Mo Feng mengernyit. “Benarkah? Tidakkah kalian khawatir kalau ini justru menjadi detik-detik kematian kalian?”“KAU!”Perkataan Mo Feng berhasil menyulut emosi Senior Xu dan Senior Yuan. Mereka berdua pun tampak sangat berang. Hal itu langsung terlihat dari munculnya cahaya menyala-nyala berwarna biru dan kuning dari tubuh mereka. Kekuatan mereka meledak karena tekanan yang mulai membesar di dalam tubuh mereka.“Hmph! Atas dasar apa kami takut dan khawatir dengan hal itu? Kekuatanmu jauh di bawah kami!” Senior Xu membalas.Di sebelahnya, Senior Yuan juga menganggukkan kepalanya dua kali sebagai tanda setuju.“Keahlian dan kemampuan bela dirimu juga tidaklah seberapa. Menurutku, kau seharusnya khawatir dengan keselamatan nyawamu sendiri. Sebab di sini, kami tidak akan membiarkan kau selamat apa pun yang terjadi!” ujarnya kemudian.Mo Feng menyeringai. “Benarkah?”Balasan Mo Feng itu terdengar sangat arogan dan sombong di telinga Senior Xu dan Senior Yuan. Mereka berdua menjadi semakin
“Mo Feng? Dari mana kau? Apa kau baru saja pergi keluar?” tanya Xue Lingzhi setelah dia melihat sosok Mo Feng berjalan dari arah gerbang.Mo Feng tersenyum simpul. “Ya. Aku hanya berjalan-jalan sebentar.”“Tapi kau sepertinya menghilang sejak semalam? Aku sempat mencarimu ke kamar beberapa kali dan kau tidak ada,” balas Xue Lingzhi lagi.Ekspresi Mo Feng berubah sedikit. Namun, dia menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju teras yang menghubungkan gedung depan dengan aula utama sekte di gedung belakang.Mau tak mau, Xue Lingzhi mengikutinya.“Aku memang tidak ada di kamar sejak semalam. Aku mulai berlatih dari tengah malam sampai dini hari di halaman samping. Setelah itu, aku pergi ke luar untuk berjalan-jalan sebentar.”Penjelasan Mo Feng itu membuat Xue Lingzhi menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Oh, begitu. Aku paham.”“Lalu biar aku tebak, alasan kau tiba-tiba melakukan latihan sepanjang malam itu adalah karena Tetua Agung lah yang menyuruhmu?” lanjutnya penasaran.Mo Feng y
“Apa? Tetua Agung memanggil kami berdua? Kenapa? Ada apa?” Xue Lingzhi menggelengkan kepalanya. Dia menatap Senior Xu dan Senior Yuan secara bergantian. “Aku tidak tahu, Senior. Tapi lebih baik kalian berdua segera ke sana. Jangan membuat Tetua Agung menunggu lebih lama.”Senior Yuan yang semula masih duduk tenang di kursi bawah jendela, akhirnya bangkit dan tersenyum pada Xue Lingzhi. “Lingzhi, bisakah kau katakan pada Tetua Agung kalau kami akan datang beberapa saat lagi? Kami baru saja kembali setelah menjaga Tetua Xia di ruang pengobatan sepanjang malam.”Ekspresi Xue Lingzhi agak berubah. Dia jelas-jelas mendengar keluhan Tetua Xia karena tidak ada orang yang menjenguk dan menjaganya semalam. Lalu di sini, kenapa pernyataan Senior Yuan seperti itu? Apakah dia berbohong? Tapi kenapa dia berbohong padanya?“Benarkah?” tanyanya kemudian.Senior Yuan tersenyum lebih lebar dengan tatapan yang meyakinkan. “Tentu saja. Memangnya siapa lagi yang menjaga Tetua Xia selain kami? Bukank
Perkataan Mo Feng membuat Senior Yuan agak panik hingga buru-buru angkat bicara. “Ya! Kita bertemu lagi setelah terakhir kali aku bertemu denganmu kemarin," ujarnya tergesa, tidak terdengar stabil.Mo Feng menaikkan sebelah alisnya. “Kemarin, ya?”Kali ini, Xue Lingzhi mengambil alih. “Kalian datang lebih awal dari yang aku pikirkan, Senior. Kupikir kalian masih akan datang 1 jam lagi. Mengingat ucapan kalian tadi yang katanya begitu kelelahan setelah menjaga Tetua Xia sepanjang malam.”Warna wajah Senior Xu dan Senior Yuan berubah pucat. Mereka saling bertukar pandangan sebelum akhirnya tertawa dengan agak terpaksa.“Ha-ha! Tidak, tidak. Kami hanya bercanda denganmu.” Senior Xu mengelak dengan sedikit menyenggol lengan kanan Senior Yuan.“Ya. Mana mungkin kami berani mengabaikan panggilan Tetua Agung?” timpal Senior Yuan lagi sambil memalingkan wajahnya ke arah Tetua Agung.“Tetua Agung, ada apa memanggil kami?” alihnya cepat, enggan terlalu banyak basa-basi dengan Mo Feng ataupun
Senior Yuan melotot tajam. “A-Apa? Lengan kiriku? Apa yang kau bicarakan?! Siapa yang lengan kirinya terluka? Lengan kiriku tidak terluka sama sekali!”Mo Feng maju selangkah. Dan ini membuat Senior Yuan entah kenapa juga ikut mundur selangkah. Ekspresinya tidak terlalu bagus. Ada sorot takut dan gentar yang samar di kedua matanya.Senior Xu yang berada di samping agak belakang dari Senior Yuan pun turut gelagapan. Dia bertanya-tanya kenapa Mo Feng bisa menebak bahwa Senior Yuan terluka di lengan kirinya.“Mungkinkah?”Senior Xu takut dengan dugaannya sendiri. Kalau benar Mo Feng sudah menebak siapa pemanah yang hendak membunuhnya semalam, maka di sini Tetua Agung pastilah sudah tahu semua kebenarannya!Ekspresi Senior Xu terus menyusut semakin cepat. Mo Feng juga sempat melihat melalui ekor matanya. Dalam hati, dia mendengus dingin.“Hmph.”Seraya memfokuskan kembali kedua matanya pada Senior Yuan yang ada di hadapannya, Mo Feng akhirnya berbicara.“Kalau kau tidak terluka, kau bisa
“Jangan dekat-dekat dengan Pangeran Mo Feng! dia ini Pembawa Sial! Manusia Titisan Iblis!”“Benar! Dia juga tak lebih dari seorang pembunuh! Dasar Pangeran Mata Iblis!”“Huh! Pangeran Sial! Pembawa Petaka Kerajaan!”Dan sebagainya!Satu per satu, hujatan mengerikan lewat julukan ataupun sebutan panggilan itu masuk ke telinga Mo Feng dengan sangat jelas dan menusuk. Jantung dan hatinya bagai tersayat pisau tiap kali dia mendengar sebutan seperti itu. Dadanya pun ikut sesak. Bahkan, keputusasaan seringkali menghampiri Mo Feng. Ingin rasanya dia menangis! Tapi sebagai seorang laki-laki, dia tidak diperbolehkan menangis atau semua orang akan mengatakan bahwa dia lemah!Jadilah dia memilih mengepalkan kedua tangannya dan mendongak untuk menatap tiga pangeran putra selir berusia sepantaran dengannya itu lurus-lurus.“Aku bukan titisan iblis! Aku bukan seorang pembunuh!” sanggah Mo Feng sambil menahan getaran di hatinya.Tapi suaranya itu sangat lemah dan terdengar mudah goyah. Alhasil mer
“APA?! BAGAIMANA MUNGKIN?!!”Mo Feng berseru tak percaya. Pernyataan yang diberikan oleh Pak Tua berambut panjang dan berjenggot putih itu membuatnya sangat terkejut.Bagaimana tidak?Pak Tua asing yang tidak Mo Feng kenal asal-usul dan identitasnya itu tiba-tiba mengatakan padanya kalau dia sebenarnya adalah seorang yang ditakdirkan sebagai pembunuh iblis yang sebenarnya!Pak Tua tersebut lantas mengelus jenggotnya dan tertawa rendah. “Kau boleh tidak mempercayaiku, Nak.”“Tapi apakah yang aku katakan itu bukan sesuatu yang sebenarnya sangat kau harapkan? Bukankah, kau tadi berteriak pada semua orang, kalau kau akan membuktikan bahwa dugaan mereka salah?”Tangan Mo Feng terkepal. Dia tidak bisa menyanggah sama sekali perkataan Pak Tua ini, karena faktanya memang demikian. Kalau benar dia adalah orang yang ditakdirkan untuk menjadi pembunuh iblis bahkan menjadi satu-satunya orang yang bisa memusnahkannya, maka
“Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?”Pertanyaan itu terus terulang di kepala Mo Feng. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa ada hal sebesar itu yang disembunyikan pamannya.Sambil melangkahkan kakinya dengan gontai di sepanjang jalan setapak menuju Istana Kerajaan Mo, Mo Feng mengingat kembali seluruh penjelasan pamannya.Yang mana Paman Mo Chen tadi bilang kalau mata kanan Mo Feng yang berwarna merah sebenarnya adalah salah satu ciri seorang yang ditakdirkan untuk menjadi pembunuh iblis sejati.Hidup orang ini terkait takdir dan tanggung jawab besar sebagai harapan semua makhluk. Beban yang dipikul sangatlah berat. Tapi semua itu memang sudah digariskan.Dan faktanya, tak banyak orang mengetahui hal ini. Di samping itu, sudah hampir 100 tahun alias 1 abad lamanya sejak pemilik mata kanan berwarna merah lahir di dunia manusia. Uniknya, orang ini nyatanya adalah moyang Keluarga Mo.“Lalu, kenapa semua orang di istan