"Apa Mas? Fitri hamil? Baru saja rasa bahagia sedikit merasuk di sanubari saat Bang Raihan mengatakan jika mereka ingin bercerai, tapi ternyata rasa bahagia itu ditarik kembali dalam sekejap saja. "Jadi, alasan Bang Raihan menolongku, karena ingin mengatakan agar aku mencabut laporan, pantes saja tiba-tiba Bang Raihan ada ditempat kejadian, terima-kasih Bang atas pertolongannya, tapi untuk mencabut laporan, Nur merasa berat.""Tidak Nur, bukan, Abang memang hendak ke kantor Nur, mau mengambil barang-barang Fitri yang dititipkan di kantor satpam, masalah mencabut laporan, entahlah … semua terserah Nur saja, tapi, miris juga hati Abang jika darah daging Abang yang masih dalam kandungan berada di dalam penjara, tapi … Abang juga tidak yakin jika itu anak Abang, ya Allah, Abang benar-benar pusing Nur." Bang Raihan mengusap wajahnya dengan raut kegusaran. Bang Raihan merasa tidak yakin jika itu anaknya, sedangkan aku merasa tidak yakin jika Fitri sedang hamil, wanita itu penuh dengan kel
"Kamu baru pulang,Nur?" Ternyata Mamak belum tidur, wanita yang telah melahirkan aku ke dunia ini, menatap penuh selidik."Oh–iya mak, tadi lembur di kantor, Mamak kenapa belum tidur? " "Macam manalah Mamak mau tidur,Nur, di lingkungan ini sudah beredar berita yang tidak-tidak tentang dirimu, sedari tadi Mamak menunggumu pulang, untuk menanyakan apakah benar berita miring tentang dirimu, dari tadi Mamak kepikiran, tetapi hendak menghubungi kau, pulsa Mamak pun habis, hendak keluar rumah untuk membeli pulsa di konter si Jul, rasanya Mamak tidak punya muka."Perasaanku sudah tidak enak saat Mamak berkata seperti itu, pasti keluarganya Fitri sudah berbicara dan menyebarkan fitnah yang tidak-tidak tentang diriku, bahkan wanita itu sudah berada di dalam penjara, pun, masih saja terus menyakiti."Berita apa yang sudah beredar di lingkungan ini Mak, sampai membuat Mamak kepikiran seperti ini dan tidak mempunyai muka untuk keluar rumah bertemu dengan orang. ""Apa betul kau ingin merebut si
Bu Beti membusungkan dadanya karena merasa sudah menemukan ide yang sangat brilian, tetapi Fitri, merasa ide ibunya itu sangatlah konyol, selama ini , ia sudah membangun image bahwa dirinya wanita cantik dan modis, jadi saat Bu Beti mengatakan kalau ia harus berpura-pura menjadi orang gila, berarti dia harus tampil lusuh dan bau, hati kecilnya sangat memberontak."Tidak Mak, Fitri tidak mau berpura-pura gila, omongan adalah doa, kalau Fitri gila beneran, bagaimana?" Protes Fitri."Jadi, harus bagaimana? Sedangkan kau terus merengek hendak keluar dari tempat ini.""Bujuk lagi si Nur itu Mak, kalau perlu menyembah-nyembah di kakinya, untuk saat ini kita jangan mikirin gengsi atau yang lain, yang penting Fitri bisa keluar dari sini."" Iyalah,nanti Mamak coba, tapi kalau tidak berhasil, kau harus ikuti ide Mamak yang berpura-pura menjadi orang gila."" Iya Mak, sekarang Mamak telp lah Bang Raihan,katakan kalau Fitri lemah dan muntah-muntah terus, Mamak bilang karena efek hamil muda, siap
Pagi itu, baru saja Nur menapakkan tungkai kakinya ke dalam ruangan kantor, terdengar suara berisik dari beberapa karyawan, jika dulu kehadirannya selalu diabaikan,kini, melihat Nur, mereka menganggukkan kepala tanda menyapa dengan hormat." May. Ada apa, kok rame!"" Ada kepala divisi baru, ganteng, biasa lah, para gadis itu berisik kalau tau ada yang ganteng," jelas Maya sambil matanya menunjuk ke arah gerombolan wanita yang tadi berkumpul dan bergosip, memang sebelum jam 8 pagi, para karyawan wanita biasanya berkumpul di salah satu meja karyawan yang lain, ada yang sambil makan, dan ada yang sambil bersolek, lima menit sebelum jam delapan, biasanya sudah pada bubar. Nur hanya tersenyum sekilas dan mengabaikan."May, kau udah sarapan? Ini aku ada jajanan pasar, tadi beli waktu mau berangkat ke kantor.""Wiii, kue lapis, terima-kasih, Nur!" seru Maya sambil membuka jajanan pasar terbungkus plastik dilapisi kertas nasi berwarna coklat, kini mulut Maya sibuk mengunyah."Baru saja Nur d
"Jangan Buk, jangan bawa aku, ini bukan keguguran, aku cuma minta pembalut saja, paling juga dalam lima atau enam hari, darahnya ga keluar lagi." "Loh, berarti kau menstruasi? Ga hamil? Tadi katanya udah test pack.""Hamil Buk, tapi ini sudah biasa, nanti hilang sendiri." Fitri masih berkilah. "Berarti kau menstruasi, ada-ada saja kau ah, menambah pekerjaan kami saja.""Bukan menstruasi, ini flek penebalan dinding rahim, biasa itu Buk saat awal kehamilan.""Astaga, bikin darah tinggi berdebat sama kau, kau itu menstruasi, bukan hamil!""Hamil Buk.""Ya udah, ayo ikut ke dokter kandungan, jangan banyak lagi cakapmu.""Tapi, aku ti—""Diam!"Dua sipir wanita itu sudah kehilangan kesabaran menghadapi Fitri, mereka menyuruh Fitri terlebih dahulu untuk mengganti celana dan memakai pembalut, sebelum dibawa ke dokter kandungan. Fitri terlihat gelisah sepanjang perjalanan, duduknya miring kiri dan kanan, apalagi posisi tangan di borgol. "Kami sudah menghubungi suamimu, mungkin dalam perja
"Percuma kau cari di segala sudut, Rai, Allah pasti menyembunyikan, selama ini engkau sibuk memperdalam agama, apakah kau tau, jika perceraian itu salah satu hal yang dibenci oleh Allah?""Bu, saya permisi dulu, seperti yang saya bilang tadi, saya tidak bisa lagi menjadi suaminya Fitri, Bu, maafkan saya," ucap Raihan sopan, sebelumnya ia memang mengatakan secara baik-baik pada Bu Beti maksud dan tujuannya, bahkan ia tidak datang seorang diri, ia datang bersama pakcik dan makciknya. "Oh, sudah panggil 'bu' kau sekarang, biasanya manggil mamak, coba kau pikirkan lagi dengan kepala dingin, dalam rumah tangga memang tidak selalu berjalan mulus, pasti ada badai dalam rumah tangga, nah, di saat ini, rumah tanggamu sedang ada badai menerpa, cobalah pertahankan, apalagi Fitri baru saja keguguran anak kalian, betapa hancur hatinya, dipenjara, kehilangan anak dan sekarang hendak kehilangan suami, dimana perasaanmu Raihan.""Bu, ini masalahnya beda, kesalahan Fitri sudah terlalu fatal, sulit ba
"Hai Nur, kok masam kali wajahmu." Maya menepuk pundak Nur yang sedari tadi memperhatikan wanita yang dalam dua hari lagi akan menjabat sebagai supervisor. "Nur, Fitri sedang sakit, dia keguguran." "Haiiss, dia lagi … dia lagi, sudah dipenjarapun masih saja bikin muak ya, kehamilannya saja masih diragukan, sekarang malah keguguran, dasar ratu drama.""Nanti, kita sempatkan yuk May, jenguk si Maya, mau ga?""Sebenarnya aku males Nur, cuma penasaran aku sama drama si kuntilanak itu.""Sama, aku pun May.""Pagi Nur," ucap seseorang, Nur dan Maya melihat ke arah sumber suara yang menyapa mereka, ternyata Rizki yang menyapa dengan membawa dua cup kopi dari brand ternama. "Assalamualaikum," ucap Nur sambil memutar kedua bola matanya. "Eh iya Assalamualaikum," ucap Rizki lagi dengan cengengesan, Nur dan Maya menjawab 'walaikum salam' dengan serentak. "Nur, ini ada abang bawakan kopi, oiya ini buat kakak juga, maaf, namanya siapa, kak?" tanya Rizki sambil meletakkan cup kopi di atas mej
Mendengar teriakan Maya, para sipir dan beberapa perangkat yang bekerja di rutan langsung dengan cepat pergi berhamburan ke ruangan jenguk vip dan segera mengamankan Fitri. Maya memeluk Nur yang meringis kesakitan karena darah terus mengalir. "Mati kau, Pelakor! Sengaja kau masukkan aku dalam penjara agar bisa merebut suamiku, perawan tua! Pelakor Syariah! Betina busuk, binatang!" Fitri terus berteriak memakis, wanita yang sudah seperti orang gila itu diseret masuk ke dalam sel, sedangkan Nur, dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. "Diam kau disitu, kalau kau bertingkah lagi, kami masukkan ke dalam sel bawah tanah, kalian hati-hati ya, dia baru saja menusuk orang yang menjeguknya," jelas sipir, teman satu sel Fitri menatap dengan raut wajah sinis dan bengis. "Kayaknya betah kau disini Fit, bukannya tobat, malah melakukan kesalahan yang lebih fatal, habislah kau Fit, siap-siap kau disini seumur hidup." ucap Deni salah satu teman satu sel Fitri. "Hahahaha, bentar l