"Dari mana gurumu dapat kabar tentang kematian Ki Mangut Pedas? Karena akulah orang yang menguburkan jenazah Ki Mangut Pedas! Beliau ditemukan terkapar sendirian dalam keadaan sekarat. Masa' gurumu bisa tahu kalau Ki Mangut Pedas tewas? Padahal aku belum bicara kepada siapa pun sebelum aku tiba di desanya Ken Warok."
Gadis tanpa senyum itu bicara bernada ketus, tapi sebenarnya serius, "Sehabis Tengkorak Tobat yang bertarung dengan Ki Mangut Pedas berhasil melukai lawannya, ia lari dalam keadaan luka beracun. Ia bertemu dengan Guru yang saat itu sedang pulang dari lawatannya ke Pulau Kelambu. Tengkorak Tobat sujud di depan Guru dan mohon pertolongan atas luka racunnya, karena menurut perkiraan Tengkorak Tobat, racun itu akan merenggut nyawanya sebelum ia sampai di Bukit Gulana. Tengkorak Tobat berjanji akan damaikan pertikaian lama antara Guru dengan adik tirinya itu. Guru pun obati Tengkorak Tobat, lalu ia ceritakan sendiri bagaimana pertarungannya dengan Ki Mangut Pedas yang
"Kalau kau tak mencuri dengar percakapanku, aku tak akan menyerangmu, Dupa Dulang!"Dupa Dulang diam tak membalas ucapan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Baraka untuk bertanya kepada Belati Binal dalam suara berbisik, "Siapa orang itu?""Namanya Dupa Dulang, orang Perguruan Tanduk Singa. Gurunya yang bernama Dalang Setan adalah orang yang sedang berusaha menundukkan hati Ratu Cadar Jenazah. Tentunya dia ada di pihak Ratu Cadar Jenazah untuk mengambil perhatian perempuan tersebut.""O, jadi Ratu Cadar Jenazah dapat bantuan dari Dalang Setan?""Benar. Apakah kau ciut nyali?"Baraka tidak menjawab selain tersenyum kalem, masih menggigit-gigit rumput. Ia sempat berbisik, "Apakah kau merasa sanggup hadapi dia?""Kenapa tidak! Mundurlah, biar ku-selesaikan urusan ini dengannya!"Pendekar Kera Sakti bukan pendekar yang gila bertarung. Ia selalu memberi kesempatan kepada pihak lain untuk lakukan pertarungan semasa pihak lain itu merasa sangg
"Celaka! Aku kena racun di ujung pisau itu. Wah, gawat nih kalau begini! Oh, badanku jadi menggigil seperti orang kedinginan. Kulitku..., ya ampun, kulitku malah jadi seperti kulit kodok! Hemm..., sebaiknya aku pulang ke perguruan dulu, selain melaporkan hal ini juga meminta obat pada Guru untuk melawan kekuatan racun yang sudah telanjur mengalir bersama darahku ini!"Wuuuts...!Ia melesat seperti seekor rusa melesat masuk ke persembunyiannya manakala didatangi manusia."Hei, jangan lari kau! Tanggung nih...!" seru Belati Binal, tapi seruan itu tidak dihiraukan oleh Dupa Dulang. Lelaki itu tetap berlari dengan secepat-cepatnya. Kalau bisa sih maunya terbang saja, tapi mengingat biaya penerbangan mahal dan tak terjangkau olehnya, maka Dupa Dulang harus kerahkan tenaga untuk berlari sambil menahan sakit dalam tubuhnya.Sayang sekali Baraka terburu-buru pergi. Coba kalau tidak, ia akan dapat melihat jurus lincahnya si Belati Binal. Melihat di situ tak ada Ba
"Lho, lorong ini bergetar!" Baraka mendelik tegang. Lorong memang bergetar. Batuan di langit-langit lorong gemeretak, menerbangkan serbuk tanah, seakan mau runtuh. Baraka jadi ketakutan dan bermaksud keluar dari lorong itu. Tetapi getaran dinding dan atap segera berhenti. Suasana menjadi tenang dan hening kembali."Ooo... rupanya dinding lorong ini peka oleh suara" Ada suara keras sedikit akan menimbulkan getaran yang mungkin bi-sa sampai meruntuhkan atap lorong ini. Pantas di sana tadi ada tulisan: 'Harap Tenang', maksudnya kalau berisik bisa bikin dinding lorong menjadi runtuh dan jalanan ini tertutup reruntuhannya. Hmmm... ya, ya... ternyata semua tulisan tadi ada maknanya."Kini lorong itu membelok ke kanan. Dindingnya masih memancarkan cahaya fosfor hijau muda bening. Tapi suhu udaranya sudah tidak sedingin di lorong yang tadi. Semakin melangkah ke dalam Baraka semakin rasakan udara menjadi hangat, namun bukan berarti gerah. Masih ada sisa kesejukan yang nyaman di
Tangan berjari lentik dengan kuku panjang segera meraba punggung lengan Baraka. Mata sayunya menatapi rajah Naga Emas melingkar di punggung lengan Pendekar Kera Sakti. Saat itu, terciumlah aroma harum cendana bercampur bunga melati dari tubuh Dewi Selimut Malam. Aroma harum yang lembut itu mulai membangkitkan daya khayal kemesraan Baraka.Pemuda itu gelisah, namun ditutup-tutupi dengan ucapan yang lirih."Apakah kau menyukai rajahku ini?""Sangat suka" jawabnya mirip orang merengek. "Setahuku hanya satu orang yang punya rajah Naga Emas melingkar seperti ini," kata Dewi Selimut Malam lagi."Apakah ada orang selain aku yang ber-rajah seperti ini?" tanya Baraka."Ada. Aku pernah menemuinya dalam semadiku. Tapi dia mengaku Sang Pewaris yang bergelar Pendekar Kera Sakti."Baraka agak kaget, lalu berkata, "Akulah Pendekar Kera Sakti.""O, ya?" dengan mata sayu ia menatap Baraka, tapi tangannya masih meraba-raba dada ber-rajah itu. "Jika ben
"Lalu apa yang dilakukannya terhadap penyakitmu itu?""Tentu saja aku diobati tanpa operasi. Aku bisa sembuh asal aku mau menjadi pelayannya yang bertugas menjaga Kolam Keringat Bidadari. Pada mulanya aku tak sanggup, karena secara jujur kukatakan kepada beliau, bahwa aku wanita normal yang masih butuh santapan batin, masih butuh cinta dan kehangatan lelaki, jadi aku butuh waktu untuk pergi berpetualang dalam cinta. Tetapi beliau bilang, bahwa aku akan mendapat kepuasan batin sendiri walau tetap berada di dalam gua ini dengan cara, setiap lelaki yang masuk gua ini boleh menjadi pelayan cintaku sepuas hatiku. Tapi tak boleh menahannya apabila lelaki itu ingin pergi.""Sudah ada berapa lelaki yang masuk gua ini?""Baru kau. Selama empat puluh tahun bertapa, baru kau orang yang masuk gua ini.""Gawat!""Nggak apa-apa kok. Aku nggak terlalu buas," bisiknya malu-malu dengan suara serak menggelitik gairah."Tapi kenapa kau melakukan bertapa padaha
Orang yang dihadang Baraka adalah seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun lebih, rambutnya panjang sepundak warna abu-abu, sama seperti kumisnya yang menempel di bawah hidung besar dari wajah berkesan bengis. Lelaki itu memakai pakaian surjan bergaris-garis. Bagian kancingnya tidak ditutupnya sehingga tampak dada dan perutnya yang berkulit hitam. Orang berbadan agak kurus itu mengenakan celana hitam yang dilapisi kain batik warna putih dengan sabuk besarnya warna hitam pula. Di depan perutnya terselip sebilah keris bergagang kuning dari gading.Orang yang memakai blangkon berias rantai emas itu menatap Baraka penuh sikap permusuhan. Baraka sendiri menampakkan sikap sedikit keras, karena dalam hatinya timbul keyakinan kuat bahwa orang itulah yang membuat Belati Binal babak belur nyaris jadi bubur itu. Baraka sengaja membiarkan orang itu menyapa lebih dulu."Siapa kau, Anak Muda!""Baraka namaku!""Ooo... ya, ya," orang itu mengangguk-angguk dengan
"Edan! Mungkin yang ia gunakan adalah jurus sakti milik tokoh Raden Gatotkaca yang sebenarnya!" pikir Baraka. Pikiran itu baru saja akan dilanjutkan, namun tiba-tiba tubuh Dalang Setan telah melesat terbang menerjangnya.Wuusss...!"'Candradimuka'...!" teriaknya menggema, dan dari kedua tangannya keluar dua larik sinar merah sebesar bumbung bambu.Woosss...!Pendekar Kera Sakti terpaksa bersalto mundur dua kali, lalu segera melepaskan jurus 'Tenaga Matahari Merah' yang keluar dari dua jarinya. Sepasang sinar merah kecil melesat dari kedua jari kanan-kiri yang disentakkan ke depan seperti melemparkan pisau.Clap, clap...! Blegarr, blaarrr...!Kiamat terjadi di alam sekeliling mereka. Ledakan itu mengguncang pohon dan bebatuan, membuat tanaman besar-besar tumbang yang kecil hancur atau mengering bagaikan dilanda lahar. Ledakan maha dahsyat itu membuat langit menjadi berkabut dan berlapis mendung tebal. Kilatan cahaya petir bagaikan ik
"Aku... aku juga masuk ke dalam gua dan... tak bisa keluar. Karena maksudku sebenarnya mencari Kitab Lima Setan yang disimpan dalam gua bekas tempat semadinya Ki Mangut Pedas. Tapi... tapi aku tidak lama. Aku tak sampai seharian di dalam gua itu kok! Cuma sebentar, lalu keluar lagi.""Hemm!" Belati Binal mencibir. "Sebentar bagaimana? Ternyata kau jumpa aku lagi setelah tujuh hari aku terkapar luka parah di tempat tadi! Mungkin dua hari lagi aku tewas karena tak bisa sembuhkan luka racun dari pukulan si Dalang Setan itu!""Benar-benar aneh," gumam Baraka sambil merenung. Lalu, semua kata-kata Dewi Selimut Malam yang berhubungan dengan misteri gua tersebut terngiang kembali di telinga Baraka. Ternyata perputaran waktu benar-benar mengalami perbedaan yang menyolok antara di dalam gua dan di luar gua.Pendekar berpotongan rambut punkrock itu membatin kata di hatinya, "Padahal cuma sebentar lho, kok bisa terpaut sampai satu minggu, ya? Aku bicara dengan Dewi Selimut