“HYAA!”
Melihat 3 orang pembunuh itu maju serempak sekali lagi, Mo Feng tidak ragu sama sekali untuk mengeluarkan belati dari dalam saku jubahnya.“Huh! Kalaupun aku tidak mampu melawan kalian, tapi aku tidak menyerah!” ujarnya, mengambil ancang-ancang untuk melawan serangan.Meskipun hanya belati, tapi ini adalah senjata yang dibolehkan Paman Mo untuk Mo Feng bawa ke mana pun.Hal ini dikarenakan ilmu olah pedang Mo Feng belum sempurna. Dan dia belum fasih menggunakannya.Di sisi lain, Mo Feng sebenarnya jauh lebih fasih bertarung dengan serangan jarak pendek ataupun bertarung fisik. Senjata yang paling cocok dengannya untuk sementara adalah belati.Selain bisa diandalkan untuk serangan jarak dekat, belati juga mudah dibawa, disembunyikan, dan menjadi senjata rahasia multifungsi ketika di hutan.Sejujurnya, Mo Feng bisa melawan mereka yang merundungnya dengan beberapa pukulan.Tapi Mo Feng khawatir itu malah akan memperburuk keadaan. Membuat semua orang semakin yakin kalau dia adalah titisan iblis yang tidak punya belas kasihan dan suka melukai orang.Hidupnya yang mudah menjadi sangat sulit dan menderita karena omongan orang, pengaruh lingkungan, dan juga kebencian semua orang.“HYAAAA!”Tiga orang pembunuh itu maju menyerang Mo Feng secara bergiliran.Meski begitu, Mo Feng tak bisa lengah sama sekali. Dia tetap mengantisipasi kalau ada serangan diam-diam dan mendadak dari 2 pembunuh lainnya.Mo Feng berduel sengit dengan pembunuh pertama tersebut. Gerakannya yang gesit dan lincah untuk serangan jarak dekat dibatasi sepenuhnya dengan serangan pedang milik musuh.‘TANG!!!’Denting ujung bilah pedang yang dihunuskan oleh pembunuh pertama itu beradu dengan bilah belati milik Mo Feng.Serangan pedang tersebut hampir membuatnya goyah. Sehingga dia secara refleks mengangkat belatinya untuk menahan pedang tersebut sebisanya.“Sial! Ini tidak menguntungkanku sama sekali!” batin Mo Feng kebingungan.Berhadapan dengan satu pembunuh saja dia sangat kewalahan.Padahal nyatanya mereka baru bertukar beberapa serangan dan pukulan. Belum sampai ke tahap di mana pembunuh bayaran itu mengeluarkan seluruh kemampuan dan kekuatannya.Lalu bagaimana jika 3 pembunuh ini langsung menyerangnya bersama-sama?Mo Feng menelan ludahnya susah payah. Kedua matanya bersitatap dengan sepasang mata tajam tapi sipit kuyu milik si pembunuh tersebut.Untuk beberapa saat, Mo Feng terhenyak.“KAU!”Pembunuh pertama itu menyipit, sebelum akhirnya menarik kembali pedangnya dari Mo Feng. Tanpa berbicara apa-apa, dia lantas merentangkan kedua tangannya dengan santai.Dalam sekejap, 2 pembunuh yang sebelumnya berada di samping dengan ancang-ancang siap menyerang, pada akhirnya menyatu dengan tubuh si pembunuh pertama ini.Namun yang lebih mengejutkannya lagi bukanlah ini. Melainkan penampilan pembunuh bayaran ini tatkala dia mengubah pakaian sekaligus membuka penutup wajahnya.“He-he-he! Kita bertemu lagi, Nak!”Mo Feng tentu saja terkejut, walau dia barusan juga sudah menduganya. Dia pun menggeleng bingung, tapi juga kesal dalam satu waktu bersamaan.“K-Kau! Pak Tua!”Pak Tua itu mengangguk sambil mengusap jenggotnya yang panjang beberapa kali dengan tatapan samar. Pakaiannya telah berubah dari yang serba hitam menjadi serba putih.“Kau pasti terkejut dan ketakutan. Maafkan aku,” ujarnya lagi.Untuk beberapa alasan, Mo Feng tidak terima.Dia sudah berpikir kalau Pak Tua dan pembunuh serba hitam ini adalah orang suruhan selir mendiang ayahnya di istana atau orang luar yang mengincar nyawanya.Tapi ternyata? Dia adalah Pak Tua itu sendiri!“Apa maksudmu melakukan ini?”Pak Tua itu pun berbalik dan menghela nafasnya secara perlahan. “Ayo, ikut aku masuk ke dalam kuil terlebih dahulu.”“Kenapa aku harus mengikutimu?”“Karena ada banyak hal yang ingin aku jelaskan, sebagai jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalamu. Termasuk penyerangan yang barusan kau alami.”“Kenapa juga aku harus mempercayaimu?” balik Mo Feng tajam.Setelah merasa ditipu sekali oleh orang ini, dia tidak ingin mempercayainya sama sekali. Apalagi nyawanya baru saja berada di ambang bahaya karena serangannya!Kalau dia gagal menyadari sepasang mata tua itu, bagaimana dia selamat?!“Tidak ada yang memintamu percaya. Aku hanya memintamu untuk ikut denganku. Kita bicara di dalam. Jika kau takut, maka kau tak perlu ikut.”“KAU!”Pada akhirnya, Mo Feng hanya bisa mendengus keras, sebelum akhirnya berdecak sebal sambil melangkahkan kaki mengikuti Pak Tua itu ke dalam kuil.Sebagai seorang remaja yang menginjak usia dewasa, Mo Feng memiliki emosi yang belum terlalu stabil.Tapi logikanya yang berbeda dari orang-orang pada umumnya, membuatnya bisa mengontrol diri dengan lebih baik.Hanya saja, kadang dia juga bertaruh pada diri sendiri dan rasa penasarannya. Seperti sekarang misalnya!“Kau bisa menjelaskannya di sini, Pak Tua.”Pak Tua itu tertawa. Dia yang berdiri menghadap patung Dewa di kuil, akhirnya berbalik untuk menatap Mo Feng lurus-lurus.“Karena kau memutuskan untuk datang kemari, maka kau pasti sudah mendapatkan jawaban dari Pamanmu, benar?”Mo Feng menyipitkan matanya tanpa menjawab sama sekali. Tapi diamnya ini hampir selalu menjadi jawaban 'iya' ataupun konfirmasi.“Baguslah. Kalau begitu, kau pasti percaya padaku. Pun buktinya, kau tetap mengikutiku masuk untuk mendengar penjelasan ku.”Mo Feng mengibaskan tangannya ke samping.“Huh! Tidak perlu basa-basi denganku, Pak Tua! Aku ikut denganmu masuk ke dalam kuil karena aku ingin tahu alasanmu berbuat demikian padaku!”Pak Tua itu menarik nafas panjang dan berjalan mendekat menghampiri Mo Feng. Tapi Mo Feng buru-buru mundur untuk menghindarinya. Mau tak mau, Pak Tua tersebut mandek.“Memberimu pengajaran kedua setelah pengajaran yang pertama selesai.”“Pengajaran? Pengajaran apa?!”“Bukankah kau sudah datang ke sini dan menemuiku secara pribadi? Itu berarti kau sudah menjadi muridku!”“APA?!!”Mo Feng berseru tak percaya. Dia terkejut dan bingung dengan pemikiran Pak Tua di depannya ini. Kecurigaan pun merasuk dalam benaknya.“Tidak mungkin! Jangan berbicara omong kosong! Apa yang membuatmu ingin menjadikanku murid?!”Pak Tua itu terkekeh santai dan menjawabnya perlahan. “Karena kau butuh guru untuk meningkatkan kultivasi serta ilmu bela dirimu.”“Bukankah kau adalah pembunuh iblis sejati dan membuktikan pada semua orang kalau kau bukanlah titisan iblis?”“Apa menurutmu, untuk bisa menandingi iblis itu, kau tidak butuh kekuatan dan bimbingan? Dan berdasarkan pengamatanku terhadap seranganmu tadi, kau benar-benar terlalu payah.”Serentetan kalimat itu membuat Mo Feng menggertakkan giginya kuat-kuat. Dia tidak bisa menyangkal semua yang dikatakan oleh Pak Tua ini.Hanya saja ....“Lalu pengajaran apa yang kau katakan tadi? Apa maksudnya? Mana yang kau katakan pengajaran pertama dan kedua?”Mendengar ini, Pak Tua tersebut kemudian menjawabnya dengan santai. Senyuman lebar pun menghiasi wajahnya yang sudah memiliki keriput.“Pengajaran pertama adalah aku ingin mengetes seberapa mudah kau percaya dengan orang lain.”“Dan pengajaran kedua adalah pengetesan yang aku lakukan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan bela diri sekaligus basis kultivasimu.”Mo Feng tanggap setelah mendengarnya.“Dengan cara menyerangku barusan?!”“Benar sekali! Jadi, apa kau ingin berguru padaku, Nak? Aku bisa membantumu melatih ilmu bela diri sekaligus basis kultivasimu lebih baik dari pamanmu.”“Karena kau sudah menjadi muridku, maka kau harus siap mematuhi segala peraturan dan perkataan dariku. Termasuk ikut denganku pergi ke luar untuk berlatih.”Ucapan Pak Tua yang rupanya bernama Ao Yu itu membuat Mo Feng kepikiran sepanjang jalan. Dia sudah terlanjur mengakui dan diakui oleh Ao Yu, tidak ada pilihan lain selain menurutinya. Terlebih, dia juga punya tujuan yang harus dicapai. Dan Ao Yu itu bisa membantunya mencapai tujuan tersebut. Demi membuktikan pada semua orang dan membalaskan dendam kedua orang tuanya, Mo Feng tahu dia tidak bisa mundur!“Sepertinya memang ini waktu yang tepat bagiku belajar di luar dengan orang lain. Tapi, aku tidak tahu apakah Paman Mo mengizinkannya atau tidak.”Mo Feng menggeleng pelan, tidak ingin berprasangka sembarangan pada Paman Mo Chen.“Lebih baik segera pulang dan bicarakan ini pada Paman.”Dengan demikian, Mo Feng akhirnya memecut kudanya supaya berlari lebih cepat ke ar
‘SREK! SREK! SREK!’Mo Feng berjalan dengan kaki yang terseret-seret. Kedua bahunya terkulai lemas. Sepasang matanya menatap lantai koridor istana yang sangat dingin ini dengan kosong. Pikirannya berkecamuk dan dia tidak tampak baik sama sekali.Namun, tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya dari arah berlawanan. “Pangeran Mo Feng!” seru seorang laki-laki dengan baju zirah penuh noda darah kepadanya.Kepala Mo Feng terangkat perlahan, sementara kakinya berhenti melangkah. Dengan memicingkan kedua matanya yang sembap, merah, dan memiliki kantong mata hitam yang begitu kentara, Mo Feng akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang kini datang menghadapnya.“Panglima Jiang?”Sosok yang disebut Panglima Jiang itu mengangguk dan melangkah maju selangkah lebih dekat pada Mo Feng dengan tangan gemetar.“Pangeran Mo, katakan padaku apakah Jenderal Mo Chen benar-benar sudah meninggal?”Mo Feng terdiam sejenak, sebelum menarik napas panjang da
Mo Feng membelalak. “Panglima Jiang!!!”Namun, Panglima Jiang tidak lagi mendengarkannya. “HYAAAA!”Dia tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arahnya. Dan mau tak mau, Mo Feng harus melawannya atau menghindar dari serangannya. Akan tetapi, berdasarkan kondisi Panglima Jiang sekarang, menghindari serangannya tidak akan berefek apa-apa. Yang ada malah dia akan semakin gila menyerangnya!Di sisi lain, Mo Feng sendiri juga sudah menahan emosi dan amarah yang menyeruak di dadanya selama berhari-hari. Kesedihan dan kemarahan yang sama atas kematian Paman Mo menumpuk dan perlu dilampiaskan. Dengan begitu, bukankah kesempatan ini bisa membuatnya merasa lebih baik?“Maafkan aku, Panglima Jiang!” batin Mo Feng sungguh-sungguh, sebelum akhirnya melakukan salto untuk menghindari serangan Panglima Jiang.‘TANGG!’Ujung pedang Panglima Jiang membentur lantai dengan sangat keras. Bunyi nyaring logam yang bertemu keramik, menggema ke seluruh koridor dan lorong terdekat.Di sisi lain, Mo Fen
“Bersiaplah untuk menemui Raja Yama di Neraka, Mo Feng!!!”Panglima Jiang mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Kedua matanya dipenuhi niat membunuh yang tak tergoyahkan. Dia benar-benar ingin membunuh Mo Feng di tempat!“HYA!!!”Mo Feng yang merasakan tubuhnya remuk luar dalam, kini hanya bisa menarik napas dingin sambil mendelik ke atas, di mana sosok Panglima Jiang berdiri.Dalam hatinya, Mo Feng benar-benar menyesal untuk semua orang, terutama kematian Paman Mo-nya. Jika benar dia harus mati di sini, di tangan Panglima Jiang tanpa benar-benar mengetahui penyebab pasti dari terbunuhnya Paman Mo, dia akan mati dengan penuh penyesalan.Belum lagi rasa bersalah yang dia bawa karena telah mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal demi menyelamatkan hidupnya dulu.Hanya saja, andai semua perkataan Panglima Jiang benar, kalau dialah yang menjadi penyebab kesengsaraan dan kematian orang-orang, maka dia akan dengan sangat rela mati di sini.Pada akhirnya, Mo F
“Apa? Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?!” seru Mo Feng tidak percaya.Sembari duduk, kedua matanya membulat penuh dan fokusnya hanya tertuju pada Pak Tua Ao Yu yang baru saja selesai menjelaskan situasi setelah dia pingsan 3 hari yang lalu.Pak Tua Ao Yu menghela napas pendek, lalu meletakkan mangkuk obat yang dia pegang ke meja samping dipan tempat tidur Mo Feng. “Anggap saja aku terpaksa melakukan itu karena dia tidak bisa melepaskanmu dan tetap berusaha membunuhmu bahkan setelah aku membawamu pergi dari sana.”Mo Feng terdiam sejenak. Pandangannya kini teralihkan ke gelas bambu berisi air minum yang ada di tangannya. Di situ, riak yang timbul di permukaan air minum tampak rumit. Persis seperti isi kepalanya setelah mendengar pernyataan Pak Tua Ao Yu.“Rupanya, niat membunuh Panglima Jiang untukku sangatlah nyata. Dia tidak segan mengejar Guru, hanya untuk membunuhku.”Dengan demikian, muncul sebuah pertanyaan di kepala Mo Feng. Yaitu, akankah dia benar-benar mati kalau b
‘SYUT! SYUT! SYUT!’Setiap helai daun bambu yang melesat dengan kecepatan sangat tinggi, datang menghampiri Mo Feng secara berturut-turut.Melihat ini, Mo Feng langsung bergerak untuk menebas setiap daun menggunakan belati yang dia pegang.“HYA!”Dengan melentingkan tubuhnya, Mo Feng mengelak dari semua serangan tersebut sekaligus melemparkan belati di tangannya secara terarah untuk menghancurkan daun bambu yang masih tersisa.‘SLASH! SLASH! SLASH!’Begitu seluruh daun bambu yang datang menyerangnya berhasil dia tebas habis tak bersisa, Mo Feng langsung mendaratkan dirinya, berdiri di tanah dengan kaki kanan sebagai tumpuan.‘HAP!’“Huh!”Tak berselang lama, suara tepuk tangan turut datang seolah menyambut keberhasilan Mo Feng dalam mengatasi serangan puluhan daun bambu barusan.‘Prok! Prok! Prok!’Mendengar itu, Mo Feng spontan menolehkan kepalanya. Dari sanalah dia melihat sosok Pak Tua Ao Yu datang dengan senyuman hangat.“Tidak buruk, Mo Feng!” komentarnya santai.Mo Feng langsung
‘HAP! HAP! HAP!’Mo Feng terus berlari dengan kecepatan penuh. Derap langkahnya memecah keheningan hutan yang sangat sunyi hari ini. Untuk beberapa alasan, Mo Feng merasakan ada yang aneh dari suasananya.“Tidak biasanya hutan ini begitu sepi dan senyap tanpa sedikit pun suara kicauan burung-burung kecil dan serangga siang.”Ditambah dengan tidak adanya angin yang menggerakkan dedaunan ataupun pohon bambu di sepanjang jalan yang dia lewati dari awal sampai sekarang, Mo Feng semakin merasa ada yang tidak beres.“Aku harus lebih hati-hati dan waspada. Sepertinya, pelatihan pertama yang diberikan oleh Guru juga tidak semudah kelihatannya. Bahkan jika dia sudah mengatakan semua hal yang berat itu, aku masih merasa ada sesuatu yang mungkin disiapkan untukku di depan.”Batin Mo Feng berbicara dengan sangat serius. Indera penglihatan dan pendengarannya pun langsung dia pasang baik-baik, agar supaya dia tidak ketinggalan sedikit pun hal yang menurutnya aneh di sini.Tangan kanannya yang meme
“AAAAKKKHHHHH!!!”Tepat ketika beberapa binatang buas itu benar-benar hanya butuh selangkah lagi untuk menerkam dirinya, Mo Feng tiba-tiba berteriak dengan sangat keras!Bersama teriakannya itu, mata kanannya yang terasa sangat sakit mendadak mengeluarkan cahaya merah menyala yang sangat menyilaukan. Di mana hal ini entah kenapa membuat binatang-binatang buas yang hendak menerkamnya mendadak mandek dan membeku di udara dalam sekejap mata!Mereka semua mematung dengan posisi terakhir yang bisa mereka buat. Yaitu, posisi siap menerkam dan mencabik-cabik tubuh Mo Feng!“ARGH! Ini benar-benar menyakitkan!!!” seru Mo Feng lagi tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya di sekitarnya.Namun, selang beberapa detik setelahnya Mo Feng justru merasakan sebuah keanehan. Yaitu keinginan untuk membuka kelopak matanya dan melihat sekeliling dengan segera.Meski batinnya bertanya-tanya dan menjadi ragu karena masih merasakan sakit yang teramat sangat seperti ditusuk-tusuk, Mo Feng tetap mencoba u