Share

399. Part 7

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 01:01:00

Seakan begitu cueknya dengan hasil tendangannya tadi. Yang dipandangi adalah Baraka dan pandangan itu tak mau bergeser sedikit pun. Tajam, tapi juga menyimpan tendensi tertentu.

Akhirnya pendekar tampan kembali pandangi wajah di depannya yang amat dekat sekali itu. Hanya satu ayunan maju saja bibir bisa langsung nyosor bibir si gadis. Tapi Baraka punya perhitungan, jika saat itu ia langsung menyosorkan diri ke bibir si gadis, maka tangan si gadis dapat bergerak menghantamnya dengan cepat. Karena Baraka tahu, gadis itu punya kecepatan gerak cukup tinggi. Terlihat saat ia menendang Ken Warok, gerakan kakinya nyaris tak terlihat menendang ke dada Ken Warok.

"Baru sekarang aku melihat kecantikan yang sempurna. Ck, ck, ck...!" Baraka berdecak sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu merasa tersanjung, tapi berlagak tak suka sanjungan itu. Ia mencibir sinis, membuang pandangan ke arah lain.

Sementara itu Ken Warok bergegas bangkit perlahan-lahan sambil menyeringai, mera

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   400. Part 8

    Belati Binal tarik napas. "Sakit juga dada kananku, Setan! Rupanya dia punya ilmu yang boleh diperhitungkan. Gerakan begitu saja dapat menghancurkan pukulan 'Racun Kejujuran'ku. Apakah aku harus gunakan jurus yang lebih tinggi lagi? Nanti kalau dia mati bagaimana?" pikir-nya."Racun apa lagi yang kau punya? Kalau belum puas dan belum percaya bahwa aku bukan Ken Warok, keluarkanlah jurus racunmu lagi," kata Pendekar Kera Sakti dengan agak jengkel. "Ayo, keluarkan lagi racunmu, aku siap mati di tangan gadis secantik kau, Belati Binal. Aku bangga mati di pelukan-mu!"Belati Binal diam. Matanya memandang tajam sekali. Ken Warok cemas, takut kalau Baraka terluka, maka ia segera lepaskan pukulan jarak jauh berupa gelombang dingin.Wusss...! Clapp...!Sinar kuning berbentuk bundar seperti kelereng lebih dulu menghantam dada Ken Warok, menerobos pukulan hawa dingin tersebut.Dess...!Ken Warok jatuh terkulai, tulangnya bagaikan dipresto seperti band

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Pendekar Kera Sakti   401. Part 9

    "Dari mana gurumu dapat kabar tentang kematian Ki Mangut Pedas? Karena akulah orang yang menguburkan jenazah Ki Mangut Pedas! Beliau ditemukan terkapar sendirian dalam keadaan sekarat. Masa' gurumu bisa tahu kalau Ki Mangut Pedas tewas? Padahal aku belum bicara kepada siapa pun sebelum aku tiba di desanya Ken Warok."Gadis tanpa senyum itu bicara bernada ketus, tapi sebenarnya serius, "Sehabis Tengkorak Tobat yang bertarung dengan Ki Mangut Pedas berhasil melukai lawannya, ia lari dalam keadaan luka beracun. Ia bertemu dengan Guru yang saat itu sedang pulang dari lawatannya ke Pulau Kelambu. Tengkorak Tobat sujud di depan Guru dan mohon pertolongan atas luka racunnya, karena menurut perkiraan Tengkorak Tobat, racun itu akan merenggut nyawanya sebelum ia sampai di Bukit Gulana. Tengkorak Tobat berjanji akan damaikan pertikaian lama antara Guru dengan adik tirinya itu. Guru pun obati Tengkorak Tobat, lalu ia ceritakan sendiri bagaimana pertarungannya dengan Ki Mangut Pedas yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Pendekar Kera Sakti   402. Part 10

    "Kalau kau tak mencuri dengar percakapanku, aku tak akan menyerangmu, Dupa Dulang!"Dupa Dulang diam tak membalas ucapan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Baraka untuk bertanya kepada Belati Binal dalam suara berbisik, "Siapa orang itu?""Namanya Dupa Dulang, orang Perguruan Tanduk Singa. Gurunya yang bernama Dalang Setan adalah orang yang sedang berusaha menundukkan hati Ratu Cadar Jenazah. Tentunya dia ada di pihak Ratu Cadar Jenazah untuk mengambil perhatian perempuan tersebut.""O, jadi Ratu Cadar Jenazah dapat bantuan dari Dalang Setan?""Benar. Apakah kau ciut nyali?"Baraka tidak menjawab selain tersenyum kalem, masih menggigit-gigit rumput. Ia sempat berbisik, "Apakah kau merasa sanggup hadapi dia?""Kenapa tidak! Mundurlah, biar ku-selesaikan urusan ini dengannya!"Pendekar Kera Sakti bukan pendekar yang gila bertarung. Ia selalu memberi kesempatan kepada pihak lain untuk lakukan pertarungan semasa pihak lain itu merasa sangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Pendekar Kera Sakti   403. Part 11

    "Celaka! Aku kena racun di ujung pisau itu. Wah, gawat nih kalau begini! Oh, badanku jadi menggigil seperti orang kedinginan. Kulitku..., ya ampun, kulitku malah jadi seperti kulit kodok! Hemm..., sebaiknya aku pulang ke perguruan dulu, selain melaporkan hal ini juga meminta obat pada Guru untuk melawan kekuatan racun yang sudah telanjur mengalir bersama darahku ini!"Wuuuts...!Ia melesat seperti seekor rusa melesat masuk ke persembunyiannya manakala didatangi manusia."Hei, jangan lari kau! Tanggung nih...!" seru Belati Binal, tapi seruan itu tidak dihiraukan oleh Dupa Dulang. Lelaki itu tetap berlari dengan secepat-cepatnya. Kalau bisa sih maunya terbang saja, tapi mengingat biaya penerbangan mahal dan tak terjangkau olehnya, maka Dupa Dulang harus kerahkan tenaga untuk berlari sambil menahan sakit dalam tubuhnya.Sayang sekali Baraka terburu-buru pergi. Coba kalau tidak, ia akan dapat melihat jurus lincahnya si Belati Binal. Melihat di situ tak ada Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Pendekar Kera Sakti   404. Part 12

    "Lho, lorong ini bergetar!" Baraka mendelik tegang. Lorong memang bergetar. Batuan di langit-langit lorong gemeretak, menerbangkan serbuk tanah, seakan mau runtuh. Baraka jadi ketakutan dan bermaksud keluar dari lorong itu. Tetapi getaran dinding dan atap segera berhenti. Suasana menjadi tenang dan hening kembali."Ooo... rupanya dinding lorong ini peka oleh suara" Ada suara keras sedikit akan menimbulkan getaran yang mungkin bi-sa sampai meruntuhkan atap lorong ini. Pantas di sana tadi ada tulisan: 'Harap Tenang', maksudnya kalau berisik bisa bikin dinding lorong menjadi runtuh dan jalanan ini tertutup reruntuhannya. Hmmm... ya, ya... ternyata semua tulisan tadi ada maknanya."Kini lorong itu membelok ke kanan. Dindingnya masih memancarkan cahaya fosfor hijau muda bening. Tapi suhu udaranya sudah tidak sedingin di lorong yang tadi. Semakin melangkah ke dalam Baraka semakin rasakan udara menjadi hangat, namun bukan berarti gerah. Masih ada sisa kesejukan yang nyaman di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Pendekar Kera Sakti   405. Part 13

    Tangan berjari lentik dengan kuku panjang segera meraba punggung lengan Baraka. Mata sayunya menatapi rajah Naga Emas melingkar di punggung lengan Pendekar Kera Sakti. Saat itu, terciumlah aroma harum cendana bercampur bunga melati dari tubuh Dewi Selimut Malam. Aroma harum yang lembut itu mulai membangkitkan daya khayal kemesraan Baraka.Pemuda itu gelisah, namun ditutup-tutupi dengan ucapan yang lirih."Apakah kau menyukai rajahku ini?""Sangat suka" jawabnya mirip orang merengek. "Setahuku hanya satu orang yang punya rajah Naga Emas melingkar seperti ini," kata Dewi Selimut Malam lagi."Apakah ada orang selain aku yang ber-rajah seperti ini?" tanya Baraka."Ada. Aku pernah menemuinya dalam semadiku. Tapi dia mengaku Sang Pewaris yang bergelar Pendekar Kera Sakti."Baraka agak kaget, lalu berkata, "Akulah Pendekar Kera Sakti.""O, ya?" dengan mata sayu ia menatap Baraka, tapi tangannya masih meraba-raba dada ber-rajah itu. "Jika ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Kera Sakti   406. Part 14

    "Lalu apa yang dilakukannya terhadap penyakitmu itu?""Tentu saja aku diobati tanpa operasi. Aku bisa sembuh asal aku mau menjadi pelayannya yang bertugas menjaga Kolam Keringat Bidadari. Pada mulanya aku tak sanggup, karena secara jujur kukatakan kepada beliau, bahwa aku wanita normal yang masih butuh santapan batin, masih butuh cinta dan kehangatan lelaki, jadi aku butuh waktu untuk pergi berpetualang dalam cinta. Tetapi beliau bilang, bahwa aku akan mendapat kepuasan batin sendiri walau tetap berada di dalam gua ini dengan cara, setiap lelaki yang masuk gua ini boleh menjadi pelayan cintaku sepuas hatiku. Tapi tak boleh menahannya apabila lelaki itu ingin pergi.""Sudah ada berapa lelaki yang masuk gua ini?""Baru kau. Selama empat puluh tahun bertapa, baru kau orang yang masuk gua ini.""Gawat!""Nggak apa-apa kok. Aku nggak terlalu buas," bisiknya malu-malu dengan suara serak menggelitik gairah."Tapi kenapa kau melakukan bertapa padaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Kera Sakti   407. Part 15

    Orang yang dihadang Baraka adalah seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun lebih, rambutnya panjang sepundak warna abu-abu, sama seperti kumisnya yang menempel di bawah hidung besar dari wajah berkesan bengis. Lelaki itu memakai pakaian surjan bergaris-garis. Bagian kancingnya tidak ditutupnya sehingga tampak dada dan perutnya yang berkulit hitam. Orang berbadan agak kurus itu mengenakan celana hitam yang dilapisi kain batik warna putih dengan sabuk besarnya warna hitam pula. Di depan perutnya terselip sebilah keris bergagang kuning dari gading.Orang yang memakai blangkon berias rantai emas itu menatap Baraka penuh sikap permusuhan. Baraka sendiri menampakkan sikap sedikit keras, karena dalam hatinya timbul keyakinan kuat bahwa orang itulah yang membuat Belati Binal babak belur nyaris jadi bubur itu. Baraka sengaja membiarkan orang itu menyapa lebih dulu."Siapa kau, Anak Muda!""Baraka namaku!""Ooo... ya, ya," orang itu mengangguk-angguk dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status