Beranda / Romansa / Penakluk Wanita / Ardiansyah Nugroho

Share

Ardiansyah Nugroho

Penulis: Elis Kurniasih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, sepulang dari kantor, Matt sengaja mampir ke kediaman Osborne. Entah mengapa ia pun merasakan kehangatan keluarga itu.

“Hai, ada perayaan tak mengundangku. Kejam sekali kau, Kak.” Ucap Mat yang tiba-tiba datang.

“Aku ingin mengundangmu, tapi sepertinya kau sibuk.” Jawab David santai.

“Aku tidak sibuk, jika untuk urusan keluarga. Keluarga nomor satu, bukan begitu?”

Sejak kepergian ibunya, Matt merasa sangat kesepian. Walau sebelumnya pun, ia sudah merasa kesepian. Ia ingin seperti kakaknya dan memiliki keluarga.

Matt menghampiri Nina yang berada di dapur. Ia pun melihat seorang pria yang menemani gadis itu di sini. Dia adalah Ardi, Ardiansyah Nugroho, adik dari Sari yang sedang menempuh pendidikan militer, tapi kali ini ia sedang libur sehingga bisa bersama keluarganya berlibur.

“Hai cantik. Ini kamu yang membuat? Hmm.. manis, sama sepertimu.” Matt meneguk minuman dingin berwarna merah itu, lalu meminumnya di depan Nina.

Nina yang tak mengerti ucapan Mat pun, hanya tersenyum.

Ardi ikut berdiri di samping kiri Nina, sementara Matt di samping kanannya.

“Nin, Kamu ngerti ucapannya?” Tanya Ardi melirik ke arah Mat.

Ia pun melirik ke arah Ardi dan Nina bergantian. Matt menyadari bahwa Ardi juga menyukai wanita yang saat ini tengah ia sukai.

“Kalau ngga ngerti, jangan senyum-senyum.” Kata Ardi kesal.

“Justru karena aku ga ngerti, jadi aku senyum aja.”

Ardi menarik lengan Nina, dan menggeser tubuh Nina untuk berdiri di belakangnya.

“Apa masalahmu? Kau juga menyukainya?” Tanya Matt pada Ardi.

Kini keduanya saling berhadapan.

“Kalau iya, kenapa? Jangan coba-coba mendekatinya.” Ucap Ardi spontan, ia tak berpikir apapun. Ia hanya merasa pria ini berbahaya dan harus melindungi Nina.

“Waw.. Luar biasa.” Matt bertepuk tangan.

“Baiklah. Ternyata semua wanita di sini sudah memiliki pasangan.” Matt pergi meninggalkan Nina dan Ardi.

“Matt, mereka tamu kita, jagalah sikapmu.” Ucap Nancy yang di acuhkan oleh Matt.

Setelah acara makan malam, kedua keluarga ini berbincang hangat. Matt terdiam, memperhatikan semua orang di sini dengan berbicara dalam dua bahasa. Sebentar lagi, ia pun akan bisa bahasa itu.

David duduk di samping adiknya yang sedang duduk sendirian, sambil memakan kacang almond.

“Aku ingin bisa berbahasa Indonesia.” Ucap Matt, membuat Davd mengeryitkan dahinya.

“Untuk apa?”

“Untuk mendapatkan wanita asia sepertimu.”

David tertawa.

“Bukannya kamu sudah punya pacar?”

“Hanya teman bercinta.” Jawab Matt santai.

David menggelengkan kepalanya.

“Setelah urursanku di sini selesai, aku akan investasi ke sana dan menetap di sana sepertimu.” Ucap Matt lagi.

“Hei, lalu siapa yang akan mengurus perusahaan Daddy?” Tanya David kesal.

“Kau?’

“Tidak bisa, aku juga sudah membuka perusahaan di sana. itu tidak bisa di tinggalkan begitu saja.”

“Kalau begitu kita barter. Aku mengurusi perushaanmu dan kau mengurusi perusahaan Daddy. Kau dan keluargamu tinggal di sini.” Matt mengulurkan tangannya.

“Tidak semudah itu, karena semua assetku di sana milik istriku, semua ku alihkan menjadi atas namanya.”

“Apa? Apa kau gila?” Matt tertawa.

“Ternyata sebesar itu cintamu padanya? Luar biasa.” Matt terkejut. Ia baru tahu sisi lain dari sang kakak.

“Jika pria sudah nyaman dengan seseorang, dia juga mampu memberikan segalanya, Matt.”

“Oke.” Matt mengangguk setuju, karena mungkin dirinya akan seperti sang kakak, jika sudah menemukan wanita yang tepat.

“Kau menyukai Nina?” Tanya David yang mengikuti arah mata sang adik.

“Hmm... entahlah, tapi dia cantik.”

“Adik iparku juga menyukainya. Kau punya saingan yang berat, karena Nina pun menyukai adik iparku.”

“Oh, ya? Menarik.” Ucap Matt santai.

David hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh melihat Matt, seperti cerminan dirinya dulu.

“Matt, bisa minta tolong antarkan Nina, ke supermarket?” Tanya Sari, tiba-tiba meghampiri sofa yang di duduki Matt dan David.

“Ada apa, sayang?” Tanya David menggunakan bahasa Indonesia.

“Nina datang bulan dan tidak mempersiapkan pembalut. Dia ingin beli sekarang.”

“Mba, biar Ardi yang mengantar Nina ke supermarket.” Celetuk Ardi.

“Memang kamu tahu jalanan di sini?” Tanya Sari yang membuat Ardi langsung terdiam.

David tertawa, melihat kelakuan adik iparnya.

“Oke, Ayo!” Kata Matt yang langsung berdiri dan mengambil kunci mobilnya.

“Aku ikut.” Ucap Ardi yang tidak rela membiarkan Nina pergi bersama adik dari kakak iparnya ini.

Ardi langsung mengambil jaketnya. Sementara Nina hanya bingung.

“Ada yang mau kamu beli juga di minimarket?” Tanya Nina pada Ardi.

“Aku tidak percaya dengan dia.” Ardi melirik ke arah Matt dengan attapan tajam. Sementara Matt tetap menyungging senyum di bibirnya.

Dengan adanya Ardi, Matt semakin merasa tertantang untuk memiliki Nina. “Kita lihat saja, siapa nantinya yang akan menang.” Ucap Matt di telinga Ardi, saat Matt melewatinya untuk berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah mewah itu.

Nina pamit pada semua orang di sana. lalu, Matt mengantar Nina dan di temani Ardi. Mereka bertiga berada di dalam mobil itu. Ardi meminta Nina duduk di bangku belakang dan Nina menurut. Sesampainya di minimarket, Ardi selalu menggenggam tangan Nina.

Matt hanya tersenyum, melihat ke posesive-an Ardi.

Ardi tidak tahu, apa yang ia lakukan pada Nina. Sementara Nina sangat senang di perlakukan seperti ini oleh Ardi. Di Malang, tepatnya sebelum Ardi berangkat pertama kali meninggalkan kota itu untuk melanjutkan pendidikan militernya. Ia akhirnya jadian dengan Dinda, perempuan yang ia taksir sejak duduk di bangku sepuluh. Dinda juga meninggalkan kota Malang karena di terima di Fakultas kedokteran Negeri di kota Surabaya. Mereka berikrar akan mengejar cita-cita terlebih dahulu dan akan kembali untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius nantinya. Saat ini Ardi dan Dinda menjalani LDR (Long Distance Relationship) dengan tetap saling berkomunikasi melalui w******p dan telepon dalam setiap kegiatan masing-masing.

Sementara Nina, tidak mengetahui hal itu. Yang Nina tahu, Ardi masih sendiri dan tidak memiliki pacar.

Matt mendekati Ardi yang sedang berdiri sendiri untuk memilih pembersih muka pria. “Bukankah kau sudah memiliki pacar?” Tanya Matt berbisik.

Ardi langsung menoleh. Entah bagaimana bisa privasinya sampai di telinga Matt.

“Bukankah kau juga sudah memiliki teman tidur setiap malam?” Ardi balik bertanya.

Matt tersenyum sinis. Ternyata anak ini tidak bisa di anggap remeh.

“Teman tidur tidak memakai hati, berbeda dengan pacar.” Jawab Matt santai, sambil memegang barang yang tertata rapih di depannya.

“Nina juga wanita yang spesial untukku, dan tak akan ku biarkan pria sepertimu mendekatinya apalagi sampai merusaknya.” Ucap Ardi sambil melewati tubuh Matt yang masih berdiri.

Ardi menghampiri Nina dan mengajaknya untuk pergi ke kasir. Sementara Matt terus memperhatikan Ardi dan Nina yang sedang berdiri beriringan di depan kasir. Ia sadar saat ini Nina belum meliriknya sama sekali. Nanum, justru ia semakin tertantang.

“Aku pasti bisa menaklukkanmu.” Gumam Matt, sembari menatap ke arah Nina.

Tak lama, Nina pun menatap ke arah Matt. Matt langsung ersenyum, begitu juga Nina yang langsung membalas senyum manis itu. Sementara Ardi mengalihkan padangan Nina untuk tidak tersenyum ke arah Pria yang menurutnya brengsek itu.

Bab terkait

  • Penakluk Wanita   Sarang penyamun

    Matt sudah memulai belajar bahasa Indonesia dengan Lyra. Di setiap weekend Matt tidak lagi pergi ke club dan bermain wanita. Ia lebih memilih di apartemen bersama Lyra seharian. Lyra wanita yang cukup menyenangkan, tapi entah mengapa Matt tidak memiliki perasaan apapun padanya, justru perasaan ingin menjaga wanita itu lebih besar. Mungkin insting Matt yang sejak dulu ingin sekali memiliki adik perempuan pun timbul.“Apa Ini? Jawab aku dengan bahasa Indonesia.” Kata Lyra menggunakan bahasa Inggris.“Kursi.” Jawab Matt.“Ini?” Tanya Lyra menunjuk benda yang ada di sekitarnya.“Lemari.”“Bola.”“Gelas.”“Sendok.”“Garpu.”“Pisau.”Lyra terus menunjuk beberapa benda di sana dan Matt dengan cepat menjawab semua benda yang Lyra tunjuk dengan menggunakan bahasa Indonesia.“That’s good.” Lyr

  • Penakluk Wanita   Welcome to Bali

    Satu tahun kemudian, Matt dan Mike akan terbang ke Bali, semula ia ingin terbang ke jakarta untuk menemui sang kakak, keponakan dan yang utama adalah Nina, asisten kakak iparnya yang sangat ia rindukan. Entah mengapa Matt sangat terobsesi oleh gadis Indonesia itu.Matt dan Mike berangkat dengan menggunakan jet pribadi milik keluarga Osborne. Sedangkan, Harry hanya mengantarkan kedua sahabatnya dan di temani oleh Lyra.“Harry, jaga Lyra untukku.” Ucap Mike berbisik pada pria berkacamata itu.Mike memang telah menyatakan cintanya pada Lyra, tetapi wanita itu. Namun, hingga saat ini Lyra belum menjawab pernyataan cinta Mike. Bukan karena Lyra tidak menyukai Mike. Namun, Lyra tahu betul bagaimana Mike, ia hanya takut. Mengingat Mike adalah pria yang sering melakukan one night stand. Ia hanya mencoba membentengi hatinya agar tidak sakit untuk kedua kalinya.“Hmm.. oke, Tapi kau tetap harus banyak berdoa, semoga aku tidak tergoda oleh wa

  • Penakluk Wanita   Koper siapa?

    Ini koper siapa, Matt?” Tanya Mike, saat mereka berada di kamar Matt.Mike dan Matt tinggal di hotel yang telah mereka akuisisi. Setelah sampai di bandara tadi pagi, Matt langsung bertemu dengan bagian legal dan hotel ini resmi menjadi milik Matt karena ia sudah membeli lagi tiga puluh persennya. Sehingga saham hotel ini delapan puluh persen adalah miliknya.“Eumm..”Matt menopangkan kedua tangannya di dada sambil mengelus dagunya. Ia mencoba mengingat insiden itu.“Matt, lihatlah!"Mike tertawa saat ia menarik bra pink yang ada di dalam koper itu.“Sepertinya, koper ini milik wanita.” Ucap Mike lagi.Mike sangat antusias mengacak-acak pakaian yang tersusun rapih di dalam koper itu.“Apa ini miliknya?” Matt dan Mike bertanyaan bersamaan.“Aku rasa begitu.” Jawab Mike.“Bagaimana aku bisa bertemu lagi dengan gadis itu?” Tanya Matt.

  • Penakluk Wanita   Nina, I'm coming

    Din, kita jadi ke Mall?” tanya Tasya.“Iya, jadi.” Dinda merapihkan peralatan medisnya, karena waktu bertugas mereka telah selesai.“Bokap lu udah transfer?” tanya Tasya.Lama berteman dengan Tasya membuat logat Jawa Dinda memudar, karena walau mereka tinggal di Surabaya, tetapi mahasiswa yang berasal dari jakarta sangat banyak.“Udah.”Dinda dan Tasya langsung menuju kota sebelum matahari tenggelam. Mereka menaiki taksi setelah berada di jalan raya.“Stop.” Tasya melambaikan tangannya pada mobil berwarna biru itu.Mereka pun membuka pintu mobil dan masuk.“Ke Mall xxx ya pak,” kata Dinda.“Itu di mana ya, Mba? Maaf saya baru ada di Bali, jadi masih belum tau jalan.”Dinda dan Tasya menghelakan nafasnya.“Ya udah, gue buka google map dulu,” kata Dinda. Lalu, mereka jalan.Di dalam mobil, Dinda dan Tasya merasa k

  • Penakluk Wanita   Adinda Pratiwi

    Keeseokan harinya, Matt sudah siap untuk berangkat ke Bandara. Ia di antar oleh Mike. Kali ini, ia tak di temani oleh sahabatnya, karena Mike menggantikan dirinya untuk menghandle pekerjaan selama ia pergi ke Jakarta.“Kau langsung akan menikahinya?” tanya Mike.“Kalau itu tidak mungkin Mike. Aku saja tidak tahu apa dia menyukaiku atau tidak,” jawab Matt saat mereka berjalan beriringan dan memasuki bandara I Gusti Ngurah Rai.“Hei tidak biasanya kau pesimis seperti ini. Mana Matthew si penakluk wanita yang aku kenal,” ledek Mike, membuat Matt tertawa.“Mungkin itu berlaku di tempatku.”Mike tertawa. “Jago kandang.”Matt ikut tertawa.“Tapi ku lihat, kau sekarang terlalu pemilih, Bro.” Mike menghentikan kakinya, karena ia hanya bisa mengantar sahabatnya sampai di sini.“Mungkin ini karena aku terlalu terobsesi untuk menggapai cintaku, sehingga aku tida

  • Penakluk Wanita   Kekesalan Ardi

    "Matt.” David memeluk tubuh sang adik, saat Matt sudah berada di depan rumah minimalis itu.“Hai, Matt.” Sapa Sari, istri David.“Hai.” Matt memeluk sang kakak dan menyalami istrinya.“Mana keponakanku.”“Uncle.” Melvin dan Quinza berlari ke arah pamannya.Matt langsung membentangkan kedua tangannya dan berjongkok untuk memeluk kedua keponakannya yang ganteng dan cantik itu.Matt mencium Melvin dan bergantian pada Quinza. Matt menggendong anak perempuan sang kakak.“Quinza, makin cantik saja kamu,” kata Matt sembari menciumi wajah anak perempuan David dan Sari.“Stop, jangan kau ciumi terus anak perempuanku. Nanti kau menyukainya,” kata David.“Apa aku gila? Menyukai keponakan sendiri.” Jawab Matt sambil berjalan ke dalam rumah minimalis tapi tetap mewah itu.“Zaman sekarang memang sudah gila, Matt. Bahkan ada ayah yang

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

Bab terbaru

  • Penakluk Wanita   Pulang kampung

    Matt dan Nina berada di dalam mobil. Mereka hendak pergi ke Bandung untuk menemui orang tua dan keluarga Nina yag berada di desa itu.Sesekali Nina melirik ke arah Matt yang serius menyetir. Matt pun ikut melirik ke arah Nina, sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum.“Kenapa?” tanya Matt.Nina menggeleng. “Ngga apa-apa.”Matt mengeryitkan dahinya.“Aku tuh suka takut sama pria yang bertato.” Ucap Nina yang memang selalu melihat ke arah leher Matt yang terdapat garis berbentuk Z.“Keluargamu juga takut dengan pria bertato sepertiku?” tanya Matt.Nina mengangguk, tapi tetap tersenyum.“Tidak semua pria bertato itu jahat, Sayang,” ucap Matt.“Iya, tapi di tempatku itu desa banget. Tidak modern dan pastinya kamu adalah orang asing yang baru datang di desaku.”“Oh ya? Pasti seru,” ucap Matt santai.“Bye the way, kit

  • Penakluk Wanita   Aku ingin itu

    Pagi ini Dinda bersiap untuk kembali ke Bali. Ia tak melihat Tristan sejak semalam. Entah pamannya itu marah atau tidak padany, ia tak peduli. Untung, hari ini ia akan kembali ke Bali dan tak melihat pamannya lagi.“Ma, Tristan sudah berangkat?” tanya Melati pada ibunya saat di meja makan.“Sudah, dia berangkat dengan penerbangan paling pagi,” jawab Nenek Dinda.“Oh.”“Memang Om Trsitan kemana, Ma?” tanya Dinda ingin tahu..“Om mu sudah berangkat lagi ke Australia. Ternyata kantor pusatnya di sana, menarik dia kembali ke sana, karena teman yang menggantikan posisinya di sana kecelakaan,” jawab Kakek Dinda.Tristan memang berkuliah di Australia dan mendapatkan pekerjaan di sana. Sudah cukup lama Tristan bekerja di negara itu, hingga mendapatkan posisi yang bagus. Pernah ia mencoba untuk berhenti dari pekerjaannya dan ingin menetap di Malang saat Dinda lulus SMA, tapi akhirnya Tristan

  • Penakluk Wanita   Pipimu merah

    Matt mengendarai mobilnya hingga sampai di halaman rumah sang kakak. Di sana, sudah terlihat mobil David yang terparkir. Matt masih tersenyum mengingat betapa anehnya wanita yang baru saja ia antar pulang dari bandara.Setelah mematikan mesin mobil, Matt keluar dan mendapati Nina tengah bermain bersama Melvin dan Quinza di halaman rumah itu.“Melvin mana ya.. Quinza cantik.” Nina di tutup kedua matanya dengan kain dan berusaha menangkap Melvin dan Quinza yang sedang berlarian mengelilinginya.Matt tersenyum ke arah gadis lembut itu.“Ssstt.” Matt menutup bibirnya dengan jari telunjuk ke arah Melvin dan Quinza.Melvin dan Quinza hanya tertawa cekikikan tanpa suara, pasalnya Matt sengaja berjongkok agar Nina mengira bahwa dirinya adalah Melvin.“Nah, ya. Melvin ke tangkepetangkep.” Nina memeluk kepala Matt yang ia kira adalah Melvin.Matt merasa di atas angin, karena Nina memeluknya kepalanya erat sam

  • Penakluk Wanita   Benar-benar gadis aneh

    Dinda masih belum pulang ke Bali. Ia meminta izin pada Tasya dan rekan-rekannya yang ada di sana untuk bermalam dua hari lagi di Jakarta, karena hari ini ia mengantarkan Ardi untuk berangkat ke Florida.“Matt, Supir Mas David tidak bisa ke sini karena sedang mengantarkan klien. Bisakah kau mengantarku untuk mengantarkan Ardi ke bandara?” tanya kakak iparnya.Matt mengangguk. “Apa Nina juga ikut?”Sari menggeleng. “Dia menjaga anak-anak saja di rumah, sekalian memberi arahan pada pengasuh baru yang akan menggantinya nanti.”Matt kembali menganggukkan kepalanya.Tak lama kemudian, Matt mengganti baju dan bersiap untuk mengantarkan Sari menjemput keluarganya di Panti asuhan, lalu mengantar Ardi ke Bandara. Sementara di tempat yang berbeda, Dinda pun bersiap ke Bandara untuk melepas kekasihnya di sana.“Din, Mama tidak bisa menemanimu ke Bandara, karena mendadak mama harus menemani papa, saudara jauh pap

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

  • Penakluk Wanita   Kekesalan Ardi

    "Matt.” David memeluk tubuh sang adik, saat Matt sudah berada di depan rumah minimalis itu.“Hai, Matt.” Sapa Sari, istri David.“Hai.” Matt memeluk sang kakak dan menyalami istrinya.“Mana keponakanku.”“Uncle.” Melvin dan Quinza berlari ke arah pamannya.Matt langsung membentangkan kedua tangannya dan berjongkok untuk memeluk kedua keponakannya yang ganteng dan cantik itu.Matt mencium Melvin dan bergantian pada Quinza. Matt menggendong anak perempuan sang kakak.“Quinza, makin cantik saja kamu,” kata Matt sembari menciumi wajah anak perempuan David dan Sari.“Stop, jangan kau ciumi terus anak perempuanku. Nanti kau menyukainya,” kata David.“Apa aku gila? Menyukai keponakan sendiri.” Jawab Matt sambil berjalan ke dalam rumah minimalis tapi tetap mewah itu.“Zaman sekarang memang sudah gila, Matt. Bahkan ada ayah yang

  • Penakluk Wanita   Adinda Pratiwi

    Keeseokan harinya, Matt sudah siap untuk berangkat ke Bandara. Ia di antar oleh Mike. Kali ini, ia tak di temani oleh sahabatnya, karena Mike menggantikan dirinya untuk menghandle pekerjaan selama ia pergi ke Jakarta.“Kau langsung akan menikahinya?” tanya Mike.“Kalau itu tidak mungkin Mike. Aku saja tidak tahu apa dia menyukaiku atau tidak,” jawab Matt saat mereka berjalan beriringan dan memasuki bandara I Gusti Ngurah Rai.“Hei tidak biasanya kau pesimis seperti ini. Mana Matthew si penakluk wanita yang aku kenal,” ledek Mike, membuat Matt tertawa.“Mungkin itu berlaku di tempatku.”Mike tertawa. “Jago kandang.”Matt ikut tertawa.“Tapi ku lihat, kau sekarang terlalu pemilih, Bro.” Mike menghentikan kakinya, karena ia hanya bisa mengantar sahabatnya sampai di sini.“Mungkin ini karena aku terlalu terobsesi untuk menggapai cintaku, sehingga aku tida

  • Penakluk Wanita   Nina, I'm coming

    Din, kita jadi ke Mall?” tanya Tasya.“Iya, jadi.” Dinda merapihkan peralatan medisnya, karena waktu bertugas mereka telah selesai.“Bokap lu udah transfer?” tanya Tasya.Lama berteman dengan Tasya membuat logat Jawa Dinda memudar, karena walau mereka tinggal di Surabaya, tetapi mahasiswa yang berasal dari jakarta sangat banyak.“Udah.”Dinda dan Tasya langsung menuju kota sebelum matahari tenggelam. Mereka menaiki taksi setelah berada di jalan raya.“Stop.” Tasya melambaikan tangannya pada mobil berwarna biru itu.Mereka pun membuka pintu mobil dan masuk.“Ke Mall xxx ya pak,” kata Dinda.“Itu di mana ya, Mba? Maaf saya baru ada di Bali, jadi masih belum tau jalan.”Dinda dan Tasya menghelakan nafasnya.“Ya udah, gue buka google map dulu,” kata Dinda. Lalu, mereka jalan.Di dalam mobil, Dinda dan Tasya merasa k

DMCA.com Protection Status