Begitu merasakan aura ini, Malaikat Maut langsung tercengang. Bimo, sang dewa dunia seni bela diri kuno. Ini aura Bimo yang terkenal itu!Bagaimana Yoga bisa melepaskan aura Bimo? Apakah dia Bimo, orang yang belum lama ini membuat teror di dunia persilatan?Malaikat Maut benar-benar panik. Cecunguk kecil seperti mereka mana sanggup memprovokasi orang sehebat ini?Yoga berkata, "Ini kesempatan terakhir ....""Nggak, nggak mungkin! Tuan Bimo itu petarung dari era seni bela diri kuno. Kamu jelas orang dari dunia modern, kamu nggak mungkin dia!" sela Malaikat Maut."Kalian pernah mendengar tentang pengambilalihan tubuh?" tanya Yoga.Pengambilalihan tubuh! Ya, pasti begitu. Tidak ada penjelasan lain selain itu. Malaikat Maut langsung percaya.Bimo adalah sosok yang mereka puja dan sembah. Tidak ada yang lebih hebat dari kepercayaan absolut di dunia ini. Keduanya seketika tunduk pada Yoga."Tuan Bimo, kami bersedia menjelaskan semuanya," ucap Hitam.Putih pun menimpali, "Mati di tangan Tuan
Untuk menghindari kewaspadaan musuh dan supaya tidak menarik perhatian, Yoga dan Asta berpura-pura menjadi tawanan Malaikat Maut. Kanaya juga diboyong pergi bersama mereka.Kanaya adalah saksi penting. Selain menyingkirkan Daniel, Kanaya juga akan mereka gunakan untuk menghancurkan reputasi pria itu.Yoga dan yang lainnya berkendara selama lima jam. Setelah tiba di pantai, mereka menyewa perahu motor untuk menuju lautan lepas.Sesampainya di lautan lepas, dari kejauhan terlihat sebuah kapal besar tengah mengapung. Bisa dibayangkan seberapa banyak orang yang dikurung di kapal kargo raksasa ini.Tim pengawal di kapal kargo itu segera melihat perahu motor Yoga dan yang lainnya. Si kapten yang bernama Jonson langsung berseru, "Siapa kalian? Kalian dilarang mendekat tanpa izin!"Malaikat Maut berseru balik, "Pak Jonson, ini kami. Kami diperintahkan Pak Daniel untuk mengantar stok buat kalian."Jonson berucap sambil tersenyum, "Ternyata kalian. Sudah lama nggak ketemu. Gimana kualitas stok k
Melihat wajah kecewa para anggotanya, Jonson lantas berkata, "Hitam, Putih, tempat ini jauh dari pengawasan. Pak Daniel nggak akan tahu. Kalian bisa tutup mata sekali ini saja. Rekan-rekanku pasti akan mengingat kebaikan kalian."Malaikat Maut membalas, "Nggak bisa! Nggak ada yang boleh melanggar perintah Pak Daniel. Cepat bawa kami ke sel!""Hitam, Putih, kalian makin lama makin nggak asyik. Kalian sama sekali nggak menghormati rekan-rekanku," ucap Jonson dengan raut kesal.Malaikat Maut hanya bisa tersenyum pahit. Padahal mereka sedang menolong para pengawal yang tolol ini. Yoga adalah Bimo. Jika mereka mengusiknya, siapa yang bisa menjamin Yoga tidak akan membantai seluruh keluarga mereka?"Jangan banyak omong, memangnya kalian berani melanggar perintah Pak Daniel? Cepat antar kami ke sel!" tegur Malaikat Maut.Jonson tidak mendebat Malaikat Maut lebih jauh karena tidak ingin diadukan pada Daniel. Dia berkata, "Ayo jalan. Aku antar kalian ke sel dengan keamanan tinggi."Sel di kapal
"Sebenarnya berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan?" tanya Asta.Asta selalu mengidolakan Raja Agoy yang Perkasa. Dia tidak pernah menyangka bahwa idolanya itu adalah teman sejak kecilnya."Hahaha! Luar biasa! Tak kusangka Raja Agoy yang Perkasa akan jatuh ke tanganku. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Sekarang aku bisa mati tanpa penyesalan," ucap Jonson.Para pengawal juga sangat antusias. Mereka semua menatap Yoga dengan sorot berbinar."Semuanya, Raja Agoy yang Perkasa jatuh ke tangan kita. Apa kalian tahu apa artinya? Itu artinya hidup kita nggak sia-sia. Nggak hanya bisa melihat Raja Agoy yang Perkasa dalam keadaan hidup, kita juga bisa berinteraksi langsung dengannya!""Haha! Aku harus memanjakannya dengan baik!""Tolol! Raja Agoy yang Perkasa ini kaya raya. Hanya dengan seporsi kecil hartanya, kita bisa hidup makmur tujuh turunan!""Sialan, benar juga! Raja Agoy yang Perkasa, bagi sedikit hartamu, dong. Kami berjanji akan memperlakukanmu dengan baik.""Selain b
Ini adalah luka bekas operasi transplantasi ginjal! Tubuh ketiga orang itu langsung gemetar ketakutan begitu mendengar suara langkah kaki mendekat.Ayah Asta yang bernama Bastian menggigit jarinya dan menulis kata "hina" dengan darah di dinding. Dinding itu penuh dengan kata "hina" yang ditulis dengan darah. Selama bertahun-tahun ini, Bastian menjadikan penghinaan yang luar biasa ini sebagai motivasinya untuk bertahan hidup.Asta meraung bak orang gila. Dia berjalan menghampiri sel keluarganya. Mulutnya terbuka, tetapi untuk sesaat tidak ada kata-kata yang terucap. Dia hanya bisa meratap sedih."Ayah, Kak Ariv, Kak Andre, kalian sudah begitu menderita ...," gumam Asta dengan lirih. Ada begitu banyak yang ingin dia katakan pada keluarganya."Berhenti kamu!" seru Jonson dengan marah.Asta mengabaikan ucapan Jonson dan terus berjalan. Jonson yang marah langsung bergerak untuk menghentikannya.Namun, Malaikat Maut mengadang Jonson dan berbisik padanya, "Jangan mendekat, kalau nggak kamu ba
Yoga melanjutkan, "Biar kuberi tahu, sebenarnya aku adalah Raja Agoy yang Perkasa. Daniel sama sekali bukan tandinganku."Raja Agoy yang Perkasa! Ketiga orang itu menatap Yoga dengan mata berbinar-binar, lalu serempak tertawa terbahak-bahak. Itu adalah tawa penuh kegembiraan. Mereka sepenuhnya percaya pada Yoga.Bastian tertawa sebelum berujar, "Haha. Bocah, sejak dulu aku sudah menaruh harapan padamu. Kamu benaran nggak mengecewakanku.""Raja Agoy yang Perkasa! Di seluruh dunia ini, cuma kamu yang pantas menyandang gelar Raja Agoy yang Perkasa. Aku nggak sia-sia menyayangimu. Hahaha!" ujar Bastian yang sangat emosional. Dia bahkan muntah darah setelah tertawa sejenak.Yoga segera memberikan mereka Pil Penguat Tubuh, lalu menjelaskan, "Cepat minum Pil Penguat Tubuh, ini bisa bantu menjaga energi kalian. Tenang saja, apa pun yang telah mereka ambil dari kalian, termasuk mata dan ginjal, aku pasti akan mengambilnya kembali."Setelah meminum Pil Penguat Tubuh, ekspresi ketiga orang itu te
Yoga sebenarnya tidak berniat untuk membunuh Jonson karena dia masih membutuhkannya. Itu sebabnya, dia menghilangkan tekanan yang sebelumnya dia berikan.Jonson langsung berlutut sambil memohon, "Makasih Tuan Bimo atas kemurahan hatimu karena nggak membunuhku. Aku bersumpah akan mengabdi padamu seumur hidup, kalaupun itu berarti harus mati."Malaikat Maut hanya bisa tersenyum pahit. Pria ini bisa-bisanya masih ingin hidup? Dia sama sekali tidak punya kesadaran diri.Kemudian, Yoga berkata, "Kalau kalian berani mengungkapkan identitas asliku sebagai Tuan Bimo, aku akan membantai seluruh keluarga kalian.""Kami mengerti!" Semua orang langsung mengangguk tanpa henti.Yoga menggendong dua kakak Asta seraya berujar, "Paman, Kak Ariv, Kak Andre, aku akan bawa kalian keluar sekarang.""Oke!" jawab ketiga orang itu. Asta juga segera menggendong ayahnya. Mereka segera mencapai dek kapal.Para penjaga di dek terkejut melihat Asta keluar bersama keluarganya. Mereka langsung bersiap untuk menyeran
Aron memandang Yoga dengan ketakutan. Dia bertanya, "Kamu ... kamu mau apa? Aku peringatkan, jangan macam-macam ...."Yoga langsung meraih tangan Aron dan memeriksa denyut nadinya. Setelah itu, dia memberi tahu, "Jadi, hatimu yang rusak? Kalau begitu, hatimu ini nggak ada gunanya lagi."Usai berkata demikian, Yoga meninju tubuh Aron dengan cepat dan mencabut hatinya. Di depan Aron, Yoga menghancurkan hati itu hingga hancur berkeping-keping.Melihat hatinya sendiri dihancurkan, Aron langsung kehilangan akal. Dia sontak memaki, "Aaarghh! Dasar bajingan! Kamu cari mati! Raja Agoy yang Perkasa, aku nggak akan pernah memaafkanmu! Aaaaargh!"Bastian tiba-tiba berucap sambil mengernyit, "Suara ini terdengar sangat familier. Kamu ... yang curi mataku, 'kan?"Yoga pun menatap Aron dengan tajam sambil bertanya, "Apa? Kamu yang curi mata Paman?"Mulut Aron sudah penuh darah, tetapi dia masih bisa tertawa terbahak-bahak. Dia merespons, "Paman? Hahaha. Jadi, dia ini pamanmu. Ya, aku memang mencuri