‘SREK! SREK! SREK!’
Mo Feng berjalan dengan kaki yang terseret-seret. Kedua bahunya terkulai lemas. Sepasang matanya menatap lantai koridor istana yang sangat dingin ini dengan kosong. Pikirannya berkecamuk dan dia tidak tampak baik sama sekali.Namun, tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya dari arah berlawanan.“Pangeran Mo Feng!” seru seorang laki-laki dengan baju zirah penuh noda darah kepadanya.Kepala Mo Feng terangkat perlahan, sementara kakinya berhenti melangkah.Dengan memicingkan kedua matanya yang sembap, merah, dan memiliki kantong mata hitam yang begitu kentara, Mo Feng akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang kini datang menghadapnya.“Panglima Jiang?”Sosok yang disebut Panglima Jiang itu mengangguk dan melangkah maju selangkah lebih dekat pada Mo Feng dengan tangan gemetar.“Pangeran Mo, katakan padaku apakah Jenderal Mo Chen benar-benar sudah meninggal?”Mo Feng terdiam sejenak, sebelum menarik napas panjang dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Iya, Panglima Jiang. Paman Mo meninggal 7 hari yang lalu dalam tragedi pembantaian keluarga istana yang entah dilakukan oleh siapa.”“A-APA?!”Pernyataan Mo Feng bagai petir yang menyambar Panglima Jiang tanpa adanya hujan dan badai di malam yang sunyi ini.Tubuh Panglima Jiang pun limbung dan jatuh terhuyung sedikit ke belakang.Kedua matanya yang kini dipenuhi sinar rumit, masih menatap Mo Feng dengan tatapan tidak percaya. Agaknya, ragu dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Mo Feng barusan itu.Sampai pada akhirnya, Panglima Jiang menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil mengangkat tangannya, menuding Mo Feng menggunakan jari telunjuknya lurus-lurus.Tatapannya, berubah menjadi histeris dan dipenuhi kebencian.“TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN! KAU BOHONG, PANGERAN MO! BAGAIMANA MUNGKIN JENDERAL MO CHEN MENINGGAL? DIA BAHKAN BISA SELAMAT DARI SERANGAN MONSTER IBLIS 18 TAHUN LALU!”Mo Feng terkesiap sejenak karena respons Panglima Jiang yang di luar dugaannya.“A-Aku berkata apa adanya, Panglima Jiang,” ujar Mo Feng sekali lagi.“Paman Mo benar-benar meninggal seminggu yang lalu. Saat aku kembali dari luar, aku menemukannya bersimbah darah dengan luka sayat dan tusukan di tubuhnya.”“Dia kini sudah dimakamkan di makam keluarga istana bersama mendiang kedua orang tuaku. Aku baru saja ke sana. Dan aku tidak bohong, Panglima Jiang. Kuharap kau bisa berlapang dada.”Namun, Panglima Jiang yang merupakan bawahan Jenderal Mo Chen paling setia dan paling bisa diandalkan itu masih menggelengkan kepalanya dengan histeris. Dia bahkan mulai berteriak tidak jelas, menampik pernyataan Mo Feng lagi!“TIDAK! AKU TIDAK PERCAYA PADAMU! KAU ADALAH TITISAN IBLIS! BAGAIMANA MUNGKIN AKU MEMPERCAYAIMU?!”Mendengarnya, tubuh Mo Feng menegang. Dia menatap Panglima Jiang dengan tatapan penuh keterkejutan.Jelas tidak percaya bahwa untuk pertama kali setelah lama mengenal Panglima Jiang, dia akhirnya mendengar olok-olok itu keluar dari mulutnya!“P-Panglima Jiang? Ap-apa yang kau katakan barusan? A-Aku bukan titisan iblis! Kau tahu itu. Dan kau percaya bahwa aku bukan titisan iblis!”Panglima Jiang mendengkus keras.“Hmph! Tidak percaya? Dengan semua kejadian yang menimpa orang-orang di sekitarmu setelah kau lahir? Apa aku masih buta dengan percaya begitu saja?”Alis Mo Feng berkerut sangat dalam. “Aku tidak mengerti?”“Tidak mengerti?” Panglima Jiang mencibir dingin. “Kau hanya pura-pura tidak mengerti, Nak!”Seraya balik badan dan menepuk dada kirinya beberapa kali dengan kuat, Panglima Jiang kemudian berbicara lagi. Nada suaranya terdengar dingin dan apatis.“Apa kau tidak paham bahwa selain Jenderal Mo, tidak ada satu pun orang yang percaya bahwa kau bukan titisan iblis? Apa kau tidak pernah menyadari itu?”“Hah?! Tidak mungkin!” sergah Mo Feng sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.“Tidak mungkin apanya?” Panglima Jiang menyahut sambil memalingkan kepalanya ke samping. “Aku adalah buktinya!”“Kau!”“Apa? Kau harus tahu bahwa aku selama ini hanya berpura-pura percaya bahwa kau bukanlah titisan iblis! Semua itu demi menghormati Jenderal Mo Chen!”Panglima Jiang berbalik lagi, menghadap Mo Feng.“Kini, Jenderal Mo Chen telah pergi. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap berpura-pura percaya kalau kau bukan titisan iblis! Kau, Pembawa Sial dan Pembawa Bencana!”“Apalagi, selama perjalanan 7 hari tanpa henti demi menyusul Jenderal Mo ini, aku terus berpikir apa-apa saja yang terjadi pada orang-orang di sekitarmu! Dari kau lahir sampai sekarang ini!”“Dan semua itu membuatku semakin yakin kalau kau memang benar titisan iblis! Semua yang dekat denganmu tidak ada yang memiliki nasib baik atau berumur panjang!”“Aku benar-benar menyesal untuk Jenderal Mo! Andai kau tidak memiliki hubungan darah, sudah pasti aku meminta Jenderal Mo menjauh darimu tak peduli bagaimana pun caranya!”“Karena kau, memang lebih baik mati daripada hidup sebagai seorang titisan iblis yang membawa lebih banyak kematian bagi orang-orang di sekitarmu!”Mo Feng kehilangan kata-katanya. Dia merasa jantungnya sangat sakit. Tangan kirinya bahkan spontan terangkat dan mencengkeram dada kirinya dengan erat.Setelah begitu banyak kesedihan dan keputusasaan atas meninggalnya Paman Mo Chen, kini dia harus menerima fakta bahwa sebenarnya tidak seorang pun termasuk Panglima Jiang yang benar-benar percaya bahwa dia bukanlah titisan iblis, selain Paman Mo!“Panglima Jiang—”Sayangnya, Panglima Jiang sudah dibutakan oleh kesedihan dan kemarahannya atas kematian Jenderal Mo. Dia tidak lagi peduli apakah Mo Feng bersangkutan atau tidak dengan meninggalnya beliau.Karena sekarang, dia hanya ingin melampiaskan kemarahan dan kesedihannya kepada orang lain!Dan yang paling cocok hanyalah Mo Feng. Orang yang berada di tempat kejadian tatkala Jenderal Mo meninggal. Serta orang yang selama ini digadang-gadang sebagai pembawa sial dan malapetaka bagi orang-orang.Dengan mata yang memicing tajam, dia kemudian menarik pedang dari pinggangnya dan menghunuskannya ke depan lurus.‘SHRINK!’“Hari ini, aku akan membunuhmu, Mo Feng! Untuk membalas kematian Jenderal Mo dan semua orang yang mati karena kau!”Mo Feng menggeleng. Dia menatap ujung pedang yang terhunus ke lehernya itu dengan keringat dingin di dahi. Sedangkan otaknya, mulai kosong karena bingung harus berbuat bagaimana sekarang.Dihadapkan pengkhianatan seseorang yang pada awalnya selalu baik bahkan berhasil membuatnya percaya kalau selain Paman Mo, ada satu orang lagi yang setidaknya 'percaya' dia bukan titisan iblis, dia benar-benar linglung.Belum lagi, pikiran bawah sadarnya yang terus menentang perkataan Panglima Jiang barusan. Bahwa dia, bukanlah titisan iblis yang menyebabkan Paman Mo serta orang-orang meninggal dunia!“Tidak. Aku bukan penyebab kematian mereka. Dan aku benar-benar bukan titisan iblis!” seru Mo Feng pada akhirnya.Namun, Panglima Jiang tidak peduli. Dia tidak ingin mendengar dan langsung menarik pedangnya, sebelum mengayunkannya dengan tujuan untuk menebas leher Mo Feng secara langsung.“MATILAH HARI INI, MO FENG!!!”Mo Feng membelalak. “Panglima Jiang!!!”Namun, Panglima Jiang tidak lagi mendengarkannya. “HYAAAA!”Dia tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arahnya. Dan mau tak mau, Mo Feng harus melawannya atau menghindar dari serangannya. Akan tetapi, berdasarkan kondisi Panglima Jiang sekarang, menghindari serangannya tidak akan berefek apa-apa. Yang ada malah dia akan semakin gila menyerangnya!Di sisi lain, Mo Feng sendiri juga sudah menahan emosi dan amarah yang menyeruak di dadanya selama berhari-hari. Kesedihan dan kemarahan yang sama atas kematian Paman Mo menumpuk dan perlu dilampiaskan. Dengan begitu, bukankah kesempatan ini bisa membuatnya merasa lebih baik?“Maafkan aku, Panglima Jiang!” batin Mo Feng sungguh-sungguh, sebelum akhirnya melakukan salto untuk menghindari serangan Panglima Jiang.‘TANGG!’Ujung pedang Panglima Jiang membentur lantai dengan sangat keras. Bunyi nyaring logam yang bertemu keramik, menggema ke seluruh koridor dan lorong terdekat.Di sisi lain, Mo Fen
“Bersiaplah untuk menemui Raja Yama di Neraka, Mo Feng!!!”Panglima Jiang mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Kedua matanya dipenuhi niat membunuh yang tak tergoyahkan. Dia benar-benar ingin membunuh Mo Feng di tempat!“HYA!!!”Mo Feng yang merasakan tubuhnya remuk luar dalam, kini hanya bisa menarik napas dingin sambil mendelik ke atas, di mana sosok Panglima Jiang berdiri.Dalam hatinya, Mo Feng benar-benar menyesal untuk semua orang, terutama kematian Paman Mo-nya. Jika benar dia harus mati di sini, di tangan Panglima Jiang tanpa benar-benar mengetahui penyebab pasti dari terbunuhnya Paman Mo, dia akan mati dengan penuh penyesalan.Belum lagi rasa bersalah yang dia bawa karena telah mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal demi menyelamatkan hidupnya dulu.Hanya saja, andai semua perkataan Panglima Jiang benar, kalau dialah yang menjadi penyebab kesengsaraan dan kematian orang-orang, maka dia akan dengan sangat rela mati di sini.Pada akhirnya, Mo F
“Apa? Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?!” seru Mo Feng tidak percaya.Sembari duduk, kedua matanya membulat penuh dan fokusnya hanya tertuju pada Pak Tua Ao Yu yang baru saja selesai menjelaskan situasi setelah dia pingsan 3 hari yang lalu.Pak Tua Ao Yu menghela napas pendek, lalu meletakkan mangkuk obat yang dia pegang ke meja samping dipan tempat tidur Mo Feng. “Anggap saja aku terpaksa melakukan itu karena dia tidak bisa melepaskanmu dan tetap berusaha membunuhmu bahkan setelah aku membawamu pergi dari sana.”Mo Feng terdiam sejenak. Pandangannya kini teralihkan ke gelas bambu berisi air minum yang ada di tangannya. Di situ, riak yang timbul di permukaan air minum tampak rumit. Persis seperti isi kepalanya setelah mendengar pernyataan Pak Tua Ao Yu.“Rupanya, niat membunuh Panglima Jiang untukku sangatlah nyata. Dia tidak segan mengejar Guru, hanya untuk membunuhku.”Dengan demikian, muncul sebuah pertanyaan di kepala Mo Feng. Yaitu, akankah dia benar-benar mati kalau b
‘SYUT! SYUT! SYUT!’Setiap helai daun bambu yang melesat dengan kecepatan sangat tinggi, datang menghampiri Mo Feng secara berturut-turut.Melihat ini, Mo Feng langsung bergerak untuk menebas setiap daun menggunakan belati yang dia pegang.“HYA!”Dengan melentingkan tubuhnya, Mo Feng mengelak dari semua serangan tersebut sekaligus melemparkan belati di tangannya secara terarah untuk menghancurkan daun bambu yang masih tersisa.‘SLASH! SLASH! SLASH!’Begitu seluruh daun bambu yang datang menyerangnya berhasil dia tebas habis tak bersisa, Mo Feng langsung mendaratkan dirinya, berdiri di tanah dengan kaki kanan sebagai tumpuan.‘HAP!’“Huh!”Tak berselang lama, suara tepuk tangan turut datang seolah menyambut keberhasilan Mo Feng dalam mengatasi serangan puluhan daun bambu barusan.‘Prok! Prok! Prok!’Mendengar itu, Mo Feng spontan menolehkan kepalanya. Dari sanalah dia melihat sosok Pak Tua Ao Yu datang dengan senyuman hangat.“Tidak buruk, Mo Feng!” komentarnya santai.Mo Feng langsung
‘HAP! HAP! HAP!’Mo Feng terus berlari dengan kecepatan penuh. Derap langkahnya memecah keheningan hutan yang sangat sunyi hari ini. Untuk beberapa alasan, Mo Feng merasakan ada yang aneh dari suasananya.“Tidak biasanya hutan ini begitu sepi dan senyap tanpa sedikit pun suara kicauan burung-burung kecil dan serangga siang.”Ditambah dengan tidak adanya angin yang menggerakkan dedaunan ataupun pohon bambu di sepanjang jalan yang dia lewati dari awal sampai sekarang, Mo Feng semakin merasa ada yang tidak beres.“Aku harus lebih hati-hati dan waspada. Sepertinya, pelatihan pertama yang diberikan oleh Guru juga tidak semudah kelihatannya. Bahkan jika dia sudah mengatakan semua hal yang berat itu, aku masih merasa ada sesuatu yang mungkin disiapkan untukku di depan.”Batin Mo Feng berbicara dengan sangat serius. Indera penglihatan dan pendengarannya pun langsung dia pasang baik-baik, agar supaya dia tidak ketinggalan sedikit pun hal yang menurutnya aneh di sini.Tangan kanannya yang meme
“AAAAKKKHHHHH!!!”Tepat ketika beberapa binatang buas itu benar-benar hanya butuh selangkah lagi untuk menerkam dirinya, Mo Feng tiba-tiba berteriak dengan sangat keras!Bersama teriakannya itu, mata kanannya yang terasa sangat sakit mendadak mengeluarkan cahaya merah menyala yang sangat menyilaukan. Di mana hal ini entah kenapa membuat binatang-binatang buas yang hendak menerkamnya mendadak mandek dan membeku di udara dalam sekejap mata!Mereka semua mematung dengan posisi terakhir yang bisa mereka buat. Yaitu, posisi siap menerkam dan mencabik-cabik tubuh Mo Feng!“ARGH! Ini benar-benar menyakitkan!!!” seru Mo Feng lagi tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya di sekitarnya.Namun, selang beberapa detik setelahnya Mo Feng justru merasakan sebuah keanehan. Yaitu keinginan untuk membuka kelopak matanya dan melihat sekeliling dengan segera.Meski batinnya bertanya-tanya dan menjadi ragu karena masih merasakan sakit yang teramat sangat seperti ditusuk-tusuk, Mo Feng tetap mencoba u
“Pangeran, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mo Feng ternyata selamat dari serangan Panglima Jiang! Dan keberadaannya sekarang tidak diketahui,” ucap seorang pria dengan penampilan sederhana pada Pangeran Mo Rui.Mendengar ini, Pangeran Mo Rui mendengus dingin. Dia mendelik tajam ke arah bawahannya barusan dan mendesis sinis.“Tsk! Lalu apa yang kau lakukan selama di ibukota setengah bulan ini?! Bukankah aku menyuruhmu pergi mencari tahu bagaimana kabar bocah itu sampai benar-benar dapat informasinya secara detail, hah?!”“Kenapa kau bahkan juga melaporkan hal semacam itu? Apa gunanya bagiku mendengarkan informasi ini? Yang aku mau adalah kabar tentang di mana tempat tinggal Mo Feng sialan itu saat ini!Pria dengan penampilan sederhana itu lantas menundukkan kepalanya dalam-dalam. “M-Maafkan saya, Pangeran! Saya yang tidak becus dalam menjalankan tugas dan perintah Anda!”Dia tidak berani mendebat Pangeran Mo Rui yang merupakan satu-satunya Pangeran yang selamat dari pembantaian
“Sial! Ini sama saja dengan pelatihan neraka!”Mo Feng tidak bisa menahan diri untuk tidak mengumpat setelah seminggu penuh menjalani berbagai macam pelatihan yang diberikan oleh Pak Tua Ao Yu.Bahkan menurut Mo Feng, Pak Tua Ao Yu benar-benar kelewat kejam sebagai seorang Guru untuk pemuda 18 tahun seperti dirinya!Dengan segala macam metode pelatihan super ganas, kejam, dan membahayakan, Pak Tua Ao Yu menuntut Mo Feng untuk bisa berhasil menaklukkan semua pelatihan tersebut tanpa cela!Dia bahkan tidak peduli kalau Mo Feng harus melewati banyak rasa sakit. Entah itu tubuhnya yang seperti akan hancur kapan saja, tulangnya yang bisa remuk setiap kali dia gagal atau jatuh saat berlatih, belum lagi luka gores dan lebam yang mulai menghiasi bagian wajah dan tangan kakinya.Seperti hari ini, tepat di mana hari pengujian itu tiba, Mo Feng masih diharuskan berjibaku menyelesaikan tugas untuk mengisi tampungan air di belakang, memotong kayu-kayu gelondongan yang didapatkan oleh Pak Tua Ao Y
Senior Yuan melotot tajam. “A-Apa? Lengan kiriku? Apa yang kau bicarakan?! Siapa yang lengan kirinya terluka? Lengan kiriku tidak terluka sama sekali!”Mo Feng maju selangkah. Dan ini membuat Senior Yuan entah kenapa juga ikut mundur selangkah. Ekspresinya tidak terlalu bagus. Ada sorot takut dan gentar yang samar di kedua matanya.Senior Xu yang berada di samping agak belakang dari Senior Yuan pun turut gelagapan. Dia bertanya-tanya kenapa Mo Feng bisa menebak bahwa Senior Yuan terluka di lengan kirinya.“Mungkinkah?”Senior Xu takut dengan dugaannya sendiri. Kalau benar Mo Feng sudah menebak siapa pemanah yang hendak membunuhnya semalam, maka di sini Tetua Agung pastilah sudah tahu semua kebenarannya!Ekspresi Senior Xu terus menyusut semakin cepat. Mo Feng juga sempat melihat melalui ekor matanya. Dalam hati, dia mendengus dingin.“Hmph.”Seraya memfokuskan kembali kedua matanya pada Senior Yuan yang ada di hadapannya, Mo Feng akhirnya berbicara.“Kalau kau tidak terluka, kau bisa
Perkataan Mo Feng membuat Senior Yuan agak panik hingga buru-buru angkat bicara. “Ya! Kita bertemu lagi setelah terakhir kali aku bertemu denganmu kemarin," ujarnya tergesa, tidak terdengar stabil.Mo Feng menaikkan sebelah alisnya. “Kemarin, ya?”Kali ini, Xue Lingzhi mengambil alih. “Kalian datang lebih awal dari yang aku pikirkan, Senior. Kupikir kalian masih akan datang 1 jam lagi. Mengingat ucapan kalian tadi yang katanya begitu kelelahan setelah menjaga Tetua Xia sepanjang malam.”Warna wajah Senior Xu dan Senior Yuan berubah pucat. Mereka saling bertukar pandangan sebelum akhirnya tertawa dengan agak terpaksa.“Ha-ha! Tidak, tidak. Kami hanya bercanda denganmu.” Senior Xu mengelak dengan sedikit menyenggol lengan kanan Senior Yuan.“Ya. Mana mungkin kami berani mengabaikan panggilan Tetua Agung?” timpal Senior Yuan lagi sambil memalingkan wajahnya ke arah Tetua Agung.“Tetua Agung, ada apa memanggil kami?” alihnya cepat, enggan terlalu banyak basa-basi dengan Mo Feng ataupun
“Apa? Tetua Agung memanggil kami berdua? Kenapa? Ada apa?” Xue Lingzhi menggelengkan kepalanya. Dia menatap Senior Xu dan Senior Yuan secara bergantian. “Aku tidak tahu, Senior. Tapi lebih baik kalian berdua segera ke sana. Jangan membuat Tetua Agung menunggu lebih lama.”Senior Yuan yang semula masih duduk tenang di kursi bawah jendela, akhirnya bangkit dan tersenyum pada Xue Lingzhi. “Lingzhi, bisakah kau katakan pada Tetua Agung kalau kami akan datang beberapa saat lagi? Kami baru saja kembali setelah menjaga Tetua Xia di ruang pengobatan sepanjang malam.”Ekspresi Xue Lingzhi agak berubah. Dia jelas-jelas mendengar keluhan Tetua Xia karena tidak ada orang yang menjenguk dan menjaganya semalam. Lalu di sini, kenapa pernyataan Senior Yuan seperti itu? Apakah dia berbohong? Tapi kenapa dia berbohong padanya?“Benarkah?” tanyanya kemudian.Senior Yuan tersenyum lebih lebar dengan tatapan yang meyakinkan. “Tentu saja. Memangnya siapa lagi yang menjaga Tetua Xia selain kami? Bukank
“Mo Feng? Dari mana kau? Apa kau baru saja pergi keluar?” tanya Xue Lingzhi setelah dia melihat sosok Mo Feng berjalan dari arah gerbang.Mo Feng tersenyum simpul. “Ya. Aku hanya berjalan-jalan sebentar.”“Tapi kau sepertinya menghilang sejak semalam? Aku sempat mencarimu ke kamar beberapa kali dan kau tidak ada,” balas Xue Lingzhi lagi.Ekspresi Mo Feng berubah sedikit. Namun, dia menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju teras yang menghubungkan gedung depan dengan aula utama sekte di gedung belakang.Mau tak mau, Xue Lingzhi mengikutinya.“Aku memang tidak ada di kamar sejak semalam. Aku mulai berlatih dari tengah malam sampai dini hari di halaman samping. Setelah itu, aku pergi ke luar untuk berjalan-jalan sebentar.”Penjelasan Mo Feng itu membuat Xue Lingzhi menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Oh, begitu. Aku paham.”“Lalu biar aku tebak, alasan kau tiba-tiba melakukan latihan sepanjang malam itu adalah karena Tetua Agung lah yang menyuruhmu?” lanjutnya penasaran.Mo Feng y
Mo Feng mengernyit. “Benarkah? Tidakkah kalian khawatir kalau ini justru menjadi detik-detik kematian kalian?”“KAU!”Perkataan Mo Feng berhasil menyulut emosi Senior Xu dan Senior Yuan. Mereka berdua pun tampak sangat berang. Hal itu langsung terlihat dari munculnya cahaya menyala-nyala berwarna biru dan kuning dari tubuh mereka. Kekuatan mereka meledak karena tekanan yang mulai membesar di dalam tubuh mereka.“Hmph! Atas dasar apa kami takut dan khawatir dengan hal itu? Kekuatanmu jauh di bawah kami!” Senior Xu membalas.Di sebelahnya, Senior Yuan juga menganggukkan kepalanya dua kali sebagai tanda setuju.“Keahlian dan kemampuan bela dirimu juga tidaklah seberapa. Menurutku, kau seharusnya khawatir dengan keselamatan nyawamu sendiri. Sebab di sini, kami tidak akan membiarkan kau selamat apa pun yang terjadi!” ujarnya kemudian.Mo Feng menyeringai. “Benarkah?”Balasan Mo Feng itu terdengar sangat arogan dan sombong di telinga Senior Xu dan Senior Yuan. Mereka berdua menjadi semakin
Tanpa banyak berpikir, Mo Feng melompat lagi ke dahan pohon yang ada di depannya, sebelum akhirnya turun ke tanah dan berlari melewati kegelapan hutan yang begitu pekat.“Huh! Huh! Huh!”Sembari terus mengatur pernafasannya, Mo Feng mengerahkan semua kekuatan dan kemampuannya untuk berlari secepat mungkin, menjauh dari jangkauan dua pemanah yang belum dia ketahui siapa identitasnya tersebut.Sayangnya, meskipun kegelapan hutan itu mampu menyamarkan sosok Mo Feng, tapi kedua pasang mata Senior Xu dan Senior Yuan jauh lebih jeli dari yang dia harapkan.Mereka berdua juga sudah berada di ranah yang jauh lebih tinggi dibanding Mo Feng. Kekuatan mereka secara alami jauh lebih hebat dari Mo Feng. Dengan mempercepat laju dan memperpendek jarak pedang terbang mereka dari tanah, mereka berdua akhirnya berhasil melihat siluet Mo Feng dari kejauhan.“Di sana!” Senior Xu berteriak lebih dulu, yang kemudian disambut anggukan singkat dari Senior Yuan.“Ayo, terbang lebih cepat! Lakukan serangan p
“HYA!”“HYA!”“HYA!”Di halaman utama Sekte Gunung Langit, suara Mo Feng yang tengah melatih ilmu bela dirinya dengan melakukan gerakan berupa pukulan mantap ke udara kosong itu memecah suasana hening dini hari yang panjang ini.Akan tetapi, di balik keheningan dan betapa seriusnya Mo Feng berlatih saat ini, kepalanya benar-benar berisik dengan segala macam ucapan yang sebelumnya diucapkan oleh Tetua Agung.Yang mana 90 persen dari perkataan Tetua Agung tersebut berisi petuah supaya dia berlatih lebih banyak, lebih sering, lebih berat, dan lebih konsisten lagi demi mendapatkan kekuatan yang Mo Feng inginkan.Termasuk kekuatan yang cukup untuk digunakan menemukan Pak Tua Ao Yu, antisipasi melawan monster iblis dan binatang monster di wilayah daerah terlarang dekat Laut Perbatasan.“HUH!”‘BOOMMM!!!’Sebuah pukulan dahsyat akhirnya berhasil Mo Feng layangkan. Pukulan ini mengenai sebuah batu besar yang ada 20 meter di seberangnya. Batu itu pun pecah dan hancur berkeping-keping. Kepulan
“Ao Yu?” ulang Tetua Agung dengan dahi berkerut. “Sepertinya aku pernah mendengar nama ini di suatu tempat.”Ekspresi Mo Feng berubah. Kedua matanya bersinar dengan cahaya samar yang rumit. Tapi di sana, jelas ada secercah kilas kebahagiaan dan harapan. Dia benar-benar menantikan jawaban ini!“Benarkah, Tetua?! Di mana Anda pernah mendengarnya?” tanya Mo Feng agak tidak sabaran.Tetua Agung berbalik untuk menghadap jendela Ruang Perpustakaan Sekte. Dengan menggenggam kedua tangannya yang terkepal itu di belakang punggungnya, dia kemudian menatap pemandangan luar jendela sambil menghela nafas panjang.“Hmm!”Mo Feng masih tetap diam membisu. Dia menunggu apa pun yang hendak dikatakan oleh Tetua Agung dengan jantung berdegup agak kencang.“Aku sepertinya mendengar nama itu setengah tahun yang lalu saat aku mengunjungi salah satu kerabat seperguruanku dulu di tepi Laut Perbatasan.”Kening Mo Feng berkerut samar. “Tepi Laut Perbatasan? Di mana itu, Tetua Agung?”Walaupun Mo Feng sudah men
“Sial! Tetua Agung terlalu memihak Mo Feng! Mulai sekarang, kehadiran Si Pembawa Bencana itu akan benar-benar membuat kita sengsara!” celetuk Senior Xu dengan geram.Senior Yuan menyunggingkan senyuman dingin.“Ya. Dan ini membuat kita semakin perlu dan harus menyingkirkan dia untuk selamanya. Kita tidak boleh membiarkan dia membawa bencana lagi bagi Sekte Gunung Langit ke depannya.”Senior Xu mengangguk. “Benar, itu benar! Bahkan jika dia sempat membantu menyadarkan Tetua Xia, itu tidak sepadan dengan bencana yang dia sebabkan!”Dengan dengkusan ringan, Senior Yuan mengibaskan jubahnya. Dia kemudian duduk dengan ekspresi sedikit angkuh dan jauh.“Lebih dari itu, Tetua Agung bahkan tidak mempermasalahkan kematian semua rekan seperguruan kita. Dia tetap membela Mo Feng tidak peduli apa pun yang terjadi. Bukankah ini terlalu berlebihan dan bias?”Keheningan jatuh setelahnya. Baik Senior Xu ataupun Senior Yuan mulai memikirkan ulang kata-kata mereka. Mereka merasa bahwa semakin mereka be