“APA?! BAGAIMANA MUNGKIN?!!”
Mo Feng berseru tak percaya. Pernyataan yang diberikan oleh Pak Tua berambut panjang dan berjenggot putih itu membuatnya sangat terkejut.Bagaimana tidak?Pak Tua asing yang tidak Mo Feng kenal asal-usul dan identitasnya itu tiba-tiba mengatakan padanya kalau dia sebenarnya adalah seorang yang ditakdirkan sebagai pembunuh iblis yang sebenarnya!Pak Tua tersebut lantas mengelus jenggotnya dan tertawa rendah. “Kau boleh tidak mempercayaiku, Nak.”“Tapi apakah yang aku katakan itu bukan sesuatu yang sebenarnya sangat kau harapkan? Bukankah, kau tadi berteriak pada semua orang, kalau kau akan membuktikan bahwa dugaan mereka salah?”Tangan Mo Feng terkepal.Dia tidak bisa menyanggah sama sekali perkataan Pak Tua ini, karena faktanya memang demikian.Kalau benar dia adalah orang yang ditakdirkan untuk menjadi pembunuh iblis bahkan menjadi satu-satunya orang yang bisa memusnahkannya, maka dia akan dengan senang hati menerima takdir itu.Demi membalaskan kematian orang tuanya!Demi menghapuskan semua tuduhan, hinaan, dan penderitaan yang dia terima sepanjang hidupnya!Hanya saja ....“Pak Tua! Apa yang kau katakan memang sejalan dengan keinginanku. Tapi bagaimana bisa aku percaya pada seorang yang bahkan tak kukenal sama sekali?” celetuk Mo Feng tiba-tiba.Belum lagi Pak Tua itu berbicara, Mo Feng yang berdiri di depannya dengan jarak 2 langkah itu kini mondar-mandir sambil berpikir serius.“Coba lihat ini. Semua orang mengatakan bahwa aku adalah seorang Pangeran Mata Iblis, seorang yang merupakan titisan iblis. Aku pembawa sial dan aku adalah sumber petaka kerajaan.”“Dan di sini kau tiba-tiba muncul entah dari mana dan berbicara sebaliknya. Apalagi kau berbicara tepat setelah aku berteriak di muka umum. Apakah tindakanmu ini tidak layak untuk dicurigai?”Pemikiran kritis Mo Feng di usianya yang masih menginjak 18 tahun itu mengejutkan Pak Tua berjenggot putih tersebut.Dia yang semula duduk bersila di bawah pohon oak pinggir jalan itu kemudian bangkit dan berdiri di hadapan Mo Feng dengan mengulas senyum tipis.Tangannya kemudian terulur untuk menyentuh pundak Mo Feng.“Kau cukup berhati-hati dan memperhatikan keseluruhan situasi rupanya. Tak heran kalau begitu, penilaianku tidak salah, dan kau memang benar orangnya.”Alis kanan Mo Feng terangkat naik. Tidak terlalu paham dengan maksud Pak Tua ini. Alhasil, dia menangkis tangannya dari bahunya.“Katakan padaku, Pak Tua. Apa yang bisa kau lakukan untuk membuatku percaya pada ucapanmu itu? Jangan bilang, kau hanya berbicara omong kosong!”“Ha-ha-ha!”Pak Tua itu kembali tertawa.“Apakah dengan caraku membawamu ke sini saat gejolak aneh di tubuhmu tadi bangkit itu kurang cukup untuk menjadi bukti bahwa aku tidak berbicara omong kosong padamu?”“Apakah kau tidak berpikir kalau aku berbeda? Tidak ikut menyudutkanmu hanya karena mata kananmu berwarna merah? Dan coba katakan padaku, bagaimana kau bisa kembali normal?”“Bukankah itu karena bantuanku? Kalau tidak, apa kau pikir, kau sekarang ini tidak berujung melakukan sebuah kesalahan atau kejahatan?”Tubuh Mo Feng menegang. Dia tampak kaku setelah mendengar seluruh kalimat retoris yang diucapkan oleh Pak Tua ini.Tapi rupanya, Pak Tua tersebut belum selesai berbicara. Dia kembali mengulas senyum samar dan membuka mulutnya lagi.“Coba kau katakan padaku, Nak. Bukankah di antara semua orang yang membencimu, mengolok-olok dirimu, menyebutmu titisan iblis, ada satu orang yang tak pernah melakukan itu.”Jantung Mo Feng bagai berhenti sejenak setelah mendengar itu. Benak dan pikirannya spontan terpikirkan sosok seseorang yang paling dia sayangi selama ini, setelah mendiang orang tuanya.“Benar, bukan?”“Ap-apa yang kau maksud adalah Pamanku? Paman Mo Chen?” tanya Mo Feng balik.“Hmm. Itu benar. Jadi, apa kau tahu alasannya?”Mo Feng menggeleng.“Karena dia tahu bahwa kau adalah orang yang ditakdirkan sebagai pembunuh iblis yang sesungguhnya. Dia tahu bahwa ada rahasia besar di balik mata kananmu yang berwarna merah.”“APA?”Pak Tua itu kembali tertawa. Dia kemudian berbalik memunggungi Mo Feng dengan memalingkan sedikit wajahnya ke samping.“Sudah waktunya aku pergi. Kalau kau percaya dengan ucapanku, kau bisa datang ke kuil kosong tak terurus di sisi selatan ibukota.”Mo Feng membelalak.Dia hendak bertanya ketika Pak Tua itu tiba-tiba menghilang bersamaan dengan munculnya cahaya putih menyilaukan mata.Kini, kepala Mo Feng dipenuhi tanda tanya besar atas apa yang sudah diucapkan oleh Pak Tua itu tadi. Terutama yang berhubungan dengan pamannya, Paman Mo Chen.“Aku harus pergi ke rumah Paman Mo dan menanyakan ini padanya!”Tanpa pikir panjang, Mo Feng bergegas menuju ke rumah Paman Mo Chen yang letaknya tak begitu jauh dari pusat ibukota.Butuh sekitar 10 menit bagi Mo Feng untuk tiba di sana. Dan seperti biasa, dia langsung masuk ke halaman tempat tinggal Paman Mo, mencarinya dengan sesuka hati.“PAMAN MO CHEN!”Mo Feng berseru cukup keras setelah dia melihat Paman Mo itu baru saja selesai berlatih pedang di halaman samping.“Mo Feng? Kau kemari?”Paman Mo lalu datang menghampiri Mo Feng dengan langkah lebar. Sosoknya yang gagah dan kekar, tampak sangat berwibawa.Dengan sosoknya yang menyandang gelar Dewa Perang militer di medan pertempuran, Paman Mo Chen ini telah menjadi pahlawan penyelamat Kerajaan Mo 18 tahun silam saat iblis melakukan pembantaian besar-besaran.Dia datang tepat saat monster iblis itu mulai menguasai kota.Dan kedatangannya waktu itu juga menjadi alasan kenapa Mo Feng bisa hidup sampai sekarang dengan sehat selamat!Sebab, dialah yang menyelamatkan Mo Chen dan merawatnya sampai sekarang. Terlebih setelah dia melihat bahwa Mo Feng rupanya memiliki warna mata yang berbeda.Dia yang semula hendak menitipkan Mo Feng pada selir Raja Mo—ibu dari 3 pangeran sebelumnya—langsung mengurungkan niat dan memilih merawat Mo Feng selayaknya putra sendiri.Kembali lagi ....Dengan anggukan hangat, Mo Feng menanggapinya.“Iya, Paman! Aku ingin bertanya beberapa hal padamu!” balasnya sungguh-sungguh.Paman Mo menelengkan kepalanya. “Oh? Kalau begitu tanyakan saja. Tapi kita duduk dulu, bagaimana?”“Tidak masalah, Paman!”Keduanya kemudian pergi ke gazebo yang ada di sisi samping halaman, berseberangan dengan sebuah kolam air mancur berisi ikan koi.“Jadi, apa yang ingin kau tanyakan, Mo Feng? Tidak biasanya kau datang siang-siang begini? Pasti ada sesuatu yang mendesak, bukan?” tanyanya setelah duduk.Mo Feng yang duduk di seberangnya, memgangguk. Namun, yang aneh adalah raut wajahnya yang berubah menjadi agak cemas.Dia benar-benar kepikiran dengan ucapan Pak Tua tadi. Kalau memang benar ... maka selama ini Paman Mo, sengaja menyembunyikan hal itu darinya?Apalagi, dia sudah pernah berkali-kali menanyakan alasan di balik kenapa warna matanya itu berbeda.“Mo Feng?” panggil Paman Mo, heran.Mo Feng sedikit terperanjat. Dia kemudian berdeham, sebelum akhirnya bertanya.“Paman, aku ingin bertanya. Apakah benar, Paman Mo tahu sesuatu tentang rahasia di balik mataku yang berwarna merah ini?”“Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?”Pertanyaan itu terus terulang di kepala Mo Feng. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa ada hal sebesar itu yang disembunyikan pamannya.Sambil melangkahkan kakinya dengan gontai di sepanjang jalan setapak menuju Istana Kerajaan Mo, Mo Feng mengingat kembali seluruh penjelasan pamannya.Yang mana Paman Mo Chen tadi bilang kalau mata kanan Mo Feng yang berwarna merah sebenarnya adalah salah satu ciri seorang yang ditakdirkan untuk menjadi pembunuh iblis sejati.Hidup orang ini terkait takdir dan tanggung jawab besar sebagai harapan semua makhluk. Beban yang dipikul sangatlah berat. Tapi semua itu memang sudah digariskan.Dan faktanya, tak banyak orang mengetahui hal ini. Di samping itu, sudah hampir 100 tahun alias 1 abad lamanya sejak pemilik mata kanan berwarna merah lahir di dunia manusia. Uniknya, orang ini nyatanya adalah moyang Keluarga Mo.“Lalu, kenapa semua orang di istan
“HYAA!”Melihat 3 orang pembunuh itu maju serempak sekali lagi, Mo Feng tidak ragu sama sekali untuk mengeluarkan belati dari dalam saku jubahnya.“Huh! Kalaupun aku tidak mampu melawan kalian, tapi aku tidak menyerah!” ujarnya, mengambil ancang-ancang untuk melawan serangan.Meskipun hanya belati, tapi ini adalah senjata yang dibolehkan Paman Mo untuk Mo Feng bawa ke mana pun. Hal ini dikarenakan ilmu olah pedang Mo Feng belum sempurna. Dan dia belum fasih menggunakannya.Di sisi lain, Mo Feng sebenarnya jauh lebih fasih bertarung dengan serangan jarak pendek ataupun bertarung fisik. Senjata yang paling cocok dengannya untuk sementara adalah belati. Selain bisa diandalkan untuk serangan jarak dekat, belati juga mudah dibawa, disembunyikan, dan menjadi senjata rahasia multifungsi ketika di hutan.Sejujurnya, Mo Feng bisa melawan mereka yang merundungnya dengan beberapa pukulan. Tapi Mo Feng khawatir itu malah
“Karena kau sudah menjadi muridku, maka kau harus siap mematuhi segala peraturan dan perkataan dariku. Termasuk ikut denganku pergi ke luar untuk berlatih.”Ucapan Pak Tua yang rupanya bernama Ao Yu itu membuat Mo Feng kepikiran sepanjang jalan. Dia sudah terlanjur mengakui dan diakui oleh Ao Yu, tidak ada pilihan lain selain menurutinya. Terlebih, dia juga punya tujuan yang harus dicapai. Dan Ao Yu itu bisa membantunya mencapai tujuan tersebut. Demi membuktikan pada semua orang dan membalaskan dendam kedua orang tuanya, Mo Feng tahu dia tidak bisa mundur!“Sepertinya memang ini waktu yang tepat bagiku belajar di luar dengan orang lain. Tapi, aku tidak tahu apakah Paman Mo mengizinkannya atau tidak.”Mo Feng menggeleng pelan, tidak ingin berprasangka sembarangan pada Paman Mo Chen.“Lebih baik segera pulang dan bicarakan ini pada Paman.”Dengan demikian, Mo Feng akhirnya memecut kudanya supaya berlari lebih cepat ke ar
‘SREK! SREK! SREK!’Mo Feng berjalan dengan kaki yang terseret-seret. Kedua bahunya terkulai lemas. Sepasang matanya menatap lantai koridor istana yang sangat dingin ini dengan kosong. Pikirannya berkecamuk dan dia tidak tampak baik sama sekali.Namun, tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya dari arah berlawanan. “Pangeran Mo Feng!” seru seorang laki-laki dengan baju zirah penuh noda darah kepadanya.Kepala Mo Feng terangkat perlahan, sementara kakinya berhenti melangkah. Dengan memicingkan kedua matanya yang sembap, merah, dan memiliki kantong mata hitam yang begitu kentara, Mo Feng akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang kini datang menghadapnya.“Panglima Jiang?”Sosok yang disebut Panglima Jiang itu mengangguk dan melangkah maju selangkah lebih dekat pada Mo Feng dengan tangan gemetar.“Pangeran Mo, katakan padaku apakah Jenderal Mo Chen benar-benar sudah meninggal?”Mo Feng terdiam sejenak, sebelum menarik napas panjang da
Mo Feng membelalak. “Panglima Jiang!!!”Namun, Panglima Jiang tidak lagi mendengarkannya. “HYAAAA!”Dia tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arahnya. Dan mau tak mau, Mo Feng harus melawannya atau menghindar dari serangannya. Akan tetapi, berdasarkan kondisi Panglima Jiang sekarang, menghindari serangannya tidak akan berefek apa-apa. Yang ada malah dia akan semakin gila menyerangnya!Di sisi lain, Mo Feng sendiri juga sudah menahan emosi dan amarah yang menyeruak di dadanya selama berhari-hari. Kesedihan dan kemarahan yang sama atas kematian Paman Mo menumpuk dan perlu dilampiaskan. Dengan begitu, bukankah kesempatan ini bisa membuatnya merasa lebih baik?“Maafkan aku, Panglima Jiang!” batin Mo Feng sungguh-sungguh, sebelum akhirnya melakukan salto untuk menghindari serangan Panglima Jiang.‘TANGG!’Ujung pedang Panglima Jiang membentur lantai dengan sangat keras. Bunyi nyaring logam yang bertemu keramik, menggema ke seluruh koridor dan lorong terdekat.Di sisi lain, Mo Fen
“Bersiaplah untuk menemui Raja Yama di Neraka, Mo Feng!!!”Panglima Jiang mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Kedua matanya dipenuhi niat membunuh yang tak tergoyahkan. Dia benar-benar ingin membunuh Mo Feng di tempat!“HYA!!!”Mo Feng yang merasakan tubuhnya remuk luar dalam, kini hanya bisa menarik napas dingin sambil mendelik ke atas, di mana sosok Panglima Jiang berdiri.Dalam hatinya, Mo Feng benar-benar menyesal untuk semua orang, terutama kematian Paman Mo-nya. Jika benar dia harus mati di sini, di tangan Panglima Jiang tanpa benar-benar mengetahui penyebab pasti dari terbunuhnya Paman Mo, dia akan mati dengan penuh penyesalan.Belum lagi rasa bersalah yang dia bawa karena telah mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal demi menyelamatkan hidupnya dulu.Hanya saja, andai semua perkataan Panglima Jiang benar, kalau dialah yang menjadi penyebab kesengsaraan dan kematian orang-orang, maka dia akan dengan sangat rela mati di sini.Pada akhirnya, Mo F
“Apa? Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?!” seru Mo Feng tidak percaya.Sembari duduk, kedua matanya membulat penuh dan fokusnya hanya tertuju pada Pak Tua Ao Yu yang baru saja selesai menjelaskan situasi setelah dia pingsan 3 hari yang lalu.Pak Tua Ao Yu menghela napas pendek, lalu meletakkan mangkuk obat yang dia pegang ke meja samping dipan tempat tidur Mo Feng. “Anggap saja aku terpaksa melakukan itu karena dia tidak bisa melepaskanmu dan tetap berusaha membunuhmu bahkan setelah aku membawamu pergi dari sana.”Mo Feng terdiam sejenak. Pandangannya kini teralihkan ke gelas bambu berisi air minum yang ada di tangannya. Di situ, riak yang timbul di permukaan air minum tampak rumit. Persis seperti isi kepalanya setelah mendengar pernyataan Pak Tua Ao Yu.“Rupanya, niat membunuh Panglima Jiang untukku sangatlah nyata. Dia tidak segan mengejar Guru, hanya untuk membunuhku.”Dengan demikian, muncul sebuah pertanyaan di kepala Mo Feng. Yaitu, akankah dia benar-benar mati kalau b
‘SYUT! SYUT! SYUT!’Setiap helai daun bambu yang melesat dengan kecepatan sangat tinggi, datang menghampiri Mo Feng secara berturut-turut.Melihat ini, Mo Feng langsung bergerak untuk menebas setiap daun menggunakan belati yang dia pegang.“HYA!”Dengan melentingkan tubuhnya, Mo Feng mengelak dari semua serangan tersebut sekaligus melemparkan belati di tangannya secara terarah untuk menghancurkan daun bambu yang masih tersisa.‘SLASH! SLASH! SLASH!’Begitu seluruh daun bambu yang datang menyerangnya berhasil dia tebas habis tak bersisa, Mo Feng langsung mendaratkan dirinya, berdiri di tanah dengan kaki kanan sebagai tumpuan.‘HAP!’“Huh!”Tak berselang lama, suara tepuk tangan turut datang seolah menyambut keberhasilan Mo Feng dalam mengatasi serangan puluhan daun bambu barusan.‘Prok! Prok! Prok!’Mendengar itu, Mo Feng spontan menolehkan kepalanya. Dari sanalah dia melihat sosok Pak Tua Ao Yu datang dengan senyuman hangat.“Tidak buruk, Mo Feng!” komentarnya santai.Mo Feng langsung