirnya pendekar tampan kembali pandangi wajah di depannya yang amat dekat sekali itu. Hanya satu ayunan maju saja bibir bisa langsung nyosor bibir si gadis. Tapi Baraka punya perhitungan, jika saat itu ia langsung menyosorkan diri ke bibir si gadis, maka tangan si gadis dapat bergerak menghantamnya dengan cepat. Karena Baraka tahu, gadis itu punya kecepatan gerak cukup tinggi. Terlihat saat ia menendang Ken Warok, gerakan kakinya nyaris tak terlihat menendang ke dada Ken Warok."Baru sekarang aku melihat kecantikan yang sempurna. Ck, ck, ck...!" Baraka berdecak sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu merasa tersanjung, tapi berlagak tak suka sanjungan itu. Ia mencibir sinis, membuang pandangan ke arah lain.Sementara itu Ken Warok bergegas bangkit perlahan-lahan sambil menyeringai, mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Pendekar Kera Sakti   400. Part 8

    Belati Binal tarik napas. "Sakit juga dada kananku, Setan! Rupanya dia punya ilmu yang boleh diperhitungkan. Gerakan begitu saja dapat menghancurkan pukulan 'Racun Kejujuran'ku. Apakah aku harus gunakan jurus yang lebih tinggi lagi? Nanti kalau dia mati bagaimana?" pikir-nya."Racun apa lagi yang kau punya? Kalau belum puas dan belum percaya bahwa aku bukan Ken Warok, keluarkanlah jurus racunmu lagi," kata Pendekar Kera Sakti dengan agak jengkel. "Ayo, keluarkan lagi racunmu, aku siap mati di tangan gadis secantik kau, Belati Binal. Aku bangga mati di pelukan-mu!"Belati Binal diam. Matanya memandang tajam sekali. Ken Warok cemas, takut kalau Baraka terluka, maka ia segera lepaskan pukulan jarak jauh berupa gelombang dingin.Wusss...! Clapp...!Sinar kuning berbentuk bundar seperti kelereng lebih dulu menghantam dada Ken Warok, menerobos pukulan hawa dingin tersebut.Dess...!Ken Warok jatuh terkulai, tulangnya bagaikan dipresto seperti band

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status