Share

Bab 3

“Dia siapa, Jeng?” tanya Kirana sambil menunjuk Elena yang lusuh itu dengan dagunya, bahkan matanya menatap jijik ke arah Elena.

Naomi melototkan matanya menatap Elena, sementara mata Evan seolah ingin menerkam istrinya. Tega sekali Naomi menjodohkan Aksa sementara dia sudah memiliki istri.

“Dia...” Baru saja Evan akan membuka mulut untuk memberitahukan status Elena, tiba-tiba saja Aksa menyerobot ucapan ayahnya.

“Dia pembantu di rumah ini,” sahut Aksa sambil menatap tajam pada Elena. Aksa mengkode Elena untuk masuk ke dapur saja, namun Elena masih tetap berdiri di tempatnya dengan air mata yang mengalir deras.

“M-Mas...” ucap Elena lirih, hatinya semakin sakit saat mendengar suaminya sendiri mengatakan bahwa dia adalah seorang pembantu. Melihat Elena yang akan membuka suara lagi, tiba-tiba Naomi langsung memotong ucapannya.

“Oh ya Mbok, cepat beresin semua pecahan gelas ini dan bawa yang baru,” perintah Naomi berusaha bersikap lembut, namun tatapan matanya seolah ingin menerkam Elena.

Begitu juga dengan Jovita yang menatap tidak suka ke arah Elena. Awas saja kalau pernikahan abangnya dan Kak Vania gagal, ia tidak akan segan-segan menindas Elena lagi.

Tangan Elena terkepal erat. Ia mengusap air matanya dengan kasar. Sudah cukup kesabarannya diperlakukan seperti ini. Selama ini ia sudah berusaha bersikap baik di depan mertua dan suaminya, tetapi balasan yang ia terima justru pengkhianatan dan penghinaan. Kali ini Elena tidak mau ditindas lagi.

“AKU ISTRIMU, MAS! KAMU TEGA BANGET NGATAIN AKU PEMBANTU!” teriak Elena keras, membuat mereka semua tersentak kaget. Sementara Evan memandang sayu ke arah Elena, ingin rasanya ia memukul putranya itu.

“Be-benarkah itu, Jeng?” tanya Kirana dengan gugup pada Naomi. Seketika wajah Naomi terlihat pucat pasi. Dia tidak ingin rencananya gagal.

Namun, dengan berat hati, Naomi menganggukkan kepalanya pelan. Terlihat raut wajah Kirana berubah drastis, seolah menanggung kekecewaan. Ia ingin membatalkan perjodohan ini, tetapi setelah melihat wajah putrinya yang menginginkan pernikahan itu, hati Kirana menjadi bimbang. Aksa mengepalkan tangannya sambil melirik tajam ke arah Elena, tapi tatapannya itu dibalas seringaian oleh Elena.

“Mami, tapi Vania pengen menikah sama Kak Aksa!” rajuk Vania sambil mengerucutkan bibirnya menatap maminya. Ia sudah terpesona dengan ketampanan Aksa sejak pertama bertemu tadi, pesona pria matang yang membuatnya tergila-gila.

“Tapi, Nak...” Kirana berusaha ingin membatalkan pernikahan itu, namun dengan cepat Vania memotong ucapannya.

“Enggak, Mami. Pokoknya Vania mau nikah sama Kak Aksa!” tekan Vania sambil merangkul lengan Aksa di sampingnya. Bibir Aksa tersenyum tipis menatap Vania yang semakin menggemaskan di matanya. Tangannya terulur mengusap rambut Vania dengan lembut.

“DASAR PEREMPUAN MURAHAN! ITU SUAMI SAYA!” hardik Elena, napasnya naik turun dengan ritme cepat menandakan kemarahan yang sudah tidak bisa ia bendung.

Aksa mengepalkan tangannya erat, namun dengan lembut ia melepaskan rangkulan Vania di lengannya. Ia kemudian berdiri dan menarik tangan Elena dengan kasar, membawa istrinya ke lantai dua ke kamar mereka. Evan juga dengan kesal meninggalkan ruang tamu, merasa harga dirinya diinjak-injak oleh istri dan anaknya sendiri.

“Kenapa kamu mau menjodohkan putramu dengan putriku, Jeng?” tanya Kirana dengan nada mengintimidasi. Vania hanya menundukkan kepalanya, merasa tidak nyaman dengan situasi ini.

Naomi menghela napas pelan. “Sebenarnya aku sangat kasihan melihat putraku, Jeng. Dia tertekan hidup bersama istrinya saat ini. Istrinya tidak melayaninya dengan baik. Lebih parahnya lagi, sudah satu tahun pernikahan mereka tapi belum juga dikaruniai anak.” Naomi berusaha memasang ekspresi sedih di wajahnya, aktingnya benar-benar layak diacungi jempol.

Kirana mengangguk paham, lalu berkata, “Baiklah, pernikahan antara Aksa dan Vania akan dilanjutkan, tapi ada syaratnya...” Kirana menggantung ucapannya, membuat Naomi semakin penasaran.

Naomi mengangguk dengan cepat, matanya berbinar-binar mendengar ucapan Kirana. “Apa syaratnya, Jeng?”

Kirana tersenyum miring. “Setelah menikah nanti, putramu harus lebih menyayangi Vania daripada istri pertamanya. Paham?” tutur Kirana tegas.

“Tentu saja, Jeng. Kamu tenang saja, aku yakin kalau Aksa pasti lebih mencintai Vania daripada istri jeleknya itu!” ketus Naomi.

Naomi dan Jovita saling lirik, kemudian tersenyum tipis. Sebentar lagi mereka akan menjadi orang kaya! Di kepala mereka sudah terkumpul berbagai rencana untuk berfoya-foya menggunakan uang menantu mereka itu.

Mereka mengenal Kirana dan Vania sekitar dua bulan lalu, di salah satu acara teman mereka. Naomi dan Jovita gencar mendekati Kirana dan Vania karena melihat penampilan mereka yang glamour. Mereka yakin Kirana adalah orang kaya. Kirana sempat menceritakan tentang suaminya yang sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat saat perjalanan dinas.

Di sisi lain, Aksa menghempaskan tubuh Elena ke atas ranjang dengan kasar. Rahangnya mengetat, wajahnya memerah hingga ke telinganya. Tangannya terkepal erat, penuh emosi.

“Kamu mau permalukan aku, hah?!” Aksa mencengkeram dagu Elena dengan kuat, kukunya menusuk pipi Elena.

Air mata Elena kembali mengalir melihat perlakuan Aksa padanya. Namun, matanya tak gentar membalas tatapan Aksa. Biarkan kali ini Elena membangkang pada suaminya.

“Kamu yang tega, Mas! Aku ini istrimu, kenapa kamu malah menerima pernikahan itu?!” teriak Elena di depan wajah Aksa.

PLAK!

Aksa menampar wajah Elena dengan kuat, membuat wajahnya tertoleh ke samping. Bibirnya sobek dan berdarah, air matanya mengalir semakin deras merasakan sakit yang berkali-kali lipat. Wajah Aksa semakin memerah melihat Elena yang berani berteriak di depannya. Dadanya naik turun dengan emosi yang semakin memuncak.

“Cih! Apa alasanku untuk menolak pernikahan itu, hah?! Vania lebih segalanya dari kamu. Lihat wajahmu yang jelek itu, membuat aku mau muntah saja melihatnya,” hina Aksa. Bibirnya tersenyum sinis kemudian melanjutkan ucapannya, “Kamu jelek, sedangkan Vania cantik. Kamu miskin dan hidup hanya bergantung padaku, sedangkan Vania... dia kaya. Aku yakin dia akan membuat keluargaku semakin bahagia dan terpandang. Dan yang lebih penting, kamu itu... MANDUL,” tekan Aksa dengan penuh kebencian, membanding-bandingkan Vania dengan Elena.

Hati Elena semakin sakit mendengar pernyataan suaminya yang mengatakan ia mandul. Selama ini, meskipun sikap Aksa sangat kasar padanya, Aksa tidak pernah mengatakannya mandul. Tapi kali ini, Aksa benar-benar sudah terpengaruh oleh ibu dan gadis itu.

“Brengsek kamu, Mas! Pokoknya aku mau cerai sama kamu!” pekik Elena dengan mata yang menyala-nyala. Ia sudah tidak tahan ditindas seperti ini oleh suami dan mertuanya.

PLAK! PLAK!

Sekali lagi, Aksa menampar pipi Elena dengan kuat hingga membuat Elena memekik kesakitan. Kini pipinya terlihat membiru.

“Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu. Ingat itu!” hardik Aksa, kemudian berjalan keluar dari kamar itu dan mengunci Elena di dalamnya.

Elena menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang ingin mendesak keluar, tetapi usahanya sia-sia. Air mata mengalir deras di pipinya yang tirus dan kini membiru.

“Aku tidak akan membiarkan istri keduamu hidup bahagia di rumah ini!” tekad Elena dengan mata memerah, tangannya terkepal erat menatap jejak kaki Aksa yang menghilang di balik pintu.

Di bawah, suasana semakin tegang. Kirana menatap Naomi dengan tatapan tidak percaya. “Kenapa kamu mau menjodohkan putramu dengan putriku, Jeng?” tanyanya dengan nada mengintimidasi.

Naomi menghela napas pelan. “Sebenarnya aku sangat kasihan melihat putraku, Jeng. Dia tertekan hidup bersama istrinya saat ini. Istrinya tidak melayaninya dengan baik. Lebih parahnya lagi

, sudah satu tahun pernikahan mereka tapi belum juga dikaruniai anak.” Naomi berusaha memasang ekspresi sedih di wajahnya, aktingnya benar-benar layak diacungi jempol.

Kirana mengangguk paham, lalu berkata, “Baiklah, pernikahan antara Aksa dan Vania akan dilanjutkan, tapi ada syaratnya...” Kirana menggantung ucapannya, membuat Naomi semakin penasaran.

Naomi mengangguk dengan cepat, matanya berbinar-binar mendengar ucapan Kirana. “Apa syaratnya, Jeng?”

Kirana tersenyum miring. “Setelah menikah nanti, putramu harus lebih menyayangi Vania daripada istri pertamanya. Paham?” tutur Kirana tegas.

“Tentu saja, Jeng. Kamu tenang saja, aku yakin kalau Aksa pasti lebih mencintai Vania daripada istri jeleknya itu!” ketus Naomi.

Naomi dan Jovita saling lirik, kemudian tersenyum tipis. Sebentar lagi mereka akan menjadi orang kaya! Di kepala mereka sudah terkumpul berbagai rencana untuk berfoya-foya menggunakan uang menantu mereka itu.

Sementara itu, di dalam kamar, Elena merenung. Ia menatap cermin, melihat wajahnya yang dipenuhi air mata dan memar. “Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini,” gumamnya pada diri sendiri. Ia tahu, apapun keputusan yang akan diambilnya, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status