"Baik, baik!" jawab si Gendut dengan bersemangat.Kiki berbisik padanya, "Kak Gendut, perutku tiba-tiba sakit. Aku mau ke toilet dulu ...."Si Gendut sudah tidak peduli lagi terhadap Kiki. Dia hanya melambaikan tangan dengan tidak sabaran, "Pergi sana."Kiki pun buru-buru keluar dari ruangan itu. Namun, dia bukan pergi ke toilet, melainkan mengikuti Harsha ke kamar presidensial tempat Harsha menginap.Harsha membalikkan badannya dan berkata dengan nada dingin, "Keluarlah, nggak usah sembunyi lagi."Kiki baru keluar dengan waswas, "Halo, Pak Harsha."Harsha berujar dengan dingin, "Percaya nggak, kamu sudah melanggar pantangan dariku tadi. Aku bisa saja langsung membunuhmu."Wajah Kiki langsung berubah pucat. "Maafkan aku, Pak Harsha, aku ... aku ....""Ada masalah apa kamu mengikutiku?" tanya Harsha.Kiki menjawab, "Aku cuma terpesona oleh aura Pak Harsha. Aku rela jadi budak Pak Harsha, semoga Pak Harsha bisa mengabulkan keinginanku."Harsha menjawab dengan ketus, "Ada banyak sekali wa
Para pekerja merasa bingung. Kenapa orang-orang yang datang ke wilayah mereka dan merusak peralatan serta proyek mereka bisa dianggap benar?Ketika melihat gerombolan tersebut, Yoga sudah bisa menebak siapa majikan mereka. Kemungkinan besar orang itu adalah Harsha. Harsha telah berjanji secara langsung kepada "Tuan Bimo" untuk mengalihkan tanah ini ke nama Tuan Bimo dalam waktu tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir.Yoga memanfaatkan kesempatan ini untuk berlatih Teknik Menyembunyikan Aura. Dengan situasi seperti ini, sepertinya hanya Yoga yang bisa menanganinya.Melihat para pekerja ini tidak bergerak, sekelompok preman itu menjadi marah. Mereka mengayunkan tongkat sambil mengepung para pekerja tersebut, "Kalian semua nggak punya telinga, ya? Apa harus sampai aku turun tangan sendiri?"Ketika para pekerja masih kebingungan, tim keamanan lokasi konstruksi berlari menuju tempat kejadian. Kepala keamanan berkata dengan marah, "Siapa kalian? Berani-beraninya kalian datang ke sini untuk
Para kultivator itu berkata dengan dingin, "Kamu bos mereka ya?""Lokasi proyek ini sudah jadi milik kami, cepat suruh orang-orangmu pergi. Kalau nggak, jangan salahkan kami menggunakan kekerasan."Karina naik pitam. "Aku menghabiskan banyak dana untuk membeli tanah ini dan ada pengesahan dari pihak pemerintahan. Kenapa sekarang jadi milik kalian? Siapa bos kalian? Suruh dia bicara denganku!"Mobil Mercedes-Benz G Class terbuka, lalu Tora turun dari mobil dengan santai. "Halo Bu Karina, lama nggak bertemu."Karina terkejut. "Pak Tora? Ternyata kamu! Jangan bilang, semua ini bawahanmu?"Tora menjawab,"Ya, mereka semua ini bawahanku."Karina memasang ekspresi serius, "Pak Tora, apa maksudmu?"Tora membalas, "Kamu masih nggak ngerti? Lokasi proyek ini sudah jadi milikku. Bawahanmu menempati lokasi konstruksiku, aku cuma mengusir mereka saja."Karina memaki, "Omong kosong! Jelas-jelas aku yang membeli tanah ini dari pemerintah ...."Tora mengeluarkan perjanjian tambahan itu dan menimpali,
Memanggil Ayu dan Nadya ke sini hanyalah sebuah pengalihan isu. Sebenarnya, Karina ingin mengulur waktu dan melaporkan kasus ini.Kalaupun harus menyegel lokasi konstruksi untuk sementara waktu, dia tetap tidak akan membiarkan Tora memonopoli tempat ini. Jika ingin merebutnya kembali nanti, tentunya akan lebih sulit lagi.Para kultivator yang dibawa oleh Tora hendak menghentikan Karina untuk menelepon. Namun, Tora melambaikan tangannya dan mengisyaratkan mereka untuk membiarkan Karina menelepon. Tora terlihat seolah-olah sangat percaya diri.Tak lama kemudian, Ayu dan Nadya bergegas datang setelah menerima kabar tersebut. Ayu bertanya dengan wajah muram, "Apa yang terjadi sebenarnya?"Karina menceritakan kronologis kejadiannya kepada Ayu dan Nadya dengan perasaan bersalah, "Bu Ayu, Nadya, maafkan aku. Semua ini karena kelalaianku ...."Ayu menghiburnya, "Karina, ini bukan salahmu." Kemudian, dia menoleh pada Tora dan menambahkan, "Suruh majikanmu keluar. Kalau tebakanku nggak salah, ma
Meski para pekerja ini punya tenaga, mereka tidak punya pengalaman untuk bertarung. Sementara itu, para kultivator lain memang sangat brutal. Mereka melancarkan serangan mematikan terhadap musuh.Hanya dalam sekejap, lokasi itu telah berantakan dan dipenuhi dengan teriakan histeris. Banyak sekali para pekerja yang terluka parah hingga kaki dan tangannya patah. Namun, hal ini semakin mengobarkan semangat mereka. Mereka bangkit kembali untuk melawan.Harsha masih belum merasa puas. Dia berteriak, "Ayo, gunakan tenaga kalian! Pukul sampai mati, aku yang tanggung semua konsekuensinya! Ada imbalan 200 juta untuk setiap orang yang dilumpuhkan dan dua miliar untuk setiap orang yang terbunuh."Dua ratus juta, dua miliar .... Mendengar nominal itu, para kultivator semakin ganas. Bahkan si Gendut juga ikut tergiur dan mengikuti pertempuran.Hati Karina sontak merasa dingin. Orang-orang ini terlalu kuat dan brutal. Para pekerja sama sekali bukan lawan mereka. Karina merasa agak menyesal sekarang.
Asta juga naik pitam, "Kalau kamu masih menganggapku saudara, cepat ke sini! Kalau nggak, jangan bilang kamu kenal denganku. Aku malu mengakuinya!"Yoga masih tetap memejamkan matanya dan tidak bergerak sama sekali. Dia bahkan tidak membuka matanya sama sekali. Makian semua orang semakin keras terdengar.Pada saat ini, Yoga akhirnya telah memahami Teknik Menyembunyikan Aura. Melihat keluarga dan kedua kekasihnya ditindas orang, aura kebencian menguar dari tubuh Yoga. Dia tidak bisa lagi menahan diri.Yoga bahkan ingin sekali menyerah menggunakan Teknik Menyembunyikan Auranya dan menyerang dengan kekuatan penuh. Memangnya kenapa kalau membunuh para bajingan ini? Tidak masalah jika identitasnya harus terungkap sekarang. Paling tidak, dia hanya perlu melindungi mereka dan kedua kekasihnya ini selamanya!Tiba-tiba, ada seorang kultivator yang mulai menyerang Karina dan Nadya. Ibunya, Ayu, juga mulai kalah dalam situasi seperti ini. Mendengar suara teriakan mereka, Yoga akhirnya tidak bisa
Semua musuh yang menyerang telah terpental jauh. Yoga terus melemparkan orang-orang yang ada di tangannya ke udara tanpa henti. Akhirnya, seseorang "terbang" hingga ke lantai sepuluh dan tergantung di besi beton.Yoga terus melangkah maju dan menendang seorang musuh yang sudah tidak berdaya, lalu melemparkan orang itu ke lantai sebelas. Yoga terus berlari dan melancarkan serangan.Dalam sekejap mata, semua musuh telah tergantung terbalik di dinding bangunan dan tidak ada lagi yang tersisa di tanah. Dia kemudian menatap ibunya, Ayu.Ayu baru saja keluar dari penjara dan tubuhnya masih belum pulih sepenuhnya. Karena itulah, dia tidak bisa melawan Harsha. Ayu didesak bertubi-tubi oleh Harsha dan hampir saja kalah. Yoga langsung berkelebat ke hadapan Ayu untuk menahan serangan Harsha.Bum! Kembali terdengar suara dentuman yang menggelegar.Detik berikutnya, Harsha malah terpental jauh hingga belasan meter. Dia baru berhenti setelah menabrak sebuah pohon besar. Harsha memuntahkan darah dan
Nadya dan Karina yang tidak sanggup menerima berita mengejutkan ini hampir saja pingsan. Namun, kedua wanita itu langsung bereaksi dengan cepat dan berlari ke hadapan Yoga. Keduanya memukul tubuh Yoga dan mulai menangis histeris."Huhuhu! Berengsek! Yoga, kamu benar-benar berengsek! Kalau masih hidup, kenapa nggak muncul lebih awal?""Tahu nggak, kami hampir saja bunuh diri demi kamu! Kamu ini benar-benar ... bukan manusia! Huhuhu .... Kugigit kamu sampai mati!"Yoga memeluk kedua gadis itu dengan perasaan bersalah. "Maaf, semua ini salahku. Nggak akan kuulangi lagi. Aku bersumpah, nggak akan seperti ini lagi lain kali.""Kamu masih berani bilang lain kali? Kugigit kamu sampai mati!" Tangisan kedua wanita itu menggetarkan hati semua orang. Perasaan mereka bergolak penuh kejutan.Ternyata "pengecut misterius" ini adalah bos mereka yang memiliki kekayaan puluhan triliun. Apakah dia datang ke lokasi konstruksi ini hanya untuk memeriksa situasi?Memikirkan semua perbuatan mereka terhadap Y
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p
Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal
Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem
"Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa
"Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y