“Karena kau sudah menjadi muridku, maka kau harus siap mematuhi segala peraturan dan perkataan dariku. Termasuk ikut denganku pergi ke luar untuk berlatih.”
Ucapan Pak Tua yang rupanya bernama Ao Yu itu membuat Mo Feng kepikiran sepanjang jalan.Dia sudah terlanjur mengakui dan diakui oleh Ao Yu, tidak ada pilihan lain selain menurutinya. Terlebih, dia juga punya tujuan yang harus dicapai. Dan Ao Yu itu bisa membantunya mencapai tujuan tersebut.Demi membuktikan pada semua orang dan membalaskan dendam kedua orang tuanya, Mo Feng tahu dia tidak bisa mundur!“Sepertinya memang ini waktu yang tepat bagiku belajar di luar dengan orang lain. Tapi, aku tidak tahu apakah Paman Mo mengizinkannya atau tidak.”Mo Feng menggeleng pelan, tidak ingin berprasangka sembarangan pada Paman Mo Chen.“Lebih baik segera pulang dan bicarakan ini pada Paman.”Dengan demikian, Mo Feng akhirnya memecut kudanya supaya berlari lebih cepat ke arah tempat tinggal Paman Mo Chen alih-alih ke Istana Kerajaan Mo.Malam yang gelap tanpa sinar bulan dengan awan pekat menggantung di langit itu menemani Mo Feng melewati beberapa hutan, sebelum akhirnya tiba di pemukiman penduduk pinggiran ibukota.Dia pun tiba di tempat tinggal Paman Mo Chen setelah menempuh 3 jam perjalanan dengan kecepatan penuh tanpa istirahat, tanpa sempat berhenti sejenak.“Paman Mo!”Mo Feng langsung berteriak setelah dia turun dari kudanya. Tanpa basa-basi, dia kemudian mengikat tali kudanya ke pohon samping sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah Paman Mo dengan langkah lebar.Sembari celingukan, Mo Feng terus memanggil Paman Mo-nya. Tapi tak peduli seberapa banyak atau seberapa keras dia mencoba memanggilnya, tak sekali pun dia mendapat balasan.“Ke mana Paman Mo Chen? Apa dia tidak ada di rumah? Tapi ini tidak seperti biasanya?”Mo Feng merasa ada yang aneh dan janggal. Belum lagi Kediaman Paman Mo yang terasa lebih sepi dan sunyi dibanding hari-hari sebelumnya. Prajurit penjaga di depan juga kosong.“Aneh! Benar-benar aneh!”Tanpa pikir panjang, Mo Feng pun berlari ke segala penjuru rumah untuk mencari keberadaan pamannya itu. Dan tetap saja hasilnya nihil.Sepanjang dia mencari pun, tak ada banyak prajurit yang berjaga.Mereka yang berjaga malam ini maksimal berjumlah satu sampai dua orang saja di masing-masing tempat. Tidak seperti biasa yang terdiri dari 5 sampai 10 orang!“Apa yang terjadi sebenarnya?”Mo Feng buru-buru menghampiri salah seorang penjaga dan bertanya di mana Paman Mo Chen-nya itu berada.“Jenderal Mo sebelumnya keluar dari ruang belajarnya secara tergesa-gesa, Pangeran. Dia kemudian pergi membawa pasukannya ke istana.”“ISTANA?”Batin Mo Feng berkecamuk.Pamannya tidak pernah menginjakkan kaki di istana kecuali dia benar-benar harus bertemu dengannya karena urusan mendesak atau ada hal gawat yang terjadi di Kerajaan Mo.Kalau malam ini Pamannya tiba-tiba ke istana dengan tergesa-gesa sambil membawa pasukan, maka pasti ada sesuatu hal yang terjadi.“Gawat! Aku harus segera ke istana!”Mo Feng berlari lagi menuju kudanya. Dia lalu melepaskan ikatan tali kekang kuda tersebut dan naik ke punggungnya dengan sigap.Tanpa menunda-nunda lagi, Mo Feng langsung memecut kudanya supaya berlari ke istana dengan kecepatan penuh!“CHA!”Meskipun Mo Feng hanya bisa mengandalkan mata kirinya sebagai penglihatan sehari-hari, tapi Mo Feng merasa kalau fokusnya tidak berbeda dengan saat dia membuka penutup mata kanannya.Bahkan di kala malam gelap seperti ini pun dia tidak akan berada dalam kesulitan yang berarti.Sesampainya Mo Feng di istana, dia benar-benar dikejutkan dengan kondisi istana yang benar-benar mencekam!“Ap-apa yang terjadi di sini?!”Mo Feng turun dengan tatapan mata nanar. Istana Kerajaan Mo kini dipenuhi mayat para prajurit yang tak diketahui bagaimana kematiannya.Banyak bagian istana yang rusak parah hingga cenderung porak-poranda. Beberapa yang lain juga tampaknya hancur karena digunakan untuk bertarung hebat.Lampu minyak dan lilin yang biasanya menerangi istana, kini benar-benar padam seluruhnya.Dan Mo Feng akhirnya ingat kalau di sepanjang jalan, terutama pemukiman penduduk, obor dan lilin mereka juga padam!“Tidak! Jangan sampai terjadi sesuatu!”Mo Feng bergegas masuk ke dalam istana dengan berlari seperti kesetanan. Tak ada satu pun orang yang menghalanginya. Keheningan mematikan mengiringi bau darah yang menyengat dari segala arah.Jantung Mo Feng berdetak semakin tak karuan. Bayangan buruk mulai berdatangan di kepalanya. Tapi dia berusaha keras menghalaunya.Prioritas utamanya sekarang adalah menemukan di mana Paman Mo Chen-nya berada!“Paman Mo!!!”Mo Feng berteriak sekuat tenaga.“Paman Mo! Di mana kau?!”Tidak ada jawaban sama sekali. Yang Mo Feng temukan justru adalah mayat para prajurit dan juga pelayan yang semakin tak ada habisnya.Kaki Mo Feng benar-benar lemas untuk digunakan berjalan. Rasanya seperti dia akan ambruk. Tapi nyatanya, dia tetap menguatkan tekadnya untuk mencari Paman Mo Chen.“Aku harus menemukan Paman!”Sampai pada akhirnya, Mo Feng tiba di aula utama Istana Kerajaan Mo. Di sana, mayat yang berserakan bukan lagi mayat para prajurit dan pelayan istana.Melainkan prajurit dengan seragam khusus militer Kediaman Paman Mo Chen. Yang mana hal ini berarti bahwa mereka yang mati berserakan di sini adalah pasukan Paman Mo Chen!“T-Tidak!”Mo Feng menggeleng.Dia buru-buru melangkah melewati puluhan mayat itu dan mencari di mana Pamannya berada. Tapi baru beberapa kali dia melangkah, dia justru dikejutkan dengan mayat 3 orang perempuan yang bersandingan dengan 2 orang remaja seperti dirinya.Mereka semua memiliki luka yang sama. Terbunuh dalam sekali tebasan di leher!“I-Ini?! T-tidak mungkin!”Kedua mata Mo Feng membelalak!Tiga orang perempuan itu adalah selir mendiang Ayahnya, alias ibu tirinya. Yang mana merupakan ibu kandung dari 3 pangeran yang biasanya merundung dirinya.Di sisi mereka, ada pangeran kedua dan ketiga, tanpa adanya pangeran keempat!“D-Di mana Pangeran Keempat?”Mo Feng mengangkat pandangannya, sambil mencari-cari ke sekeliling. Siapa tahu dengan tidak adanya Pangeran Keempat di sini, itu berarti dia berhasil selamat dan masih hidup.Namun, alih-alih menemukan di mana Pangeran Keempat, Mo Feng justru menangkap sosok laki-laki paruh baya dengan baju zirah tengah terbaring bersandar singgasana raja!Seketika, nyawa Mo Feng bagai dicabut perlahan.Sosok akrab dengan luka sayatan pedang dan darah yang mengalir di mana-mana itu adalah pamannya, Paman Mo Chen!“PAMANN!!!”Kepala Mo Feng kosong seketika, tatkala dia menghampiri tubuh Paman Mo Chen dan merengkuhnya ke dalam pangkuannya.“Paman! Bangun! Bangun, Paman! Katakan sesuatu padaku! Jangan menakutiku! Kau tidak boleh pergi!”Akan tetapi, Paman Mo Chen benar-benar terluka parah. Dia tidak bergerak, tidak juga menjawab, pun tidak membuka matanya barang sedikit saja untuk melihat Mo Feng.Hal ini lantas membuat Mo Feng memeluknya erat-erat dan berteriak sekuat tenaga dengan air mata mengalir dari matanya.“PAMANNNNN!!!!!”‘SREK! SREK! SREK!’Mo Feng berjalan dengan kaki yang terseret-seret. Kedua bahunya terkulai lemas. Sepasang matanya menatap lantai koridor istana yang sangat dingin ini dengan kosong. Pikirannya berkecamuk dan dia tidak tampak baik sama sekali.Namun, tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya dari arah berlawanan. “Pangeran Mo Feng!” seru seorang laki-laki dengan baju zirah penuh noda darah kepadanya.Kepala Mo Feng terangkat perlahan, sementara kakinya berhenti melangkah. Dengan memicingkan kedua matanya yang sembap, merah, dan memiliki kantong mata hitam yang begitu kentara, Mo Feng akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang kini datang menghadapnya.“Panglima Jiang?”Sosok yang disebut Panglima Jiang itu mengangguk dan melangkah maju selangkah lebih dekat pada Mo Feng dengan tangan gemetar.“Pangeran Mo, katakan padaku apakah Jenderal Mo Chen benar-benar sudah meninggal?”Mo Feng terdiam sejenak, sebelum menarik napas panjang da
Mo Feng membelalak. “Panglima Jiang!!!”Namun, Panglima Jiang tidak lagi mendengarkannya. “HYAAAA!”Dia tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arahnya. Dan mau tak mau, Mo Feng harus melawannya atau menghindar dari serangannya. Akan tetapi, berdasarkan kondisi Panglima Jiang sekarang, menghindari serangannya tidak akan berefek apa-apa. Yang ada malah dia akan semakin gila menyerangnya!Di sisi lain, Mo Feng sendiri juga sudah menahan emosi dan amarah yang menyeruak di dadanya selama berhari-hari. Kesedihan dan kemarahan yang sama atas kematian Paman Mo menumpuk dan perlu dilampiaskan. Dengan begitu, bukankah kesempatan ini bisa membuatnya merasa lebih baik?“Maafkan aku, Panglima Jiang!” batin Mo Feng sungguh-sungguh, sebelum akhirnya melakukan salto untuk menghindari serangan Panglima Jiang.‘TANGG!’Ujung pedang Panglima Jiang membentur lantai dengan sangat keras. Bunyi nyaring logam yang bertemu keramik, menggema ke seluruh koridor dan lorong terdekat.Di sisi lain, Mo Fen
“Bersiaplah untuk menemui Raja Yama di Neraka, Mo Feng!!!”Panglima Jiang mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Kedua matanya dipenuhi niat membunuh yang tak tergoyahkan. Dia benar-benar ingin membunuh Mo Feng di tempat!“HYA!!!”Mo Feng yang merasakan tubuhnya remuk luar dalam, kini hanya bisa menarik napas dingin sambil mendelik ke atas, di mana sosok Panglima Jiang berdiri.Dalam hatinya, Mo Feng benar-benar menyesal untuk semua orang, terutama kematian Paman Mo-nya. Jika benar dia harus mati di sini, di tangan Panglima Jiang tanpa benar-benar mengetahui penyebab pasti dari terbunuhnya Paman Mo, dia akan mati dengan penuh penyesalan.Belum lagi rasa bersalah yang dia bawa karena telah mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal demi menyelamatkan hidupnya dulu.Hanya saja, andai semua perkataan Panglima Jiang benar, kalau dialah yang menjadi penyebab kesengsaraan dan kematian orang-orang, maka dia akan dengan sangat rela mati di sini.Pada akhirnya, Mo F
“Apa? Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?!” seru Mo Feng tidak percaya.Sembari duduk, kedua matanya membulat penuh dan fokusnya hanya tertuju pada Pak Tua Ao Yu yang baru saja selesai menjelaskan situasi setelah dia pingsan 3 hari yang lalu.Pak Tua Ao Yu menghela napas pendek, lalu meletakkan mangkuk obat yang dia pegang ke meja samping dipan tempat tidur Mo Feng. “Anggap saja aku terpaksa melakukan itu karena dia tidak bisa melepaskanmu dan tetap berusaha membunuhmu bahkan setelah aku membawamu pergi dari sana.”Mo Feng terdiam sejenak. Pandangannya kini teralihkan ke gelas bambu berisi air minum yang ada di tangannya. Di situ, riak yang timbul di permukaan air minum tampak rumit. Persis seperti isi kepalanya setelah mendengar pernyataan Pak Tua Ao Yu.“Rupanya, niat membunuh Panglima Jiang untukku sangatlah nyata. Dia tidak segan mengejar Guru, hanya untuk membunuhku.”Dengan demikian, muncul sebuah pertanyaan di kepala Mo Feng. Yaitu, akankah dia benar-benar mati kalau b
‘SYUT! SYUT! SYUT!’Setiap helai daun bambu yang melesat dengan kecepatan sangat tinggi, datang menghampiri Mo Feng secara berturut-turut.Melihat ini, Mo Feng langsung bergerak untuk menebas setiap daun menggunakan belati yang dia pegang.“HYA!”Dengan melentingkan tubuhnya, Mo Feng mengelak dari semua serangan tersebut sekaligus melemparkan belati di tangannya secara terarah untuk menghancurkan daun bambu yang masih tersisa.‘SLASH! SLASH! SLASH!’Begitu seluruh daun bambu yang datang menyerangnya berhasil dia tebas habis tak bersisa, Mo Feng langsung mendaratkan dirinya, berdiri di tanah dengan kaki kanan sebagai tumpuan.‘HAP!’“Huh!”Tak berselang lama, suara tepuk tangan turut datang seolah menyambut keberhasilan Mo Feng dalam mengatasi serangan puluhan daun bambu barusan.‘Prok! Prok! Prok!’Mendengar itu, Mo Feng spontan menolehkan kepalanya. Dari sanalah dia melihat sosok Pak Tua Ao Yu datang dengan senyuman hangat.“Tidak buruk, Mo Feng!” komentarnya santai.Mo Feng langsung
‘HAP! HAP! HAP!’Mo Feng terus berlari dengan kecepatan penuh. Derap langkahnya memecah keheningan hutan yang sangat sunyi hari ini. Untuk beberapa alasan, Mo Feng merasakan ada yang aneh dari suasananya.“Tidak biasanya hutan ini begitu sepi dan senyap tanpa sedikit pun suara kicauan burung-burung kecil dan serangga siang.”Ditambah dengan tidak adanya angin yang menggerakkan dedaunan ataupun pohon bambu di sepanjang jalan yang dia lewati dari awal sampai sekarang, Mo Feng semakin merasa ada yang tidak beres.“Aku harus lebih hati-hati dan waspada. Sepertinya, pelatihan pertama yang diberikan oleh Guru juga tidak semudah kelihatannya. Bahkan jika dia sudah mengatakan semua hal yang berat itu, aku masih merasa ada sesuatu yang mungkin disiapkan untukku di depan.”Batin Mo Feng berbicara dengan sangat serius. Indera penglihatan dan pendengarannya pun langsung dia pasang baik-baik, agar supaya dia tidak ketinggalan sedikit pun hal yang menurutnya aneh di sini.Tangan kanannya yang meme
“AAAAKKKHHHHH!!!”Tepat ketika beberapa binatang buas itu benar-benar hanya butuh selangkah lagi untuk menerkam dirinya, Mo Feng tiba-tiba berteriak dengan sangat keras!Bersama teriakannya itu, mata kanannya yang terasa sangat sakit mendadak mengeluarkan cahaya merah menyala yang sangat menyilaukan. Di mana hal ini entah kenapa membuat binatang-binatang buas yang hendak menerkamnya mendadak mandek dan membeku di udara dalam sekejap mata!Mereka semua mematung dengan posisi terakhir yang bisa mereka buat. Yaitu, posisi siap menerkam dan mencabik-cabik tubuh Mo Feng!“ARGH! Ini benar-benar menyakitkan!!!” seru Mo Feng lagi tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya di sekitarnya.Namun, selang beberapa detik setelahnya Mo Feng justru merasakan sebuah keanehan. Yaitu keinginan untuk membuka kelopak matanya dan melihat sekeliling dengan segera.Meski batinnya bertanya-tanya dan menjadi ragu karena masih merasakan sakit yang teramat sangat seperti ditusuk-tusuk, Mo Feng tetap mencoba u
“Pangeran, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mo Feng ternyata selamat dari serangan Panglima Jiang! Dan keberadaannya sekarang tidak diketahui,” ucap seorang pria dengan penampilan sederhana pada Pangeran Mo Rui.Mendengar ini, Pangeran Mo Rui mendengus dingin. Dia mendelik tajam ke arah bawahannya barusan dan mendesis sinis.“Tsk! Lalu apa yang kau lakukan selama di ibukota setengah bulan ini?! Bukankah aku menyuruhmu pergi mencari tahu bagaimana kabar bocah itu sampai benar-benar dapat informasinya secara detail, hah?!”“Kenapa kau bahkan juga melaporkan hal semacam itu? Apa gunanya bagiku mendengarkan informasi ini? Yang aku mau adalah kabar tentang di mana tempat tinggal Mo Feng sialan itu saat ini!Pria dengan penampilan sederhana itu lantas menundukkan kepalanya dalam-dalam. “M-Maafkan saya, Pangeran! Saya yang tidak becus dalam menjalankan tugas dan perintah Anda!”Dia tidak berani mendebat Pangeran Mo Rui yang merupakan satu-satunya Pangeran yang selamat dari pembantaian