Share

405. Part 13

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 01:01:21

Tangan berjari lentik dengan kuku panjang segera meraba punggung lengan Baraka. Mata sayunya menatapi rajah Naga Emas melingkar di punggung lengan Pendekar Kera Sakti. Saat itu, terciumlah aroma harum cendana bercampur bunga melati dari tubuh Dewi Selimut Malam. Aroma harum yang lembut itu mulai membangkitkan daya khayal kemesraan Baraka.

Pemuda itu gelisah, namun ditutup-tutupi dengan ucapan yang lirih.

"Apakah kau menyukai rajahku ini?"

"Sangat suka" jawabnya mirip orang merengek. "Setahuku hanya satu orang yang punya rajah Naga Emas melingkar seperti ini," kata Dewi Selimut Malam lagi.

"Apakah ada orang selain aku yang ber-rajah seperti ini?" tanya Baraka.

"Ada. Aku pernah menemuinya dalam semadiku. Tapi dia mengaku Sang Pewaris yang bergelar Pendekar Kera Sakti."

Baraka agak kaget, lalu berkata, "Akulah Pendekar Kera Sakti."

"O, ya?" dengan mata sayu ia menatap Baraka, tapi tangannya masih meraba-raba dada ber-rajah itu. "Jika ben

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   406. Part 14

    "Lalu apa yang dilakukannya terhadap penyakitmu itu?""Tentu saja aku diobati tanpa operasi. Aku bisa sembuh asal aku mau menjadi pelayannya yang bertugas menjaga Kolam Keringat Bidadari. Pada mulanya aku tak sanggup, karena secara jujur kukatakan kepada beliau, bahwa aku wanita normal yang masih butuh santapan batin, masih butuh cinta dan kehangatan lelaki, jadi aku butuh waktu untuk pergi berpetualang dalam cinta. Tetapi beliau bilang, bahwa aku akan mendapat kepuasan batin sendiri walau tetap berada di dalam gua ini dengan cara, setiap lelaki yang masuk gua ini boleh menjadi pelayan cintaku sepuas hatiku. Tapi tak boleh menahannya apabila lelaki itu ingin pergi.""Sudah ada berapa lelaki yang masuk gua ini?""Baru kau. Selama empat puluh tahun bertapa, baru kau orang yang masuk gua ini.""Gawat!""Nggak apa-apa kok. Aku nggak terlalu buas," bisiknya malu-malu dengan suara serak menggelitik gairah."Tapi kenapa kau melakukan bertapa padaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Kera Sakti   407. Part 15

    Orang yang dihadang Baraka adalah seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun lebih, rambutnya panjang sepundak warna abu-abu, sama seperti kumisnya yang menempel di bawah hidung besar dari wajah berkesan bengis. Lelaki itu memakai pakaian surjan bergaris-garis. Bagian kancingnya tidak ditutupnya sehingga tampak dada dan perutnya yang berkulit hitam. Orang berbadan agak kurus itu mengenakan celana hitam yang dilapisi kain batik warna putih dengan sabuk besarnya warna hitam pula. Di depan perutnya terselip sebilah keris bergagang kuning dari gading.Orang yang memakai blangkon berias rantai emas itu menatap Baraka penuh sikap permusuhan. Baraka sendiri menampakkan sikap sedikit keras, karena dalam hatinya timbul keyakinan kuat bahwa orang itulah yang membuat Belati Binal babak belur nyaris jadi bubur itu. Baraka sengaja membiarkan orang itu menyapa lebih dulu."Siapa kau, Anak Muda!""Baraka namaku!""Ooo... ya, ya," orang itu mengangguk-angguk dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Kera Sakti   408. Part 16

    "Edan! Mungkin yang ia gunakan adalah jurus sakti milik tokoh Raden Gatotkaca yang sebenarnya!" pikir Baraka. Pikiran itu baru saja akan dilanjutkan, namun tiba-tiba tubuh Dalang Setan telah melesat terbang menerjangnya.Wuusss...!"'Candradimuka'...!" teriaknya menggema, dan dari kedua tangannya keluar dua larik sinar merah sebesar bumbung bambu.Woosss...!Pendekar Kera Sakti terpaksa bersalto mundur dua kali, lalu segera melepaskan jurus 'Tenaga Matahari Merah' yang keluar dari dua jarinya. Sepasang sinar merah kecil melesat dari kedua jari kanan-kiri yang disentakkan ke depan seperti melemparkan pisau.Clap, clap...! Blegarr, blaarrr...!Kiamat terjadi di alam sekeliling mereka. Ledakan itu mengguncang pohon dan bebatuan, membuat tanaman besar-besar tumbang yang kecil hancur atau mengering bagaikan dilanda lahar. Ledakan maha dahsyat itu membuat langit menjadi berkabut dan berlapis mendung tebal. Kilatan cahaya petir bagaikan ik

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pendekar Kera Sakti   409. Part 17

    "Aku... aku juga masuk ke dalam gua dan... tak bisa keluar. Karena maksudku sebenarnya mencari Kitab Lima Setan yang disimpan dalam gua bekas tempat semadinya Ki Mangut Pedas. Tapi... tapi aku tidak lama. Aku tak sampai seharian di dalam gua itu kok! Cuma sebentar, lalu keluar lagi.""Hemm!" Belati Binal mencibir. "Sebentar bagaimana? Ternyata kau jumpa aku lagi setelah tujuh hari aku terkapar luka parah di tempat tadi! Mungkin dua hari lagi aku tewas karena tak bisa sembuhkan luka racun dari pukulan si Dalang Setan itu!""Benar-benar aneh," gumam Baraka sambil merenung. Lalu, semua kata-kata Dewi Selimut Malam yang berhubungan dengan misteri gua tersebut terngiang kembali di telinga Baraka. Ternyata perputaran waktu benar-benar mengalami perbedaan yang menyolok antara di dalam gua dan di luar gua.Pendekar berpotongan rambut punkrock itu membatin kata di hatinya, "Padahal cuma sebentar lho, kok bisa terpaut sampai satu minggu, ya? Aku bicara dengan Dewi Selimut

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pendekar Kera Sakti   410. Part 18

    Dalang Setan pun segera melamar Ratu Cadar Jenazah, tapi lamarannya selalu ditolak dengan cara halus. Bahkan ketika Dalang Setan kerahkan murid-muridnya untuk menyerang pihak Ratu Cadar Jenazah, ternyata kekuatannya kalah. Padahal semula ia ingin persunting sang Ratu dengan cara paksa. Sekarang karena ada kasus Kitab Lima Setan, tentunya Dalang Setan tak mau sia-siakan kesempatan itu. Ketika Dupa Dulang belum 'wassalam' alias mati, Dupa Dulang pernah kasih saran sama sang Guru dalam acara santai bersama setelah ujian selesai."Mengapa Guru harus memburu Ratu Cadar Jenazah? Toh masih banyak wanita lain yang nilai kecantikannya sama dengan Ratu Cadar Jenazah, bahkan yang lebih cantik pun ada. Guru tinggal pilih yang mana, nanti kami sebagai murid setia Guru yang akan melamarkannya.""Dupa Dulang, kau tidak tahu arti cinta yang sejati. Bagiku, biarpun seribu bidadari berdiri di depanku tanpa busana, aku tetap akan memilih Ratu Cadar Jenazah. Kenapa begitu? Karena yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pendekar Kera Sakti   411. Part 19

    Tuungngng...!"Aaahg...!" Tengkorak Tobat mengejang dalam keadaan jatuh berlutut. Ia memejamkan mata kuat-kuat karena menahan rasa sakit yang luar biasa hebatnya. Tapi anehnya Dewa Dungdung sendiri tidak merasakan sakit sedikit pun, demikian pula Baraka yang ada di persembunyiannya.Rupanya gema suara bende tersebut hanya menyerang lawan yang dituju oleh mata si Dewa Dungdung. Orang yang bukan lawan Dewa Dungdung biar mendengar suara bende dari jarak sejengkal tidak akan merasa kesakitan, cuma bikin budek aja.Hampir saja Tengkorak Tobat mati dengan kepala pecah karena getaran gelombang suara bertenaga dalam tinggi dari bende tersebut. Untung ia segera atasi kekuatan itu dengan tenaga dalamnya yang dikerahkan hingga tubuh gemetaran. Wajah yang memerah, urat yang menegang bertonjolan keluar dari kulit leher membuat suara bende tak mampu memecahkan kepalanya."Heaaat...!" Tengkorak Tobat sentakkan kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat lurus ke atas. Pada sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pendekar Kera Sakti   412. Part 20

    Brakk...!Tulang dada terasa patah semua. Orang berbaju hitam dengan lengan bajunya yang putih itu ternyata termasuk orang yang kuat. Biar tubuhnya tinggal tulang-belulang tapi ia mampu bertahan menghadapi serangan sekeras itu. Dalam waktu sekejap ia mampu bangkit dari jatuhnya. Walau wajahnya menyeringai menahan rasa sakit di bagian dada, tapi ia masih mampu melompat ke arah Baraka dengan menghantamkam kapaknya.Wuung...!Baraka melompat ke samping, kapak pun menghantam tempat kosong. Karena gerakannya dari atas ke bawah, maka kapak itu pun menancap di pasir pantai. Tapi dengan sekali sentak, kapak berantai itu mampu melesat mundur dan ditangkap dengan satu tangan oleh Tengkorak Tobat.Rupanya orang berambut kucai yang mengenakan ikat kepala merah dengan usia sekitar empat puluh tahun itu termasuk orang yang tak mau memberi kesempatan pada lawan seriusnya untuk bertobat dalam arti melarikan diri. Baraka yang sebenarnya ingin mengejar Ranting Kumis jadi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pendekar Kera Sakti   413. PERSEKUTUAN MAUT

    HATI siapa yang nggak sedih melihat seorang teman digantung mirip kentongan? Cuma hati robot yang nggak sedih, sebab hati robot terbuat dari besi baja. Tapi hatinya Baraka nggak seperti robot. Waktu ia mendengar kabar dari mulut orang dalam kedai tentang hal itu saja hatinya langsung teriris menjadi beberapa bagian. Perih sekali."Hei, apa kalian tak ingin lihat orang mati digantung?" ujar lelaki kurus yang baru masuk kedai itu."Siapa yang mati digantung itu?""Ken Warok, cucunya almarhum Ki Mangut Pedas!""Hahh...!" beberapa orang kedai kaget secara spontan. Demikian pula halnya dengan Baraka yang hendak mencaplok ketan bakar. Ketan bakar itu sempat pula lompat dari depan mulut gara-gara kuping si tampan Baraka mendengar kabar itu."Di mana anak itu digantungnya?" tanya seseorang, entah siapa, Baraka nggak kenal.Si pembawa berita menjawab, "Di hutan tepi desa!""Ah, masa' sih? Kedengarannya nggak masuk akal deh, soalnya kemarin sor

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status