Share

Nina Aulia

Author: Elis Kurniasih
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Matt.” Panggil Mike yang melihat sahabatnya terus menegukkan minuman ke tenggorokan.

“Jangan mabuk, Matt!”

Harry pun memperingatkan sahabatnya itu. Pasalnya Matt pria paling ribet jika mabuk, ia akan banyak bicara dan sangat menyusahkan.

“No, aku tidak mabuk.” Ucap Matt.

“Kau memang tidak boleh mabuk. Bukankah malam ini, kau ingin ke rumah besar keluarga Osborne?” Tanya Mike.

Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.

“Hmm.” Jawab Matt singkat.

Ia memang belum mabuk sepenuhnya, hanya sedikit berat di bagian kepala.

“Sepertinya, kau mabuk Matt. Lebih baik kau ke apartemenku.” Kata Harry yang kini sudah menjadi dosen di sebuah universitas ternama di London.

Pria berkacamata itu hendak membantu Matt untuk berdiri.

“Come on, Harry. Aku tidak mabuk.” Kata Matt yang berdiri sendiri saja sampai terjatuh-jatuh.

“Seperti ini kau bilang tidak mabuk? Apa kata kakakmu, jika mereka melihatmu seperti ini.” Tegas Mike.

“Oke, bawa aku ke toilet.” Ujar Matt.

Lalu, kedua sahabatnya membawa Matt ke tempat yang ia tuju. Di sana, Matt mencuci wajahnya. Ia mencoba menetralisir alkohol yang telah ia minum. Sesekali ia menegakkan kepalanya ke atas. Sungguh hidupnya tidak punya warna sama sekali. Ia seperti bosan dengan semuanya. Ia coba meyakinkan hati untuk tidak iri saat berada di kediaman mewah keluarga Osborne itu. ia harus mempersiapkan diri agar tidak iri dengan sang kakak yang telah menemukan kebahagiaannya. Ia pun tak ingin terlihat lemah di hadapan sang kakak.

Matt mencuci lagi wajah dan sedikit mengusap rambutnya dengan tangan yang basah.

“Kau sudah lebih baik?” Tanya Harry.

“it’s ok.”

“Good.” Jawab Harry, yang langsung di angguki Mike.

“Kalau begitu, aku antar kau pulang.” Ucap mike.

Kemudian, mereka keluar dari toilet itu dan beralih ke kediaman Osborne. Mike menyetir mobil itu dan mengantar Harry hingga apartemennya. Lalu mobil itu melaju ke kediaman Osborne.

Sesampainya di sana, Matt turun. “Thanks, Mike.”

“Oke, kau sudah sangat baik?” Tanya Mike lagi.

“Sangat baik.” Jawab Matt dan keluar dari mobil itu. Ia sengaja tidak membawa mobilnya.

Perlahan, Matt masuk ke dalam rumah itu. rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, hingga suara tawa terdengar dari luar pintu utama.

Di dalam rumah itu, David dan keluarga istrinya sedang mempersiapkan makan malam bersama. Sepeninggal Jason, David perginke Bali dan bertemu dengan teman kuliahnya yang berasal dari Indonesia. Lalu, ia kepincut dengan teman istri sahabatnya. Walau perjalanan cinta David pun tak semulus jalan tol. Namun, akhirnya ia berhasil mempersunting gadis asal Malang yang bernama Sari. Saat ini, ia pun sudah memiliki putrab berusia delapan bulan.

“Hai, apa kabar semua? Wow, rumah ini terlihat ramai, tidak seperti biasanya yang sepi seperti kuburan.” Ucap Matt dengan wajah yang sedikit banyak memiliki wajah yang mirip dengan sang kakak.

Tiba-tiba Matt sudah ada di ruang keluarga tanpa permisi atau salam.

“Dia adikku, Mattew.” Ucap David pada istrinya yang dan kedua orang tua Sari yang bernama Teguh dan Ratih. Kebetulan mereka juga di ajak sang kakak untuk datang ke negaranya.

“Kamu punya adik, Nak?” Tanya Ayah Sari pada menantunya. Pasalnya orang tua Sari tak pernah tahu, jika menantunya memiliki adik.

“Punya, Yah. Dia adalah anak dari istri Daddy yang kedua, setelah bercerai dari mommy.” Jawab David yang tidak menceritakan detail tentang keluarganya.

Mommy yang David maksud adalah Elvira, yang juga ada di ruangan ini.

David berbicara menggunakan bahasa Indonesia pada Sari dan keluarganya, juga pada Nina asisten rumah tangganya. Kemudian, kembali menggunakan baha Inggris pada Sam, George, dan Matt.

“Oh.”

Teguh membulatkan bibirnya, begitu pun Ratih.

“Ganteng juga sepertimu, Nak.” Sahut Ratih.

“Ibu.” Sari memperingatkan ibunya bahwa saat ini keadaan sedang tidak baik.

Walau Matt merasa dirinya baik-baik saja. Namun, yang melihatnya tahu betul bahwa dirinya tengah sedikit mabuk.

“Apa dia istrimu?” Tanya Matt yang langsung menghampiri Sari dan melihatnya dari ujung kepala hingga kaki.

“Jaga matamu! Jangan melihat istriku sepert itu!” Ucap David menghalangi Sari yang sedang berhadapan dekat dengan sang adik.

“Wow, beginilah kakakku, posesive sekali.” Ucap Matt.

“Jaga sikapmu, Matt! Jika kau macam-macam, aku tidak akan segan untuk--”

“Untuk membunuhku? Aku memang hanya seorang adik yang lahir dari wanita jalang, tapi aku tetap saudaramu bukan. Kita memiliki jiwa dari pria yang sama. Kita memiliki selera yang sama. Bukan begitu?”

“Matt.” Teriak Sam, mencoba menghentikan aksi Matt agar tidak membuat keluarga Osborne malu di hdapan keluarga istri sang kakak.

Matt pun masih waras. Ia tak akan menganggu istri David, walau ia pun menyukai wajah yang seperti itu. Ia juga sadar, jika malam ini adalah malam spesial. Ia tak akan merusaknya, karena ia pun memiliki rasa takut yang cukup tinggi pada sang kakak. Apalagi dengan trade record David sebelumnya yang cukup bengal dan brutal. Ia yakin, David akan lebih brutal jika miliknya di sentuh, sama seperti dirinya.

“Matt. Tinggalkan tempat ini!” Ujar George, berusaha melerai perseteruan adik kakak ini.

“Ini adalah rumah ayahku, berarti rumahku juga. Aku ingin menginap di sini malam ini, besok dan lusa. Aku juga ingin menyambut kedatangan keluarga kakakku. Apa itu salah?” Tanya Matt sambil mengerdikkan bahunya.

Semua terdiam. Apalagi Ratih dan Teguh yang tidak faham betul bahasanya dan kondisi yang terjadi. Ardi dan Nina juga.

Elvira, ibu kandung David yang telah di pertemukan secara tidak sengaja di Jakarta pun memilih menyibukkan diri dengan Melvin, putra pertama David yang masih berusia delapan bulan. Ia pun tak mau banyak berurusan dengan anak mantan madunya itu.

Sam bangkit dari duduknya dan menghampiri Mattew.

“Matt, jika kau menganggap kami keluarga. Maka bersikaplah seperti keluarga.”

“Oke.”

“Hai, aku Matt adik David.” Ucap Matt, sambil mengulurkan tangannya pada Teguh. Teguh pun membalas uluran tangan itu.

Kemudian ia melakukan hal yang sama pada Ratih, dan Ardi, adiknya Sari. Lalu, pada Elvira.

Matt sempat tersandung saat ingin menghampiri Elvira dan menyalaminya. Kebetulan di sana ada Nina, asisten rumah tangga yang mengasuh putra David dan membantu istrinya di rumah. Ia dengan sigap membantu Matt untuk berdiri. Matt menatap wajah wanita yang tengah membantunya berdiri. Nina pun tersenyum ke arah Matt. Senyum yang membuat jantung Matt berdesir. Matt menatap mata Nina dan sejenak tersihir oleh parasnya yang lembut dan manis.

Setelah Matt bisa berdiri tegap, Nina langsung duduk di kursi yang tadi ia duduki. Arah mata Matt selalu tertuju pada gadis Asia itu. Namun, langkahnya tetap lebih dulu tertuju pada ibu tirinya, ibu kandung David.

“Hai, Mommy El. Apa kabarmu?”

“Baik, Matt.” Elvira tersenyum.

“Hai David junior.”

Matt mencubit pipi Melvin, Putra David yang tengah di gendong Elvira.

“Hai, cantik.” Mat tersenyum pada Nina. Senyum manis dengan suara lebih lembut dari sapaannya pada yang lain dengan mengulurkan tangan seperti seorang pangeran yang tengah mengajak dansa sang putri.

Nina bingung. Ia melihat ke arah Sari dan Sari mengangguk, meminta Nina untuk menuruti pria yang ada di depannya itu. Sedangkan Ardi, sudah terlihat geram, karena Matt menggoda Nina.

“Saya Nina Aulia.” Jawab Nina dengan senyum yang manis.

“Oh, so beautyfull. Aku suka.” Matt memandang Nina dengan intens, membuat kedua bola mata Matt dan Nina bertemu.

Nina yang tak mengerti perkataan Matt pun, tetap tersenyum manis. Ia hanya menghargai Matt yang merupakan adik dari majikannya itu.

“Nina, kenapa pasang wajah seperti itu sih.” Gerutu Ardi dalam hati.

Ardi, adik Sari memang cukup dekat dengan Nina, karena setiap kali ia bertandang ke apartemen sang kakak di Jakarta, Ardi selalu di temani oleh Nina kemana pun. Dan, saat ini entah mengapa Ardi merasa cemburu, ketika Nina di goda oleh Matt, padahal di Malang, Ardi pun memiliki pacar sejak SMA.

“Sudah sesi perkenalannya. Sekarang Ayo kita makan, aku sudah sangat lapar.” Ucap George, mencairkan suasana yang menegang saat kehadiran Matt muncul.

Related chapters

  • Penakluk Wanita   Beda bahasa

    Sejak semalam, kedua mata Matt tak bisa di pejamkan. Sosok wajah Nina selalu membayangi pikirannya. Entah mengapa, gadis itu mampu mmbuatnya tertarik, padahal perawakan Nina sangat jauh wanita-wanita yang selama ini mengisi waktu luang Matt.Matthew menginap di rumah besar keluarga Osborne bersama David dan keluarganya. Ia bangun, lalu membuka jendela kamar. Matanya berkeliling menikmati matahari yang bersinar dan hamparan bunga serta rumput yang tertata rapih di halaman belakang rumah itu. Halaman belakang yang luas seperti sebuah taman.Kemudian, mata Matt terdiam lama pada sosok wanita yang dari semalam wajahnya berseliweran dalam pikiran. Gadis itu terlihat sedang menyuapi bayi berusia sembilan bulan. Matt tersenyum sambil bersidekap memegang dagunya. Ia melihat senyum yang tulus dari seorang pengasuh. Melvin yang tengah duduk di stroler itu pun tertawa bersama pengasuhnya sambil menikmati sarapan pagi.Matt bergegas memakai pakaiannya. Ia turun dan menghamp

  • Penakluk Wanita   Wanita Asia

    “Hai, Matt.” Sapa Harry yang langsung duduk di sebelah Matt.“Musim panas nanti, kau akan kemana?” Tanya Harry.Matt menggeleng. “Belum terpikir.”“Bagaimana jika kita berkeliling Asia.” Ucap Mike sembari merangkul kedua sahabatnya yang tengah duduk di meja bar.“Setuju.” Ucap Harry.“Bagaimana denganmu?” Tanya Mike pada Matt.“Ide bagus.”“Aku penasaran dengan wanita Asia.” Kata Mike.“Thailand.” Kata Mike lagi. “Wanita di sana berkulit eksotik dan berbadan sekal.”“Korea.” Sahut Harry. “Aku suka mereka yang berkulit putih bersih.”“Kau Matt?” Tanya Mike dan Harry sembari menggoyangkan tubuh sahabatnya itu.Seketika Matt terbayang wajah Nina, membuatnya terdiam sesaat sambil tetap memutar ujung gelas yang ada di depannya.“Matt.”

  • Penakluk Wanita   Wanita itu bernama Lyra

    Perlahan, wanita itu terbangun. Kepalanya sangat berat. Ia terkejut dan mengecek dirinya.“Ah, pakaianku masih utuh.” Gumamnya.‘Aku bukan pria yang memanfaatkan wanita yang sedang mabuk berat.” Suara itu muncul di hadapannya.“Kau.” Wanita itu mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.“Kau berhutang padaku. Kau kalah dan harus menemaniku tidur selama satu bulan.” Ucap Matt sembari mendaratkan dirinya di samping wanita itu.Wanita itu masih diam.“Mattew, biasa di panggil Matt.” Matt mengulurkan tangannya di hadapan wanita itu.“Lyra.” Wanita itu membalas uluran tangan Matt.Matt tersenyum. “Well, apa aktifitasmu?”“Aku mahasiswa di Universitas XX.”Matt terus memperhatikan wajah wanita itu. Mat, hidung, dan bibirnya sama persis dengan yang di miliki Nina.“Sorenya, aku bekerja part time di sebuah cafe.&r

  • Penakluk Wanita   Ardiansyah Nugroho

    Keesokan harinya, sepulang dari kantor, Matt sengaja mampir ke kediaman Osborne. Entah mengapa ia pun merasakan kehangatan keluarga itu.“Hai, ada perayaan tak mengundangku. Kejam sekali kau, Kak.” Ucap Mat yang tiba-tiba datang.“Aku ingin mengundangmu, tapi sepertinya kau sibuk.” Jawab David santai.“Aku tidak sibuk, jika untuk urusan keluarga. Keluarga nomor satu, bukan begitu?”Sejak kepergian ibunya, Matt merasa sangat kesepian. Walau sebelumnya pun, ia sudah merasa kesepian. Ia ingin seperti kakaknya dan memiliki keluarga.Matt menghampiri Nina yang berada di dapur. Ia pun melihat seorang pria yang menemani gadis itu di sini. Dia adalah Ardi, Ardiansyah Nugroho, adik dari Sari yang sedang menempuh pendidikan militer, tapi kali ini ia sedang libur sehingga bisa bersama keluarganya berlibur.“Hai cantik. Ini kamu yang membuat? Hmm.. manis, sama sepertimu.” Matt meneguk minuman dingin berwar

  • Penakluk Wanita   Sarang penyamun

    Matt sudah memulai belajar bahasa Indonesia dengan Lyra. Di setiap weekend Matt tidak lagi pergi ke club dan bermain wanita. Ia lebih memilih di apartemen bersama Lyra seharian. Lyra wanita yang cukup menyenangkan, tapi entah mengapa Matt tidak memiliki perasaan apapun padanya, justru perasaan ingin menjaga wanita itu lebih besar. Mungkin insting Matt yang sejak dulu ingin sekali memiliki adik perempuan pun timbul.“Apa Ini? Jawab aku dengan bahasa Indonesia.” Kata Lyra menggunakan bahasa Inggris.“Kursi.” Jawab Matt.“Ini?” Tanya Lyra menunjuk benda yang ada di sekitarnya.“Lemari.”“Bola.”“Gelas.”“Sendok.”“Garpu.”“Pisau.”Lyra terus menunjuk beberapa benda di sana dan Matt dengan cepat menjawab semua benda yang Lyra tunjuk dengan menggunakan bahasa Indonesia.“That’s good.” Lyr

  • Penakluk Wanita   Welcome to Bali

    Satu tahun kemudian, Matt dan Mike akan terbang ke Bali, semula ia ingin terbang ke jakarta untuk menemui sang kakak, keponakan dan yang utama adalah Nina, asisten kakak iparnya yang sangat ia rindukan. Entah mengapa Matt sangat terobsesi oleh gadis Indonesia itu.Matt dan Mike berangkat dengan menggunakan jet pribadi milik keluarga Osborne. Sedangkan, Harry hanya mengantarkan kedua sahabatnya dan di temani oleh Lyra.“Harry, jaga Lyra untukku.” Ucap Mike berbisik pada pria berkacamata itu.Mike memang telah menyatakan cintanya pada Lyra, tetapi wanita itu. Namun, hingga saat ini Lyra belum menjawab pernyataan cinta Mike. Bukan karena Lyra tidak menyukai Mike. Namun, Lyra tahu betul bagaimana Mike, ia hanya takut. Mengingat Mike adalah pria yang sering melakukan one night stand. Ia hanya mencoba membentengi hatinya agar tidak sakit untuk kedua kalinya.“Hmm.. oke, Tapi kau tetap harus banyak berdoa, semoga aku tidak tergoda oleh wa

  • Penakluk Wanita   Koper siapa?

    Ini koper siapa, Matt?” Tanya Mike, saat mereka berada di kamar Matt.Mike dan Matt tinggal di hotel yang telah mereka akuisisi. Setelah sampai di bandara tadi pagi, Matt langsung bertemu dengan bagian legal dan hotel ini resmi menjadi milik Matt karena ia sudah membeli lagi tiga puluh persennya. Sehingga saham hotel ini delapan puluh persen adalah miliknya.“Eumm..”Matt menopangkan kedua tangannya di dada sambil mengelus dagunya. Ia mencoba mengingat insiden itu.“Matt, lihatlah!"Mike tertawa saat ia menarik bra pink yang ada di dalam koper itu.“Sepertinya, koper ini milik wanita.” Ucap Mike lagi.Mike sangat antusias mengacak-acak pakaian yang tersusun rapih di dalam koper itu.“Apa ini miliknya?” Matt dan Mike bertanyaan bersamaan.“Aku rasa begitu.” Jawab Mike.“Bagaimana aku bisa bertemu lagi dengan gadis itu?” Tanya Matt.

  • Penakluk Wanita   Nina, I'm coming

    Din, kita jadi ke Mall?” tanya Tasya.“Iya, jadi.” Dinda merapihkan peralatan medisnya, karena waktu bertugas mereka telah selesai.“Bokap lu udah transfer?” tanya Tasya.Lama berteman dengan Tasya membuat logat Jawa Dinda memudar, karena walau mereka tinggal di Surabaya, tetapi mahasiswa yang berasal dari jakarta sangat banyak.“Udah.”Dinda dan Tasya langsung menuju kota sebelum matahari tenggelam. Mereka menaiki taksi setelah berada di jalan raya.“Stop.” Tasya melambaikan tangannya pada mobil berwarna biru itu.Mereka pun membuka pintu mobil dan masuk.“Ke Mall xxx ya pak,” kata Dinda.“Itu di mana ya, Mba? Maaf saya baru ada di Bali, jadi masih belum tau jalan.”Dinda dan Tasya menghelakan nafasnya.“Ya udah, gue buka google map dulu,” kata Dinda. Lalu, mereka jalan.Di dalam mobil, Dinda dan Tasya merasa k

Latest chapter

  • Penakluk Wanita   Pulang kampung

    Matt dan Nina berada di dalam mobil. Mereka hendak pergi ke Bandung untuk menemui orang tua dan keluarga Nina yag berada di desa itu.Sesekali Nina melirik ke arah Matt yang serius menyetir. Matt pun ikut melirik ke arah Nina, sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum.“Kenapa?” tanya Matt.Nina menggeleng. “Ngga apa-apa.”Matt mengeryitkan dahinya.“Aku tuh suka takut sama pria yang bertato.” Ucap Nina yang memang selalu melihat ke arah leher Matt yang terdapat garis berbentuk Z.“Keluargamu juga takut dengan pria bertato sepertiku?” tanya Matt.Nina mengangguk, tapi tetap tersenyum.“Tidak semua pria bertato itu jahat, Sayang,” ucap Matt.“Iya, tapi di tempatku itu desa banget. Tidak modern dan pastinya kamu adalah orang asing yang baru datang di desaku.”“Oh ya? Pasti seru,” ucap Matt santai.“Bye the way, kit

  • Penakluk Wanita   Aku ingin itu

    Pagi ini Dinda bersiap untuk kembali ke Bali. Ia tak melihat Tristan sejak semalam. Entah pamannya itu marah atau tidak padany, ia tak peduli. Untung, hari ini ia akan kembali ke Bali dan tak melihat pamannya lagi.“Ma, Tristan sudah berangkat?” tanya Melati pada ibunya saat di meja makan.“Sudah, dia berangkat dengan penerbangan paling pagi,” jawab Nenek Dinda.“Oh.”“Memang Om Trsitan kemana, Ma?” tanya Dinda ingin tahu..“Om mu sudah berangkat lagi ke Australia. Ternyata kantor pusatnya di sana, menarik dia kembali ke sana, karena teman yang menggantikan posisinya di sana kecelakaan,” jawab Kakek Dinda.Tristan memang berkuliah di Australia dan mendapatkan pekerjaan di sana. Sudah cukup lama Tristan bekerja di negara itu, hingga mendapatkan posisi yang bagus. Pernah ia mencoba untuk berhenti dari pekerjaannya dan ingin menetap di Malang saat Dinda lulus SMA, tapi akhirnya Tristan

  • Penakluk Wanita   Pipimu merah

    Matt mengendarai mobilnya hingga sampai di halaman rumah sang kakak. Di sana, sudah terlihat mobil David yang terparkir. Matt masih tersenyum mengingat betapa anehnya wanita yang baru saja ia antar pulang dari bandara.Setelah mematikan mesin mobil, Matt keluar dan mendapati Nina tengah bermain bersama Melvin dan Quinza di halaman rumah itu.“Melvin mana ya.. Quinza cantik.” Nina di tutup kedua matanya dengan kain dan berusaha menangkap Melvin dan Quinza yang sedang berlarian mengelilinginya.Matt tersenyum ke arah gadis lembut itu.“Ssstt.” Matt menutup bibirnya dengan jari telunjuk ke arah Melvin dan Quinza.Melvin dan Quinza hanya tertawa cekikikan tanpa suara, pasalnya Matt sengaja berjongkok agar Nina mengira bahwa dirinya adalah Melvin.“Nah, ya. Melvin ke tangkepetangkep.” Nina memeluk kepala Matt yang ia kira adalah Melvin.Matt merasa di atas angin, karena Nina memeluknya kepalanya erat sam

  • Penakluk Wanita   Benar-benar gadis aneh

    Dinda masih belum pulang ke Bali. Ia meminta izin pada Tasya dan rekan-rekannya yang ada di sana untuk bermalam dua hari lagi di Jakarta, karena hari ini ia mengantarkan Ardi untuk berangkat ke Florida.“Matt, Supir Mas David tidak bisa ke sini karena sedang mengantarkan klien. Bisakah kau mengantarku untuk mengantarkan Ardi ke bandara?” tanya kakak iparnya.Matt mengangguk. “Apa Nina juga ikut?”Sari menggeleng. “Dia menjaga anak-anak saja di rumah, sekalian memberi arahan pada pengasuh baru yang akan menggantinya nanti.”Matt kembali menganggukkan kepalanya.Tak lama kemudian, Matt mengganti baju dan bersiap untuk mengantarkan Sari menjemput keluarganya di Panti asuhan, lalu mengantar Ardi ke Bandara. Sementara di tempat yang berbeda, Dinda pun bersiap ke Bandara untuk melepas kekasihnya di sana.“Din, Mama tidak bisa menemanimu ke Bandara, karena mendadak mama harus menemani papa, saudara jauh pap

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

  • Penakluk Wanita   Kekesalan Ardi

    "Matt.” David memeluk tubuh sang adik, saat Matt sudah berada di depan rumah minimalis itu.“Hai, Matt.” Sapa Sari, istri David.“Hai.” Matt memeluk sang kakak dan menyalami istrinya.“Mana keponakanku.”“Uncle.” Melvin dan Quinza berlari ke arah pamannya.Matt langsung membentangkan kedua tangannya dan berjongkok untuk memeluk kedua keponakannya yang ganteng dan cantik itu.Matt mencium Melvin dan bergantian pada Quinza. Matt menggendong anak perempuan sang kakak.“Quinza, makin cantik saja kamu,” kata Matt sembari menciumi wajah anak perempuan David dan Sari.“Stop, jangan kau ciumi terus anak perempuanku. Nanti kau menyukainya,” kata David.“Apa aku gila? Menyukai keponakan sendiri.” Jawab Matt sambil berjalan ke dalam rumah minimalis tapi tetap mewah itu.“Zaman sekarang memang sudah gila, Matt. Bahkan ada ayah yang

  • Penakluk Wanita   Adinda Pratiwi

    Keeseokan harinya, Matt sudah siap untuk berangkat ke Bandara. Ia di antar oleh Mike. Kali ini, ia tak di temani oleh sahabatnya, karena Mike menggantikan dirinya untuk menghandle pekerjaan selama ia pergi ke Jakarta.“Kau langsung akan menikahinya?” tanya Mike.“Kalau itu tidak mungkin Mike. Aku saja tidak tahu apa dia menyukaiku atau tidak,” jawab Matt saat mereka berjalan beriringan dan memasuki bandara I Gusti Ngurah Rai.“Hei tidak biasanya kau pesimis seperti ini. Mana Matthew si penakluk wanita yang aku kenal,” ledek Mike, membuat Matt tertawa.“Mungkin itu berlaku di tempatku.”Mike tertawa. “Jago kandang.”Matt ikut tertawa.“Tapi ku lihat, kau sekarang terlalu pemilih, Bro.” Mike menghentikan kakinya, karena ia hanya bisa mengantar sahabatnya sampai di sini.“Mungkin ini karena aku terlalu terobsesi untuk menggapai cintaku, sehingga aku tida

  • Penakluk Wanita   Nina, I'm coming

    Din, kita jadi ke Mall?” tanya Tasya.“Iya, jadi.” Dinda merapihkan peralatan medisnya, karena waktu bertugas mereka telah selesai.“Bokap lu udah transfer?” tanya Tasya.Lama berteman dengan Tasya membuat logat Jawa Dinda memudar, karena walau mereka tinggal di Surabaya, tetapi mahasiswa yang berasal dari jakarta sangat banyak.“Udah.”Dinda dan Tasya langsung menuju kota sebelum matahari tenggelam. Mereka menaiki taksi setelah berada di jalan raya.“Stop.” Tasya melambaikan tangannya pada mobil berwarna biru itu.Mereka pun membuka pintu mobil dan masuk.“Ke Mall xxx ya pak,” kata Dinda.“Itu di mana ya, Mba? Maaf saya baru ada di Bali, jadi masih belum tau jalan.”Dinda dan Tasya menghelakan nafasnya.“Ya udah, gue buka google map dulu,” kata Dinda. Lalu, mereka jalan.Di dalam mobil, Dinda dan Tasya merasa k

DMCA.com Protection Status