Pukulan Asta yang bertubi-tubi saja tidak sesakit ini. Akan tetapi, Kanaya masih bisa menahan rasa sakit ini. Asalkan bertahan dari 5 jarum itu, dia akan memperoleh kebebasan.Yoga menancapkan jarum kedua dan ketiga pada saat bersamaan. Kanaya sontak berteriak histeris saking sakitnya.Begitu kedua jarum itu ditancapkan, rasanya seperti ada aliran lahar yang bergolak di dada Kanaya. Organ dalamnya seperti akan matang! Sakit sekali!Kanaya yang tidak tahan lagi akhirnya berkata dengan lantang, "Aku akan memberi tahu semuanya. Cepat cabut jarumnya dari tubuhku!"Ekspresi Yoga tampak tidak puas. Dia berujar, "Ini baru jarum ketiga. Masih ada 2 jarum. Bertahanlah sebentar lagi. Nanti kamu bisa bebas lho.""Nggak bisa lagi. Sakit sekali. Huhu ...." Kanaya kesakitan hingga berguling-guling di lantai. "Aku akan memberi tahu kalian semuanya ...."Sebelum selesai berbicara, Kanaya sudah kehilangan kesadarannya. Yoga pun memaki dan hendak mencabut ketiga jarum itu dari tubuh Kanaya.Akan tetapi,
Daniel ini sungguh hina!Yoga berkata, "Aku nggak percaya pada omonganmu, kecuali kamu bisa memberiku bukti.""Aku punya buktinya!" Kanaya segera mengeluarkan ponselnya. Ada banyak video yang tersimpan di sana."Supaya merasakan rangsangan yang berbeda, Daniel selalu menyuruhku merekam di samping. Dia menggunakan video ini untuk mengancam para mahasiswi itu. Kalau mereka berani membocorkan masalah ini, dia akan menyebarkan video itu," jelas Kanaya.Yoga melirik sekilas video itu. Bukan hanya ada Daniel dan pasangan ranjangnya, tetapi masih ada orang lain. Yoga langsung merebut ponsel itu. Video ini sudah cukup untuk membuat Daniel dijatuhi hukuman mati.Saat ini, terdengar makian seseorang dari luar. "Asta, beraninya kamu membuat kekacauan di rumah sakit Pak Daniel! Keluar! Akan kuhabisi kamu!"Kanaya segera memberi tahu, "Yang datang adalah pengawal pribadi Daniel, Malaikat Maut. Orang-orang yang kalian utus untuk menjaga Ibu ditangkap oleh mereka. Dia juga yang mengambil ginjal kedua
Malaikat Maut menatap Asta dengan ekspresi mencemooh. "Majulah, biar kulihat sehebat apa kamu. Kudengar kamu jadi kuli sekarang. Pasti tenagamu sangat besar, 'kan? Sayangnya, tenaga besarmu itu nggak ada apa-apanya di mata kami."Kedua pria kekar itu menggulung lengan baju mereka dan memperlihatkan aura terkuat. Mereka bersiap-siap untuk mematahkan tangan dan kaki Asta. Mereka sudah mencapai tingkat kaisar master.Sayangnya, di hadapan Yoga, pesilat dengan tingkatan seperti ini tidak ada bedanya dengan semut. Yoga turut mengerahkan aura dahsyatnya untuk menekan aura kedua pria kekar itu.Seketika, Malaikat Maut merasa dunia mereka seolah-olah akan runtuh. Ada tekanan besar yang menekan mereka, membuat mereka sesak napas dan tidak bisa berkutik.Pada akhirnya, mereka berlutut di lantai. Tulang lutut mereka pun remuk dan terlihat lubang besar di lantai.Kini, mereka sungguh keheranan. Mereka telah berkecimpung di dunia persilatan selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah bertemu ahli be
Begitu merasakan aura ini, Malaikat Maut langsung tercengang. Bimo, sang dewa dunia seni bela diri kuno. Ini aura Bimo yang terkenal itu!Bagaimana Yoga bisa melepaskan aura Bimo? Apakah dia Bimo, orang yang belum lama ini membuat teror di dunia persilatan?Malaikat Maut benar-benar panik. Cecunguk kecil seperti mereka mana sanggup memprovokasi orang sehebat ini?Yoga berkata, "Ini kesempatan terakhir ....""Nggak, nggak mungkin! Tuan Bimo itu petarung dari era seni bela diri kuno. Kamu jelas orang dari dunia modern, kamu nggak mungkin dia!" sela Malaikat Maut."Kalian pernah mendengar tentang pengambilalihan tubuh?" tanya Yoga.Pengambilalihan tubuh! Ya, pasti begitu. Tidak ada penjelasan lain selain itu. Malaikat Maut langsung percaya.Bimo adalah sosok yang mereka puja dan sembah. Tidak ada yang lebih hebat dari kepercayaan absolut di dunia ini. Keduanya seketika tunduk pada Yoga."Tuan Bimo, kami bersedia menjelaskan semuanya," ucap Hitam.Putih pun menimpali, "Mati di tangan Tuan
Untuk menghindari kewaspadaan musuh dan supaya tidak menarik perhatian, Yoga dan Asta berpura-pura menjadi tawanan Malaikat Maut. Kanaya juga diboyong pergi bersama mereka.Kanaya adalah saksi penting. Selain menyingkirkan Daniel, Kanaya juga akan mereka gunakan untuk menghancurkan reputasi pria itu.Yoga dan yang lainnya berkendara selama lima jam. Setelah tiba di pantai, mereka menyewa perahu motor untuk menuju lautan lepas.Sesampainya di lautan lepas, dari kejauhan terlihat sebuah kapal besar tengah mengapung. Bisa dibayangkan seberapa banyak orang yang dikurung di kapal kargo raksasa ini.Tim pengawal di kapal kargo itu segera melihat perahu motor Yoga dan yang lainnya. Si kapten yang bernama Jonson langsung berseru, "Siapa kalian? Kalian dilarang mendekat tanpa izin!"Malaikat Maut berseru balik, "Pak Jonson, ini kami. Kami diperintahkan Pak Daniel untuk mengantar stok buat kalian."Jonson berucap sambil tersenyum, "Ternyata kalian. Sudah lama nggak ketemu. Gimana kualitas stok k
Melihat wajah kecewa para anggotanya, Jonson lantas berkata, "Hitam, Putih, tempat ini jauh dari pengawasan. Pak Daniel nggak akan tahu. Kalian bisa tutup mata sekali ini saja. Rekan-rekanku pasti akan mengingat kebaikan kalian."Malaikat Maut membalas, "Nggak bisa! Nggak ada yang boleh melanggar perintah Pak Daniel. Cepat bawa kami ke sel!""Hitam, Putih, kalian makin lama makin nggak asyik. Kalian sama sekali nggak menghormati rekan-rekanku," ucap Jonson dengan raut kesal.Malaikat Maut hanya bisa tersenyum pahit. Padahal mereka sedang menolong para pengawal yang tolol ini. Yoga adalah Bimo. Jika mereka mengusiknya, siapa yang bisa menjamin Yoga tidak akan membantai seluruh keluarga mereka?"Jangan banyak omong, memangnya kalian berani melanggar perintah Pak Daniel? Cepat antar kami ke sel!" tegur Malaikat Maut.Jonson tidak mendebat Malaikat Maut lebih jauh karena tidak ingin diadukan pada Daniel. Dia berkata, "Ayo jalan. Aku antar kalian ke sel dengan keamanan tinggi."Sel di kapal
"Sebenarnya berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan?" tanya Asta.Asta selalu mengidolakan Raja Agoy yang Perkasa. Dia tidak pernah menyangka bahwa idolanya itu adalah teman sejak kecilnya."Hahaha! Luar biasa! Tak kusangka Raja Agoy yang Perkasa akan jatuh ke tanganku. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Sekarang aku bisa mati tanpa penyesalan," ucap Jonson.Para pengawal juga sangat antusias. Mereka semua menatap Yoga dengan sorot berbinar."Semuanya, Raja Agoy yang Perkasa jatuh ke tangan kita. Apa kalian tahu apa artinya? Itu artinya hidup kita nggak sia-sia. Nggak hanya bisa melihat Raja Agoy yang Perkasa dalam keadaan hidup, kita juga bisa berinteraksi langsung dengannya!""Haha! Aku harus memanjakannya dengan baik!""Tolol! Raja Agoy yang Perkasa ini kaya raya. Hanya dengan seporsi kecil hartanya, kita bisa hidup makmur tujuh turunan!""Sialan, benar juga! Raja Agoy yang Perkasa, bagi sedikit hartamu, dong. Kami berjanji akan memperlakukanmu dengan baik.""Selain b
Ini adalah luka bekas operasi transplantasi ginjal! Tubuh ketiga orang itu langsung gemetar ketakutan begitu mendengar suara langkah kaki mendekat.Ayah Asta yang bernama Bastian menggigit jarinya dan menulis kata "hina" dengan darah di dinding. Dinding itu penuh dengan kata "hina" yang ditulis dengan darah. Selama bertahun-tahun ini, Bastian menjadikan penghinaan yang luar biasa ini sebagai motivasinya untuk bertahan hidup.Asta meraung bak orang gila. Dia berjalan menghampiri sel keluarganya. Mulutnya terbuka, tetapi untuk sesaat tidak ada kata-kata yang terucap. Dia hanya bisa meratap sedih."Ayah, Kak Ariv, Kak Andre, kalian sudah begitu menderita ...," gumam Asta dengan lirih. Ada begitu banyak yang ingin dia katakan pada keluarganya."Berhenti kamu!" seru Jonson dengan marah.Asta mengabaikan ucapan Jonson dan terus berjalan. Jonson yang marah langsung bergerak untuk menghentikannya.Namun, Malaikat Maut mengadang Jonson dan berbisik padanya, "Jangan mendekat, kalau nggak kamu ba
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p