Sementara itu, Harsha hanyalah kultivator dasar. Yoga berkelebat ke hadapan Harsha. Harsha terkejut dan hendak menyerang Yoga untuk membuatnya mundur.Yoga mengulurkan tangannya untuk menangkap tinju Harsha dengan mudah.Sambil tertawa mengejek, dia berkata, "Kamu sudah mukul pacarku, nggak keterlaluan kalau kuambil kedua tanganmu, 'kan?"Harsha tercengang, "Kamu berani? Aku ini cucu tertua Keluarga Husin ...."Ayu juga ikut terkesiap dan hendak menghentikannya. Jika Yoga benar-benar melumpuhkan Harsha, artinya mereka telah resmi bermusuhan dengan Keluarga Husin.Keluarga Husin akan melakukan pembalasan dendam dengan brutal. Sehebat apa pun Yoga, tetap saja dia hanya seorang diri. Tidak mungkin dia bisa melawan seluruh anggota Keluarga Husin. Namun, semuanya telah terlambat ....Yoga menendang Harsha tepat di perutnya. Bagaikan layangan yang terputus, tubuh Harsha terlempar jauh, sedangkan kedua lengannya masih berada di tempat semula. Yoga memegang kedua lengannya dengan erat di tanga
Setelah selesai berkata, Nadya berbalik dan hendak pergi. Sekujur tubuh Yoga langsung merinding. Gawat, sepertinya dia telah membuat Nadya cemburu. Masalah kali ini agak runyam.Yoga bergegas menarik Nadya. "Nadya, jangan pergi. Ayo kita makan sama-sama."Nadya menjawab dengan ketus, "Untuk apa aku ikutan makan malam romantis kalian? Mau jadi nyamuk?""Aku ...." Yoga terdiam seketika. Kedua wanita itu memandang Yoga dengan tatapan mengancam sambil menunggu keputusannya. Saat ini, Yoga benar-benar kebakaran jenggot.Pada akhirnya, dia meminta bantuan pada ibunya, Ayu. Ayu menunjukkan ekspresi tak berdaya. Padahal mereka baru saja bertemu, tapi anaknya ini malah memberinya kesulitan besar.Ayu benar-benar menyukai kedua gadis ini, mana mungkin dia tega mencampakkan salah satunya?'Anak durhaka, awas saja kamu setelah pulang nanti!' batin Ayu.Ayu kemudian berkata, "Begini saja, hari ini adalah hari yang patut dirayakan. Aku akan traktir semua karyawan untuk makan bersama.""Semua karyawa
"Aku akan menyuruh orang mengantar Bibi ke rumah sakit. Kalau kamu membantuku, aku akan menyembuhkan Bibi," ujar Yoga."Bukannya kamu sudah mengobati ibuku?" tanya Asta."Ya, tapi belum sampai ke akar penyakitnya," sahut Yoga.Asta tahu dirinya tidak bisa menghindar. Dia memaksakan diri untuk berkata, "Ya sudah. Kalau aku nggak salah, kamu ingin aku mencari alasan untuk membawamu pergi setelah makan, 'kan?""Tepat sekali! Nanti kamu bilang saja penyakit Bibi kambuh dan menyuruhku mengobatinya," timpal Yoga."Bu Karina, Bu Nadya, maafkan aku. Aku telah menipu kalian. Aku memang manusia hina," gumam Asta.Yoga kehabisan kata-kata mendengarnya. Kenapa Asta terdengar seperti memaki dirinya?Karyawan di Grup Yoga melampaui ribuan orang. Hotel bintang 5 terlalu mahal, jadi mereka semua berkumpul di hotel bintang 3.Sebelum pergi, Ayu berpesan kepada bawahannya untuk mengantar Harsha ke rumah sakit. Harsha adalah putra sulung sekaligus cucu pertama Keluarga Husin. Jika dia mati, Keluarga Husi
Asta memelototi Yoga dan berkata, "Ya, kamu sudah membuat Lili menangis. Nanti kuhajar kamu.""Kak Asta, kalau kamu menghajar Kak Yoga, aku akan memaafkanmu," ujar Lili segera."Ayo, Asta. Aku akan memberimu kesempatan untuk menghajarku." Yoga terkekeh-kekeh.Kelopak mata Asta berkedut. Dia tahu dirinya tidak bisa menang dari Yoga.Sementara itu, Lili pergi mencari Karina dan Nadya. Dia berkata, "Kakak iparku yang kasihan, kukira kalian akan menjadi janda untuk sisa hidup kalian ...."Setelah mengatakan ini, Lili merasa ada yang tidak beres. Dia mendapati kedua wanita itu sedang menatapnya dengan tatapan dingin. Tatapan itu seolah-olah memberi tahu Lili bahwa kakak iparnya hanya boleh ada satu.Ini gawat! Sepertinya Lili salah bicara. Namun, dia tidak peduli lagi. Dia langsung berjongkok sambil menangis sesenggukan. "Kakakku benar-benar jahat! Dia masih hidup, tapi nggak mengabari kita semua. Kalian harus memberinya pelajaran. Huhu ...."Karina dan Nadya buru-buru menghampiri untuk mem
Yoga ingin mendorong Winola, tetapi Winola memeluknya dengan makin erat. Yoga bertanya, "Winola, apa maumu?"Winola berkata dengan ekspresi sedih, "Kita punya perjanjian nikah. Selain itu, aku hamil anakmu. Kamu nggak mau mengakui perbuatanmu?"Jika tatapan bisa membunuh, Karina dan Nadya pasti sudah membunuh Yoga sejak tadi. Begitu mendengarnya, ekspresi Yoga tampak murung. Dia membentak, "Jangan bicara omong kosong atau aku akan memberimu pelajaran! Minggir! Jangan sampai aku bertindak lancang!"Winola segera berbisik, "Yoga, kalau kamu bekerja sama dengan aktingku, aku akan memberi tahu informasi tentang ayahmu. Aku yakin informasi ini sangat penting bagimu."Informasi tentang ayahnya? Yoga seketika merasa gugup. Dia bertanya, "Kamu serius?""Aku nggak pernah berbohong," timpal Winola dengan yakin.Ketika Yoga belum membuat keputusan, beberapa pria tiba-tiba mengejar ke arah mereka. Yoga bahkan mengenal pemuda yang memimpin rombongan itu. Itu adalah Sutrisno dari Keluarga Salim.Seb
Pada akhirnya, Sutrisno membawa bawahannya pergi dengan murka. Winola menghela napas lega, tetapi masih belum melepaskan tangannya dari Yoga. Dia berujar, "Suamiku, antar aku ke kamar yuk."Yoga tidak berani menatap Karina ataupun Nadya. Dia memaksakan diri untuk membawa Winola ke kamar tamu di lantai atas.Setelah masuk dan menutup pintu, Winola sontak mendorong Yoga. Dia menggertakkan gigi sambil memaki, "Berengsek! Siapa suruh kamu menyentuh perutku?""Jangan marah-marah dong. Nanti janinmu kenapa-napa," goda Yoga."Tutup mulutmu! Pergi sana! Jangan sampai aku melihatmu lagi!" hardik Winola."Kamu punya wajah cantik, tapi hatimu busuk sekali. Kamu kira aku mau sekamar dengan harimau betina sepertimu? Cepat beri tahu aku informasi tentang ayahku. Setelah itu, aku baru pergi," ucap Yoga."Kamu mengataiku harimau betina?" tanya Winola sambil menggertakkan giginya."Sudah, sudah, anggap aku salah bicara. Cepat beri tahu informasi tentang ayahku," ujar Yoga."Ayahmu belum mati. Dia masih
"Kalau kamu bersikap baik dan menunjukkan nilaimu, aku bisa mempertimbangkanmu bergabung dengan Keluarga Bramasta," ucap Winola.Yoga merasa lucu. "Bergabung dengan Keluarga Bramasta? Kamu nggak malu mengatakan ini? Oh ya, apa pendapatmu tentang kedua wanita di luar tadi?""Sangat cantik," jawab Winola."Mereka bukan cuma cantik, tapi juga kaya. Aku bisa menikahi mereka berdua sekaligus dan nggak perlu bekerja seumur hidup. Aku akan menikmati pelayanan layaknya seorang raja.""Masa aku melepaskan kehidupan bahagia seperti itu dan memilih bergabung dengan keluargamu cuma untuk diinjak-injak? Mungkin aku bisa menerima tawaranmu kalau otakku bermasalah," cela Yoga."Kamu ...." Wajah Winola memerah lagi. Dia berkata, "Mereka cuma manusia biasa yang rendahan. Masa kamu membandingkannya dengan keluarga kultivator kuno yang mulia?"Mulia? Yoga terkekeh-kekeh dan bertanya, "Biar kutanya dulu, apa Tuan Bimo kultivator kuno?""Bukan, dia ahli bela diri di dunia pesilat kuno," sahut Winola."Seta
Yoga sampai tidak tahu harus mengatakan apa. Ternyata semua ibu sama. Mereka ingin semua wanita cantik menjadi menantu mereka.Yoga segera mengalihkan topik pembicaraan. "Ibu, aku punya kabar baik untukmu. Ayah mungkin masih hidup."Ayu tidak terlihat terkejut. Dia bertanya, "Kenapa kamu kelihatan begitu yakin?"Yoga memberi tahu Ayu tentang informasi yang diberikan Winola. Ayu mengangguk sambil berkata, "Sebenarnya aku sudah menebaknya sejak awal.""Oh ya? Gimana kamu bisa tahu Ayah masih hidup?" tanya Yoga dengan heran."Kalau bukan karena dia, kamu rasa kamu bisa menemukanku secepat itu dan menolongku? Kamu bertemu peluang besar dan selamat dari musibah juga mungkin karena pengaturannya," sahut Ayu.Yoga terkesiap. Pantas saja, dia selalu merasa ada kekuatan misterius yang membantunya. Sepertinya memang ayahnya diam-diam mengatur semua ini. Ayahnya mengatur permainan sebesar ini tanpa diketahui oleh siapa pun. Sungguh hebat dan misterius!"Ibu, Ayah mungkin dalam bahaya besar. Aku a