Orang yang dihadang Baraka adalah seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun lebih, rambutnya panjang sepundak warna abu-abu, sama seperti kumisnya yang menempel di bawah hidung besar dari wajah berkesan bengis. Lelaki itu memakai pakaian surjan bergaris-garis. Bagian kancingnya tidak ditutupnya sehingga tampak dada dan perutnya yang berkulit hitam. Orang berbadan agak kurus itu mengenakan celana hitam yang dilapisi kain batik warna putih dengan sabuk besarnya warna hitam pula. Di depan perutnya terselip sebilah keris bergagang kuning dari gading.
Orang yang memakai blangkon berias rantai emas itu menatap Baraka penuh sikap permusuhan. Baraka sendiri menampakkan sikap sedikit keras, karena dalam hatinya timbul keyakinan kuat bahwa orang itulah yang membuat Belati Binal babak belur nyaris jadi bubur itu. Baraka sengaja membiarkan orang itu menyapa lebih dulu.
"Siapa kau, Anak Muda!"
"Baraka namaku!"
"Ooo... ya, ya," orang itu mengangguk-angguk dengan
"Edan! Mungkin yang ia gunakan adalah jurus sakti milik tokoh Raden Gatotkaca yang sebenarnya!" pikir Baraka. Pikiran itu baru saja akan dilanjutkan, namun tiba-tiba tubuh Dalang Setan telah melesat terbang menerjangnya.Wuusss...!"'Candradimuka'...!" teriaknya menggema, dan dari kedua tangannya keluar dua larik sinar merah sebesar bumbung bambu.Woosss...!Pendekar Kera Sakti terpaksa bersalto mundur dua kali, lalu segera melepaskan jurus 'Tenaga Matahari Merah' yang keluar dari dua jarinya. Sepasang sinar merah kecil melesat dari kedua jari kanan-kiri yang disentakkan ke depan seperti melemparkan pisau.Clap, clap...! Blegarr, blaarrr...!Kiamat terjadi di alam sekeliling mereka. Ledakan itu mengguncang pohon dan bebatuan, membuat tanaman besar-besar tumbang yang kecil hancur atau mengering bagaikan dilanda lahar. Ledakan maha dahsyat itu membuat langit menjadi berkabut dan berlapis mendung tebal. Kilatan cahaya petir bagaikan ik
"Aku... aku juga masuk ke dalam gua dan... tak bisa keluar. Karena maksudku sebenarnya mencari Kitab Lima Setan yang disimpan dalam gua bekas tempat semadinya Ki Mangut Pedas. Tapi... tapi aku tidak lama. Aku tak sampai seharian di dalam gua itu kok! Cuma sebentar, lalu keluar lagi.""Hemm!" Belati Binal mencibir. "Sebentar bagaimana? Ternyata kau jumpa aku lagi setelah tujuh hari aku terkapar luka parah di tempat tadi! Mungkin dua hari lagi aku tewas karena tak bisa sembuhkan luka racun dari pukulan si Dalang Setan itu!""Benar-benar aneh," gumam Baraka sambil merenung. Lalu, semua kata-kata Dewi Selimut Malam yang berhubungan dengan misteri gua tersebut terngiang kembali di telinga Baraka. Ternyata perputaran waktu benar-benar mengalami perbedaan yang menyolok antara di dalam gua dan di luar gua.Pendekar berpotongan rambut punkrock itu membatin kata di hatinya, "Padahal cuma sebentar lho, kok bisa terpaut sampai satu minggu, ya? Aku bicara dengan Dewi Selimut
Dalang Setan pun segera melamar Ratu Cadar Jenazah, tapi lamarannya selalu ditolak dengan cara halus. Bahkan ketika Dalang Setan kerahkan murid-muridnya untuk menyerang pihak Ratu Cadar Jenazah, ternyata kekuatannya kalah. Padahal semula ia ingin persunting sang Ratu dengan cara paksa. Sekarang karena ada kasus Kitab Lima Setan, tentunya Dalang Setan tak mau sia-siakan kesempatan itu. Ketika Dupa Dulang belum 'wassalam' alias mati, Dupa Dulang pernah kasih saran sama sang Guru dalam acara santai bersama setelah ujian selesai."Mengapa Guru harus memburu Ratu Cadar Jenazah? Toh masih banyak wanita lain yang nilai kecantikannya sama dengan Ratu Cadar Jenazah, bahkan yang lebih cantik pun ada. Guru tinggal pilih yang mana, nanti kami sebagai murid setia Guru yang akan melamarkannya.""Dupa Dulang, kau tidak tahu arti cinta yang sejati. Bagiku, biarpun seribu bidadari berdiri di depanku tanpa busana, aku tetap akan memilih Ratu Cadar Jenazah. Kenapa begitu? Karena yang mem
Tuungngng...!"Aaahg...!" Tengkorak Tobat mengejang dalam keadaan jatuh berlutut. Ia memejamkan mata kuat-kuat karena menahan rasa sakit yang luar biasa hebatnya. Tapi anehnya Dewa Dungdung sendiri tidak merasakan sakit sedikit pun, demikian pula Baraka yang ada di persembunyiannya.Rupanya gema suara bende tersebut hanya menyerang lawan yang dituju oleh mata si Dewa Dungdung. Orang yang bukan lawan Dewa Dungdung biar mendengar suara bende dari jarak sejengkal tidak akan merasa kesakitan, cuma bikin budek aja.Hampir saja Tengkorak Tobat mati dengan kepala pecah karena getaran gelombang suara bertenaga dalam tinggi dari bende tersebut. Untung ia segera atasi kekuatan itu dengan tenaga dalamnya yang dikerahkan hingga tubuh gemetaran. Wajah yang memerah, urat yang menegang bertonjolan keluar dari kulit leher membuat suara bende tak mampu memecahkan kepalanya."Heaaat...!" Tengkorak Tobat sentakkan kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat lurus ke atas. Pada sa
Brakk...!Tulang dada terasa patah semua. Orang berbaju hitam dengan lengan bajunya yang putih itu ternyata termasuk orang yang kuat. Biar tubuhnya tinggal tulang-belulang tapi ia mampu bertahan menghadapi serangan sekeras itu. Dalam waktu sekejap ia mampu bangkit dari jatuhnya. Walau wajahnya menyeringai menahan rasa sakit di bagian dada, tapi ia masih mampu melompat ke arah Baraka dengan menghantamkam kapaknya.Wuung...!Baraka melompat ke samping, kapak pun menghantam tempat kosong. Karena gerakannya dari atas ke bawah, maka kapak itu pun menancap di pasir pantai. Tapi dengan sekali sentak, kapak berantai itu mampu melesat mundur dan ditangkap dengan satu tangan oleh Tengkorak Tobat.Rupanya orang berambut kucai yang mengenakan ikat kepala merah dengan usia sekitar empat puluh tahun itu termasuk orang yang tak mau memberi kesempatan pada lawan seriusnya untuk bertobat dalam arti melarikan diri. Baraka yang sebenarnya ingin mengejar Ranting Kumis jadi t
HATI siapa yang nggak sedih melihat seorang teman digantung mirip kentongan? Cuma hati robot yang nggak sedih, sebab hati robot terbuat dari besi baja. Tapi hatinya Baraka nggak seperti robot. Waktu ia mendengar kabar dari mulut orang dalam kedai tentang hal itu saja hatinya langsung teriris menjadi beberapa bagian. Perih sekali."Hei, apa kalian tak ingin lihat orang mati digantung?" ujar lelaki kurus yang baru masuk kedai itu."Siapa yang mati digantung itu?""Ken Warok, cucunya almarhum Ki Mangut Pedas!""Hahh...!" beberapa orang kedai kaget secara spontan. Demikian pula halnya dengan Baraka yang hendak mencaplok ketan bakar. Ketan bakar itu sempat pula lompat dari depan mulut gara-gara kuping si tampan Baraka mendengar kabar itu."Di mana anak itu digantungnya?" tanya seseorang, entah siapa, Baraka nggak kenal.Si pembawa berita menjawab, "Di hutan tepi desa!""Ah, masa' sih? Kedengarannya nggak masuk akal deh, soalnya kemarin sor
"Dendam seseorang dapat bikin Ken Warok harus mati digantung seperti itu. Kalau bukan karena dendam mendalam, tentunya Ken Warok hanya cukup ditikam jantungnya, tak perlu digantung terjungkir begitu. Dendam itu pasti timbul dari orang yang sangat dikecewakan oleh Ken Warok. Orang itu pasti benci sekali dengan Ken Warok. Hmm.... lalu siapa orang yang sebenci itu terhadapnya? Setahuku, Ken Warok itu bukan orang jahat. Ilmu silatnya pun paspasan. Lalu, persoalan apa sebenarnya yang bisa membuat seseorang sampai hati membunuhnya dengan cara begitu? Persoalan cinta? Oh, ya.... Mungkin saja. Setahuku Ken Warok memang rada-rada mata keranjang. Nggak boleh lihat perempuan montok sedikit, bawaannya pengin nyodok aja! Jangan-jangan dia serong sama istri orang, atau istri orang yang serong sama dia? Mana yang benar?"Ken Warok dikenal Baraka sebagai cucu Ki Mangut Pedas. Tokoh tua itu sudah mati. Waktu mau mati dipergoki Baraka. Sang tokoh tua kasih amanat pada Baraka untuk temui cucuny
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku sudah tahu siapa kau sebenarnya, Baraka," kata si gadis dengan sinis. "Kehadiranku menemuimu di sini bukan untuk pamer nama di depanmu, tapi untuk mencabut nyawamu dengan cara apa pun!""Eit, galak juga nih cewek! Nyalinya cukup besar, sesuai dengan bentuk dadanya." Karena Baraka hanya tersenyum kalem, maka si gadis jadi agak dongkol. Namun ia masih bisa menahan kedongkolan itu di dalam hati.Ia hanya berkata dengan ketus lagi. "Kalau kau nggak berani melawanku, kuberi waktu untuk melarikan diri. Setelah lima puluh hitungan kau akan kukejar dan ku kubur sendiri di dasar laut!"Tawa si ganteng bermata kebiruan-biruan mirip bule itu sempat membuat tubuhnya bergerak-gerak. Suara tawanya memang tak terdengar jelas, tapi cukup membuat si gadis makin dongkol lagi karena merasa disepelekan."Kayaknya nafsu banget mau bunuh aku, ya? Salahku apa sih?"Si gadis tersenyum sinis. Tapi malah tambah manis dan membangkitk
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak