"Anggap saja ini rumahmu. Terserah kamu mau tinggal berapa lama. Mau mati di sini juga nggak masalah," balas Markus.Dasar mulut pembawa sial! Yoga melemparkan tatapan sinis pada Markus. "Kamu nggak lagi susun rencana buruk, 'kan?"Markus membalasnya, "Jangan menilai orang lain dengan negatif. Memangnya aku terlihat seperti orang begituan?""Tentu saja," jawab Yoga. Markus pun terdiam."Haeh, susah ya jadi orang baik. Kamu pasti sudah capek, 'kan? Cepat kembali ke kamarmu untuk istirahat. Jangan ganggu aku berbisnis," balas Markus.Yoga melihat penginapan yang kosong melompong itu sekilas. Bisnis apanya? Tidak ada seorang pun di sini. Bisnis apa yang dilakukan Markus?Di saat Yoga hendak naik ke lantai atas, tiba-tiba muncul tujuh sampai delapan orang dari luar pintu. Dilihat dari penampilan mereka, tampaknya adalah ahli bela diri. Mereka tampak kelelahan dengan napas terengah-engah dan sekujur tubuh yang dibasahi keringat.Pemimpin mereka bertanya dengan terengah-engah, "Maaf ... apa
Yoga menyaksikan sendiri Markus kembali ke kamarnya untuk melepas celana dalamnya sendiri. Setelah itu, dia bahkan menciumnya dengan ekspresi penuh kenikmatan. Begitu keluar dari kamar, kedua belah pihak menyelesaikan transaksinya. Kedelapan orang itu pulang dengan hati gembira.Pada saat ini, wajah Yoga menjadi muram. "Markus sialan, apa maksudmu ini?"Sambil menghitung uang, Markus bertanya, "Apa maksudmu?""Kamu menipu dengan menggunakan namaku? Tahu malu nggak?"Markus membalas dengan kesal, "Menipu dengan menggunakan namamu? Kita harus luruskan masalah ini sekarang juga. Apa semua yang kujual itu barang milikmu?"Yoga menggelengkan kepalanya. Markus bertanya lagi, "Lalu kutanya lagi. Kamu ini Tuan Bimo atau Yoga?""Omong kosong, tentu saja Yoga," jawabnya."Ya sudah kalau begitu? Aku menjual barangku sendiri dengan nama Tuan Bimo, memangnya ada hubungannya denganmu?" tuding Markus.Yoga tertegun seketika. 'Sialan, sepertinya masuk akal juga .... Tunggu! Tapi, sekarang semua orang
Asta sangat marah. Dia langsung membalikkan wajahnya dan tidak menghiraukan mereka.Kiki yang bersembunyi di pelukan pria gemuk itu berkata dengan manja, "Kakak ngomong apaan? Waktu pacaran dengannya dulu, dia bahkan nggak pernah sentuh tanganku. Mana mungkin bisa hamil?""Serius?" tanya si Gendut dengan tak percaya.Kiki menjawab, "Tentu saja. Aku curiga dia itu impoten atau mungkin penyuka sesama jenis.""Ternyata begitu!" Si Gendut tertawa terbahak-bahak, "Pantas saja dia dekat sekali dengan anak baru ini. Mereka berdua pasti punya rahasia. Haha!"Suara tawa terdengar bergantian. Pada saat itu, sebuah mobil mewah berhenti perlahan di samping. Si Gendut langsung terkejut dan segera berlari menghampirinya, "Pak Tora, kenapa Anda bisa di sini?"Orang yang datang adalah Tora, pemasok material terbesar di lokasi konstruksi ini. Tora hanya mengangguk dengan santai, "Gemuk, kamu belum makan, 'kan? Naiklah, kutraktir makan malam."Si Gendut merasa sangat terhormat. Siapa Pak Tora ini? Dia a
Pria seperti ini baru bisa disebut sebagai kalangan elite! Baik dari segi kekayaan, kekuasaan, maupun aura, semuanya jauh melampaui Tora. Jangankan jadi simpanannya, bahkan jadi budaknya pun Kiki tetap rela.Kiki bersedia mengorbankan segalanya untuk menjadi budak Harsha. Namun sayangnya, Harsha sama sekali tidak memperhatikan ataupun meliriknya sama sekali. Memang, orang dengan status seperti Harsha pasti banyak dikelilingi wanita-wanita cantik. Tentu saja dia tidak akan tertarik pada wanita biasa seperti dirinya ini.Si Gendut mencoba meraih simpati dengan berkata, "Sebuah kehormatan bagiku untuk makan malam bersama Pak Tora dan Pak Harsha. Aku akan bayar untuk makan malam ini dan berharap kedua bos bisa memberiku kesempatan untuk menunjukkan kinerjaku."Dengan nada dingin, Harsha berkata, "Aku nggak punya waktu untuk basa-basi. Pak Tora, langsung saja bahas intinya.""Baik, baik!" Tora segera melanjutkan, "Gendut, sesuai kontrak, kemarin Grup Yoga seharusnya sudah melunasi pembayara
"Baik, baik!" jawab si Gendut dengan bersemangat.Kiki berbisik padanya, "Kak Gendut, perutku tiba-tiba sakit. Aku mau ke toilet dulu ...."Si Gendut sudah tidak peduli lagi terhadap Kiki. Dia hanya melambaikan tangan dengan tidak sabaran, "Pergi sana."Kiki pun buru-buru keluar dari ruangan itu. Namun, dia bukan pergi ke toilet, melainkan mengikuti Harsha ke kamar presidensial tempat Harsha menginap.Harsha membalikkan badannya dan berkata dengan nada dingin, "Keluarlah, nggak usah sembunyi lagi."Kiki baru keluar dengan waswas, "Halo, Pak Harsha."Harsha berujar dengan dingin, "Percaya nggak, kamu sudah melanggar pantangan dariku tadi. Aku bisa saja langsung membunuhmu."Wajah Kiki langsung berubah pucat. "Maafkan aku, Pak Harsha, aku ... aku ....""Ada masalah apa kamu mengikutiku?" tanya Harsha.Kiki menjawab, "Aku cuma terpesona oleh aura Pak Harsha. Aku rela jadi budak Pak Harsha, semoga Pak Harsha bisa mengabulkan keinginanku."Harsha menjawab dengan ketus, "Ada banyak sekali wa
Para pekerja merasa bingung. Kenapa orang-orang yang datang ke wilayah mereka dan merusak peralatan serta proyek mereka bisa dianggap benar?Ketika melihat gerombolan tersebut, Yoga sudah bisa menebak siapa majikan mereka. Kemungkinan besar orang itu adalah Harsha. Harsha telah berjanji secara langsung kepada "Tuan Bimo" untuk mengalihkan tanah ini ke nama Tuan Bimo dalam waktu tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir.Yoga memanfaatkan kesempatan ini untuk berlatih Teknik Menyembunyikan Aura. Dengan situasi seperti ini, sepertinya hanya Yoga yang bisa menanganinya.Melihat para pekerja ini tidak bergerak, sekelompok preman itu menjadi marah. Mereka mengayunkan tongkat sambil mengepung para pekerja tersebut, "Kalian semua nggak punya telinga, ya? Apa harus sampai aku turun tangan sendiri?"Ketika para pekerja masih kebingungan, tim keamanan lokasi konstruksi berlari menuju tempat kejadian. Kepala keamanan berkata dengan marah, "Siapa kalian? Berani-beraninya kalian datang ke sini untuk
Para kultivator itu berkata dengan dingin, "Kamu bos mereka ya?""Lokasi proyek ini sudah jadi milik kami, cepat suruh orang-orangmu pergi. Kalau nggak, jangan salahkan kami menggunakan kekerasan."Karina naik pitam. "Aku menghabiskan banyak dana untuk membeli tanah ini dan ada pengesahan dari pihak pemerintahan. Kenapa sekarang jadi milik kalian? Siapa bos kalian? Suruh dia bicara denganku!"Mobil Mercedes-Benz G Class terbuka, lalu Tora turun dari mobil dengan santai. "Halo Bu Karina, lama nggak bertemu."Karina terkejut. "Pak Tora? Ternyata kamu! Jangan bilang, semua ini bawahanmu?"Tora menjawab,"Ya, mereka semua ini bawahanku."Karina memasang ekspresi serius, "Pak Tora, apa maksudmu?"Tora membalas, "Kamu masih nggak ngerti? Lokasi proyek ini sudah jadi milikku. Bawahanmu menempati lokasi konstruksiku, aku cuma mengusir mereka saja."Karina memaki, "Omong kosong! Jelas-jelas aku yang membeli tanah ini dari pemerintah ...."Tora mengeluarkan perjanjian tambahan itu dan menimpali,
Memanggil Ayu dan Nadya ke sini hanyalah sebuah pengalihan isu. Sebenarnya, Karina ingin mengulur waktu dan melaporkan kasus ini.Kalaupun harus menyegel lokasi konstruksi untuk sementara waktu, dia tetap tidak akan membiarkan Tora memonopoli tempat ini. Jika ingin merebutnya kembali nanti, tentunya akan lebih sulit lagi.Para kultivator yang dibawa oleh Tora hendak menghentikan Karina untuk menelepon. Namun, Tora melambaikan tangannya dan mengisyaratkan mereka untuk membiarkan Karina menelepon. Tora terlihat seolah-olah sangat percaya diri.Tak lama kemudian, Ayu dan Nadya bergegas datang setelah menerima kabar tersebut. Ayu bertanya dengan wajah muram, "Apa yang terjadi sebenarnya?"Karina menceritakan kronologis kejadiannya kepada Ayu dan Nadya dengan perasaan bersalah, "Bu Ayu, Nadya, maafkan aku. Semua ini karena kelalaianku ...."Ayu menghiburnya, "Karina, ini bukan salahmu." Kemudian, dia menoleh pada Tora dan menambahkan, "Suruh majikanmu keluar. Kalau tebakanku nggak salah, ma