Sorot mata Karina dan Nadya yang sudah membaik sontak dipenuhi niat membunuh lagi. Yoga benar-benar lelah! Lagi-lagi ada wanita yang datang! Bagaimana dia bisa hidup tenang?Wenny termangu melihat tindakan Hilda. Hilda berinisiatif memeluk Yoga? A ... anak ini benar-benar jatuh cinta pada Yoga? Sialan! Apa yang dilakukan Yoga pada sahabatnya ini?Yoga buru-buru menjelaskan, "Semuanya, tolong jangan salah paham. Biar kuperkenalkan dulu. Ini Hilda, ini Wenny. Kami cuma teman biasa. Aku menganggap mereka sebagai adikku.""Benar, kalian jangan salah paham. Aku menganggap Kak Yoga sebagai kakakku," jelas Hilda segera.Yoga tentu merasa lega mendengarnya. Namun, Hilda tiba-tiba berujar, "Omong-omong, aku sudah memikirkan nama untuk anak kita nanti. Kalau anak perempuan, kita namai dia Leah. Kalau anak laki-laki, kita namai dia Gavin. Gimana?"Ini benar-benar gawat! Yoga akan sulit untuk menjelaskannya. Situasi macam apa ini? Kenapa para wanita ini terus menyiksanya?Karina dan Nadya sampai m
Selesai berbicara, kedua wanita itu menatap Yoga lekat-lekat, menunggu jawaban darinya. Yoga sungguh kewalahan sekarang. Ini benar-benar pilihan yang mematikan.Pada akhirnya, Yoga menginjak Asta dan membatin, 'Sahabatku, kamu harus membantuku sekarang. Aku dalam masalah besar!'Asta menyesal karena sudah berjanji akan membantu Yoga. Situasi jauh lebih rumit daripada yang dibayangkannya. Dia awalnya mengira hanya perlu menghadapi 2 wanita, tetapi sekarang ada 4. Bagaimana bisa orang biasa seperti dia mengatasi masalah ini?Saat ini, ponsel Asta tiba-tiba berdering. Asta pun merasa lega. Dia segera bangkit dan berkata, "Aku jawab telepon dulu."Usai mengatakan itu, Asta bergegas pergi, meninggalkan Yoga menikmati medan perang sendirian. Wajah Yoga sungguh masam. Asta sialan! Berani sekali dia!Ketika Yoga masih kewalahan, Asta tiba-tiba kembali dan meraih lengan Yoga. Dia menarik Yoga dan berteriak, "Cepat ikut aku! Terjadi sesuatu pada ibuku!""Apa? Cepat, cepat sedikit!" seru Yoga sam
Yoga berkata, "Bibi, ini aku, Yoga. Beri tahu aku apa yang terjadi. Tenang saja, aku pasti akan memberimu keadilan.""Yoga?" Friska memfokuskan pandangannya, lalu segera mengenali Yoga. Dia meraih tangan Yoga dengan antusiasme sambil berujar, "Yoga, ternyata kamu masih hidup. Kukira kamu meninggal dalam kebakaran waktu itu. Syukurlah! Keluarga Kusuma masih punya keturunan."Friska terharu hingga meneteskan air mata. Dia menggenggam tangan Yoga untuk waktu lama. Dia telah menganggap Yoga sebagai putranya, makanya begitu terharu sekarang.Yoga menenangkan Friska, lalu berkata, "Bibi, beri tahu aku apa yang terjadi. Tenang saja, aku pasti memberimu keadilan.""Nggak ada kok. Aku cuma nggak sengaja terjatuh," sahut Friska sambil mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin memberi tahu kebenarannya kepada mereka."Asta, ayo kita pulang. Kita harus merayakan kepulangan Yoga. Aku akan masak untuk kalian," ujar Friska.Asta melirik Yoga dengan bingung. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk se
Saat berikutnya, kedua perawat itu akhirnya bereaksi kembali. Mereka membentak, "Siapa yang menyuruh kalian masuk? Cepat keluar!"Yoga berkata dengan dingin, "Kalian terluka saat mengurus pasien. Sebagai kerabat pasien, mana mungkin kami nggak menjenguk kalian?""Jangan sok baik. Kami nggak butuh kalian menjenguk kami! Kami mau kalian bayar kompensasi!" hardik kedua perawat itu."Tapi, kalian nggak terluka. Kenapa kami harus membayar?" tanya Yoga dengan tidak acuh."Apa maksudmu? Kamu nggak mau bayar ya? Kalau begitu, beri tahu saja direktur rumah sakit ini!" sahut kedua perawat itu dengan galak."Aku nggak bilang nggak mau bayar. Aku bisa saja membayarnya. Tapi, kalian harus terluka dulu," bantah Yoga.Ketika melihat sorot mata Yoga yang dipenuhi niat membunuh, kedua perawat itu sontak panik."Jangan mendekat! Diam di sana!""Apa maumu? Jangan macam-macam ya!"Yoga telah berdiri di depan mereka. Kedua perawat itu ingin kabur, tetapi tidak bisa bergerak saking takutnya. Mereka hanya bi
Kanaya melirik kedua orang itu, lalu terkekeh-kekeh dan berkata, "Kukira siapa. Ternyata Asta dan Yoga."Ketika melihat wajah Kanaya yang tampak bangga, Asta sontak mengepalkan tangannya. Dulu Kanaya adalah anak yatim piatu. Ayah Asta mengadopsinya karena merasa kasihan padanya. Kanaya hanya anak angkat, tetapi diperlakukan layaknya anak kandung.Semua barang yang dimiliki oleh Asta pasti dimiliki oleh Kanaya juga. Di beberapa aspek, perlakuan yang didapat Kanaya bahkan jauh lebih baik daripada Asta.Setelah Keluarga Sitorus diserang oleh Keluarga Fatah, Kanaya pun mengkhianati mereka dan berdiri di pihak Keluarga Fatah. Parahnya, wanita ini menggugat ayah dan kedua kakak Asta, mengatakan mereka menjadikannya alat pelampiasan hasrat dan memperlakukannya dengan kasar.Semua ini sudah pasti rencana Keluarga Fatah. Seketika, kabar ini tersebar ke seluruh Provinsi Sadali. Ayah dan kedua kakak Asta pun dihujat habis-habisan hingga akhirnya masuk penjara.Di dalam penjara, ayah dan kedua kak
Masalah ini tentu tidak akan berakhir begitu saja. Asta menarik Kanaya yang sekarat ke UGD dan Yoga melepaskan para satpam itu. Sebelum pergi, dia memperingatkan, "Pergi sana! Siapa pun yang berani ikut campur akan kubunuh!"Karena merasakan niat membunuh dari sosok Yoga, orang-orang itu pun ketakutan. Mereka merasa lega dan buru-buru kabur. Apakah pemuda ini bukan manusia? Kenapa tubuh mereka seperti lepas kendali tadi?Setelah memasuki UGD, Kanaya merasakan ancaman besar. Dia segera bersujud kepada Asta sambil memohon, "Kak, aku minta maaf. Aku sudah salah. Aku memang nggak pantas disebut manusia. Ampuni aku. Aku nggak akan mengulanginya lagi."Wajah Asta tampak gusar. Dia membentak, "Kamu sudah membunuh ayah dan kedua kakakku! Kamu kira semua bisa selesai hanya dengan permohonan maafmu? Gimana kalau aku membunuhmu dulu, baru minta maaf padamu?"Kanaya memohon lagi, "Kak, bukan aku yang membunuh mereka. Daniel yang mencari orang untuk mendesak mereka hingga mati di penjara. Ini bukan
Pukulan Asta yang bertubi-tubi saja tidak sesakit ini. Akan tetapi, Kanaya masih bisa menahan rasa sakit ini. Asalkan bertahan dari 5 jarum itu, dia akan memperoleh kebebasan.Yoga menancapkan jarum kedua dan ketiga pada saat bersamaan. Kanaya sontak berteriak histeris saking sakitnya.Begitu kedua jarum itu ditancapkan, rasanya seperti ada aliran lahar yang bergolak di dada Kanaya. Organ dalamnya seperti akan matang! Sakit sekali!Kanaya yang tidak tahan lagi akhirnya berkata dengan lantang, "Aku akan memberi tahu semuanya. Cepat cabut jarumnya dari tubuhku!"Ekspresi Yoga tampak tidak puas. Dia berujar, "Ini baru jarum ketiga. Masih ada 2 jarum. Bertahanlah sebentar lagi. Nanti kamu bisa bebas lho.""Nggak bisa lagi. Sakit sekali. Huhu ...." Kanaya kesakitan hingga berguling-guling di lantai. "Aku akan memberi tahu kalian semuanya ...."Sebelum selesai berbicara, Kanaya sudah kehilangan kesadarannya. Yoga pun memaki dan hendak mencabut ketiga jarum itu dari tubuh Kanaya.Akan tetapi,
Daniel ini sungguh hina!Yoga berkata, "Aku nggak percaya pada omonganmu, kecuali kamu bisa memberiku bukti.""Aku punya buktinya!" Kanaya segera mengeluarkan ponselnya. Ada banyak video yang tersimpan di sana."Supaya merasakan rangsangan yang berbeda, Daniel selalu menyuruhku merekam di samping. Dia menggunakan video ini untuk mengancam para mahasiswi itu. Kalau mereka berani membocorkan masalah ini, dia akan menyebarkan video itu," jelas Kanaya.Yoga melirik sekilas video itu. Bukan hanya ada Daniel dan pasangan ranjangnya, tetapi masih ada orang lain. Yoga langsung merebut ponsel itu. Video ini sudah cukup untuk membuat Daniel dijatuhi hukuman mati.Saat ini, terdengar makian seseorang dari luar. "Asta, beraninya kamu membuat kekacauan di rumah sakit Pak Daniel! Keluar! Akan kuhabisi kamu!"Kanaya segera memberi tahu, "Yang datang adalah pengawal pribadi Daniel, Malaikat Maut. Orang-orang yang kalian utus untuk menjaga Ibu ditangkap oleh mereka. Dia juga yang mengambil ginjal kedua